“Dan apabila aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku” (As Syu’araa: 80)
Slide 1 Code Start -->

ODHA dengan Infeksi Oportunis : Dermatitis Kronis dan SGB

Perbaikan yang begitu cepat hanya dalam waktu 1 bulan pengobatan. Alhamdulllah

Control Keberadaan Virus HIV

Sangat penting di lakukan Kontrol VL selama Pengobatan Kami

Rasulullah ﷺ
“Setiap penyakit ada obatnya, dan bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu penyakit, niscaya akan sembuh dengan izin Allah”

Pengobatan Herpes Simplek

Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan
Ada dua macam penyakit herpes, yaitu
  1.  herpes zoster 
  2.  herpes simpleks. 
Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster, yaitu virus yang juga menyebabkan cacar air. 
Gejalanya khas, yaitu timbul gelembung-gelembung kecil, biasanya di daerah punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi daerah persyarafan tertentu. Gelembung - gelembung ini terasa nyeri dan dapat pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri. Penyakit ini bukan penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna

Herpes simpleks disebabkan oleh herpes virus hominis (HVH). 
Ada dua macam HVH, yaitu 
  1. HVH tipe 1 menyebabkan herpes labialis dan keratitis, serta 
  2. HVH tipe 2 menyebabkan penyakit kelamin yang disebut herpes genitalis. 
Pada herpes labialis, gelembung berisi air terdapat di sekitar bibir yang menyebabkan rasa panas dan gatal. Herpes keratitis, infeksi virus mengenai kornea mata yang dapat menimbulkan luka. Sementara herpes genitalis yang ditularkan melalui hubungan seksual ini memberikan gejala setelah beberapa hari. Misalnya, gatal-gatal dan nyeri di daerah genital, dengan kulit dan selaput lendir yang menjadi merah. Herpes simpleks berkenaan dengan sekelompok virus yang menulari manusia. Serupa dengan herpes zoster, herpes simpleks menyebabkan luka-luka yang sangat sakit pada kulit. Gejala pertama biasanya gatal-gatal dan kesemutan/perasaan geli, diikuti dengan benjolan yang membuka dan menjadi sangat sakit. Infeksi ini dapat menjadi dorman (tidak aktif) selama beberapa waktu, kemudian tiba-tiba menjadi aktif kembali tanpa alasan jelas. Virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat menyebabkan infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks. Herpes simpleks adalah penyakit yang sangat umum. Di AS, kurang-lebih 20 % orang dewasa terinfeksi, dan diperkirakan ada satu juta infeksi baru setiap tahun. Prevalensi dan kejadian di Indonesia belum diketahui. Angka prevalensi infeksi sudah meningkat secara bermakna selama dasawarsa terakhir. Sekitar 80 % orang dengan HIV juga terinfeksi herpes kelamin. Infeksi herpes-2 lebih umum pada perempuan. Di AS, kurang lebih 1 dalam 4 perempuan dan 1 dalam 5 laki-laki terinfeksi herpes simpleks-2. Herpes kelamin berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif waktu melahirkan, sebaiknya melahirkan dengan bedah caesar. Herpes simpleks paling mungkin kambuh pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ini termasuk orang dengan HIV, dan siapa pun berusia di atas 50 tahun. Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa penyakit lebih mungkin kambuh pada orang yang sangat lelah atau mengalami banyak stres. Hubungan Herpes Simpleks dengan HIV Herpes simpleks tidak termasuk infeksi yang mendefinisikan AIDS. Namun orang yang terinfeksi herpes bersama dengan HIV biasanya mengalami jangkitan herpes kambuh lebih sering. Jangkitan ini dapat lebih parah dan bertahan lebih lama dibanding dengan orang HIV-negatif. Luka akibat herpes dapat memberi jalur yang dapat dimanfaatkan HIV untuk melewati pertahanan kekebalan tubuh, sehingga menjadi lebih mudah terinfeksi HIV. Orang dengan herpes simpleks aktif sebaiknya sangat hati-hati waktu berhubungan seks agar menghindari infeksi HIV. Orang dengan HIV dan herpes simpleks bersama juga sebaiknya sangat hati-hati waktu terjangkit herpes aktif. Pada waktu itu, viral load HIV-nya biasanya lebih tinggi, dan hal ini dapat meningkatkan kemungkinan HIV ditularkan pada orang lain. Bagaimana Herpes Menular? Infeksi herpes simpleks ditularkan dari orang ke orang melalui hubungan langsung dengan daerah tubuh yang terinfeksi. Penularan dapat terjadi walaupun tidak ada luka herpes yang terbuka. Lagi pula, sebagian besar orang dengan herpes tidak mengetahui dirinya terinfeksi dan tidak sadar dapat menyebarkannya. Di AS hanya 9 % orang dengan herpes simpleks kelamin mengetahui dirinya terinfeksi. Bagaimana Herpes Diobati? Perawatan setempat untuk herpes zoster sebaiknya termasuk membersihkan lukanya dengan air garam dan menjaganya tetap kering. Gentian violet dapat dioleskan pada luka. Pengobatan baku untuk herpes simpleks adalah asiklovir dalam bentuk pil dua kali sehari. Ada versi asiklovir lain dengan nama valasiklovir. Valasiklovir dapat diminum sekali sehari, tetapi harganya jauh lebih mahal dibandingkan asiklovir. Obat baru sedang di uji coba. Uji coba fase II terhadap ME609 dari Medivir untuk herpes mulut hampir selesai. PCL016 dari Novactyl untuk herpes oral dan kelamin sedang dalam uji coba fase II. Obat ini tidak benar bisa menyembuhkan infeks herpes simpleks — hanya sedikit virus dapat diberantas dari tubuh kita oleh obat. Namun obat ini dapat mengurangi lama dan parahnya jangkitan yang terjadi. Dokter mungkin meresepkan terapi “maintenance”—terapi antiherpes harian—untuk orang dengan HIV yang mengalami HSV kambuhan. Terapi ini dapat mencegah sebagian besar jangkitan kambuh. Penyakit herpes dapat menyebabkan rasa nyeri (sakit) yang amat sangat. Rasa sakit ini harus ditangani dengan baik, dengan memakai analgesik yang cukup untuk menawarkannya. Apakah Herpes Dapat Dicegah? Penyebaran herpes sulit dicegah. Hal ini sebagian karena sebenarnya banyak penderita herpes yang tidak tahu dirinya terinfeksi dan dapat menularkannya. Orang yang tahu dirinya terinfeksi-pun mungkin tidak mengetahui mereka dapat menularkan infeksi walaupun mereka tidak mempunyai luka herpes yang terbuka. Angka penularan dapat dikurangi dengan penggunaan kondom. 

Namun kondom tidak dapat mencegah semua penularan. Infeksi dapat menulari dan ditulari dari daerah kelamin yang agak luas — lebih luas daripada yang ditutup oleh celana dalam—dan juga di daerah mulut. Bila orang dengan herpes minum valasiklovir setiap hari, mereka dapat mengurangi risiko menulari herpes pada orang lain. Para peneliti sekarang mencari vaksin untuk mencegah HSV. Satu calon vaksin menujukkan hasil yang baik terhadap HSV-2 pada perempuan, tetapi tidak pada laki-laki. Belum ada vaksin yang disetujui untuk mencegah infeksi HSV, tetapi penelitian terhadap vaksin untuk HSV berlanjut terus. EPILOG / GARIS BESAR Herpes simpleks adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan herpes kelamin atau “luka demam” di sekitar mulut. Sebagian besar orang yang terinfeksi tidak mengetahui dirinya terinfeksi. Herpes mudah menular dari orang ke orang waktu hubungan seks atau hubungan langsung yang lain dengan daerah infeksi herpes. Herpes dapat menular walaupun luka terbuka tidak terlihat. Belum ada obat penyembuhan untuk herpes. Sekali kita terinfeksi, kita tetap terinfeksi, secara terus-menerus. Orang dengan herpes dapat sekali-kali mengalami jangkitan kulit melepuh yang sakit. Setelah setiap jangkitan selesai, infeksi sementara menjadi laten atau tidak aktif. Orang dengan HIV mengalami jangkitan herpers yang lebih sering dan lebih parah.

Apa Sel CD4 - CD8 - Leokosit - Lymposit ?

Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T. Ada dua macam sel-T. Sel T-4, yang juga disebut CD4 dan kadang kala sel CD4+, adalah sel ‘pembantu’. Sel T-8 (CD8) adalah sel ‘penekan’, yang mengakhiri tanggapan kekebalan. Sel CD8 juga disebut sebagai sel ‘pembunuh’, karena sel tersebut membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus.

Sel CD4 dapat dibedakan dari sel CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya. Protein itu bekerja sebagai ‘reseptor’ untuk HIV. HIV mengikat pada reseptor CD4 itu seperti kunci dengan gembok.
Mengapa Sel CD4 Penting Sehubungan dengan HIV?

HIV umumnya menulari sel CD4. Kode genetik HIV menjadi bagian dari sel itu. Waktu sel CD4 menggandakan diri (bereplikasi) untuk melawan infeksi apa pun, sel tersebut juga membuat tiruan HIV.

Setelah kita terinfeksi HIV dan belum mulai terapi antiretroviral (ART), jumlah sel CD4 kita semakin menurun. Ini tanda bahwa sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak. Semakin rendah jumlah CD4, semakin mungkin kita akan jatuh sakit.

Ada jutaan keluarga sel CD4. Setiap keluarga dirancang khusus untuk melawan kuman tertentu. Waktu HIV mengurangi jumlah sel CD4, beberapa keluarga dapat diberantas. Kalau itu terjadi, kita kehilangan kemampuan untuk melawan kuman yang seharusnya dihadapi oleh keluarga tersebut. Jika ini terjadi, kita mungkin mengalami infeksi oportunistik – lihat Lembaran Informasi (LI) 500.
Apa Tes CD4 Itu?

Contoh kecil darah kita diambil. Darah ini dites untuk menghitung beberapa tipe sel. Jumlah sel CD4 tidak langsung diukur. Malahan, laboratorium membuat hitungan berdasarkan jumlah sel darah putih, dan proporsi sel tersebut yang CD4. Oleh karena itu, jumlah CD4 yang dilaporkan oleh tes CD4 tidak persis.

Karena jumlah CD4 penting untuk menunjukkan kekuatan sistem kekebalan tubuh, diusulkan kita melakukan tes CD4 setiap 3-6 bulan. Namun setelah kita mulai ART dan jumlah CD4 kita sudah kembali normal, tes CD4 dapat dilakukan setiap 9-12 bulan.
Faktor Apa yang Berpengaruh pada Jumlah CD4?

Hasil tes dapat berubah-ubah, tergantung pada jam berapa contoh darah diambil, kelelahan, dan stres. Sebaiknya contoh darah kita diambil pada jam yang sama setiap kali dites CD4, dan juga selalu memakai laboratorium yang sama.

Infeksi lain dapat sangat berpengaruh pada jumlah CD4. Jika tubuh kita menyerang infeksi, jumlah sel darah putih (limfosit) naik. Jumlah CD4 juga naik. Vaksinasi dapat berdampak serupa. Kalau akan melakukan tes CD4, sebaiknya kita menunggu dua minggu setelah pulih dari infeksi atau setelah vaksinasi.
Bagaimana Hasil Tes CD4 Dilaporkan?

Hasil tes CD4 biasanya dilaporkan sebagai jumlah sel CD4 yang ada dalam satu milimeter kubik darah (biasanya ditulis mm3). Jumlah CD4 yang normal biasanya berkisar antara 500 dan 1.600.

Karena jumlah CD4 begitu berubah-ubah, kadang lebih cocok kita lihat persentase sel CD4. Jika hasil tes melaporkan CD4% = 34%, ini berarti 34% limfosit kita adalah sel CD4. Persentase ini lebih stabil dibandingkan jumlah sel CD4 mutlak. Angka normal berkisar antara 30-60%. Setiap laboratorium mempunyai kisaran yang berbeda. Belum ada pedoman untuk keputusan pengobatan berdasarkan CD4%, kecuali untuk anak berusia di bawah lima tahun.

Jumlah CD4 mutlak di bawah 200 menunjukkan kerusakan yang berat pada sistem kekebalan tubuh. Walau CD4% mungkin lebih baik meramalkan perkembangan penyakit HIV dibandingkan CD4 mutlak, jumlah CD4 mutlak tetap dipakai untuk menentukan kapan ART sebaiknya dimulai.

Kadang kita juga diusulkan untuk melakukan tes CD8. Namun sama sekali tidak jelas bagaimana hasil tes CD8 dapat ditafsirkan. Oleh karena itu, tidak ada manfaat mengeluarkan biaya untuk tes CD8.
Apa Artinya Angka Ini?

Jumlah CD4 adalah ukuran kunci kesehatan sistem kekebalan tubuh. Semakin rendah jumlahnya, semakin besar kerusakan yang diakibatkan HIV. Jika kita mempunyai jumlah CD4 di bawah 200, atau persentase CD4 di bawah 14%, kita dianggap AIDS, berdasarkan definisi Kemenkes.

Jumlah CD4 dipakai bersama dengan viral load untuk meramalkan berapa lama kita akan tetap sehat. Lihat LI 125 untuk informasi lebih lanjut tentang tes viral load.

Jumlah CD4 juga dipakai untuk menunjukkan kapan beberapa macam pengobatan termasuk ART sebaiknya dimulai.

Kapan mulai pengobatan untuk mencegah infeksi oportunistik: Sebagian besar dokter meresepkan obat untuk mencegah infeksi oportunistik pada jumlah CD4 yang berikut:

    Di bawah 200: PCP
    Di bawah 100: toksoplasmosis dan meningitis kriptokokus
    Di bawah 50: MAC

Memantau keberhasilan ART: Umumnya jumlah CD4 akan mulai naik segera setelah kita mulai ART. Namun kecepatan sangat beragam, dan kadang pelan. Bila jumlah CD4 di bawah 50 waktu kita mulai ART, jumlah CD4 kita mungkin tidak akan meningkat menjadi normal (di atas 500). Yang penting jumlah naik; kita sebaiknya tidak terlalu berfokus pada angka. Sebaliknya, bila jumlah CD4 mulai menurun lagi setelah naik, mungkin itu adalah tanda bahwa ART kita mulai gagal, dan mungkin rejimen harus diganti.

Jumlah CD4 yang lebih tinggi adalah lebih baik. Namun, jumlah CD4 yang normal tidak tentu berarti sistem kekebalan tubuh benar-benar pulih.
Penyakit dan Kematian ‘Non-AIDS’

Pengobatan SGB - Sindrom Guillain–Barré ( SGB )

SGB - Sindrom Guillain–Barré ( SGB )
Tabib Masrukhi,MPA
Yakinlah setiap Penyakit ada obatnya. 
kami berpengalaman mengobati penyakit GBS, dengan metode multi terapi, insya Alloh cepat sembuhnya, rata rata banyak perubahan dalam waktu 1-2 hari.
Jangan Putus Asa, Jika saudara menderita GBS belum juga sembuh, jangan ragu Hubungi kami 0858 6941 2009 

Gejala dan penyebab
Pada kondisi normal, tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawan antigen (zat yang merusak tubuh) ketika tubuh terinfeksi penyakit, virus, atau bakteri. Pada kasus SGB, antibodi malah menyerang sistem saraf tepi dan menyebabkan kerusakan sel saraf. Hal ini ditimbulkan karena antibodi merusak selaput myelin yang menyelubungi sel saraf (demyelinasi). Kerusakan yang ditimbulkan dimulai dari pangkal ke tepi atau dari atas ke bawah. Kerusakan tersebut akan menyebabkan kelumpuhan motorik dan gangguan sensibilitas. Jika kerusakan terjadi sampai pangkal saraf maka dapat terjadi kelainan pada sumsum tulang belakang.

Gejala-gejala yang dapat timbul pada penderita SGB adalah kehilangan sensitivitas, seperti kesemutan, kebas (mati rasa), rasa terbakar, atau nyeri, dengan pola persebaran yang tidak teratur dan dapat berubah-ubah. Kelumpuhan pada pasien SGB biasanya terjadi dari bagian tubuh bawah ke atas atau dari luar ke dalam secara bertahap, namun dalam waktu yang bervariasi. Penderita SGB parah, kerusakan dapat berdampak pada paru-paru dan melemahkan otot-otot pernapasan sehingga diperlukan ventilator untuk menjaga pasien agar tetap bertahan. Kondisi penderita dapat bertambah parah karena kemungkin terjadi infeksi di dalam paru-paru akibat berkurangnya kemampuan pertukaran gas dan kemampuan membersihkan saluran pernapasan. Kematian umumnya terjadi karena kegagalan pernapasan dan infeksi yang ditimbulkan

Bagaimana SBG dapat ter-diagnosa?
Diagnosa SBG didapat dari riwayat dan hasil test kesehatan baik secara fisik maupun test laboratorium. Dari riwayat penyakit, obat-obatan yang biasa diminum, pecandu alcohol, infeksi-infeksi yang pernah diderita, gigitan kutu maka Dokter akan menyimpulkan apakah pasien masuk dalam daftar pasien SBG. Tidak lupa juga riwayat penyakit yang pernah diderita pasien maupun keluarga pasien misalnya diabetes mellitus, diet yang dilakukan, semuanya akan diteliti dengan seksama hingga dokter bisa membuat vonis apakah anda terkena SBG atau penyakit lainnya.
Pasien yang diduga mengidap SBG di haruskan melakukan test:
1. Darah lengkap
2. Lumbar Puncture
3. EMG (electromvogram)

Sesuai urutannya, test pertama akan dilakukan kemudian test ke dua apabila test pertama tidak terdeteksi adanya SBG, dan selanjutnya.

Apa yang akan terjadi setelah test dilakukan?
Tanda-tanda melemahnya syaraf akan nampak semakin parah dalam waktu 4 sampai 6 minggu. Beberapa pasien melemah dalam waktu relative singkat hingga pada titik lumpuh total dalam hitungan hari, tapi situasi ini amat langka.
Pasien kemudian memasuki tahap ‘tidak berdaya’ dalam beberapa hari. Pada masa ini biasanya pasien dianjurkan untuk ber-istirahat total di rumah sakit. Meskipun kondisi dalam keadaan lemah sangat dianjurkan pasien untuk selalu menggerakkan bagian-bagian tubuh yang terserang untuk menghindari kaku otot. Ahli Fisioterapy biasanya akan sangat dibutuhkan untuk melatih pasien dengan terapi-terapi khusus dan akan memberikan pengarahan-pengarah an kepada keluarga adan teman pasien cara-cara melatih pasien SBG.

Apakah SBG menyakitkan?
Ya dan tidak. Pasien biasanya merasakan sakit yang akut pada saat SBG. Terutama didaerah tulang belakang dan lengan dan kaki. Namun ada juga pasien yang tidak mengeluhkan rasa sakit yang berarti meskipun mereka mengalami kelumpuhan parah. Rasa sakit muncul dari pembengkakan dari syaraf yang terserang, atau dari otot yang sementara kehilangan suplai energy, atau dari posisi duduk atau tidur si Pasien yang mengalami kesulitan untuk bergerak atau memutar tubuhnya ke posisi nyaman. Untuk melawan rasa sakit dokter akan memberikan obat penghilang rasa sakit dan perawat akan memberikan terapi-terapi untuk me-relokasi bagian-bagian tubuh yang terserang dengan terapi-terapi khusus. Rasa sakit dapat datang dan pergi dan itu amat normal bagi penderita SBG.

Pengobatan Secara Medis
  1. Pertukaran plasma, serupa dengan cuci darah, yaitu penggantian plasma darah menggunakan alat plasmaferesis. Ini dapat membantu pasien untuk bertahan dari sindrom Guillain–Barré atau mencapai kondisi yang lebih baik.
  2. Pemberikan imunoglobulin intravena (IVIg diberikan melalui darah) dosis tinggi selama lima hari untuk peningkatan kekebalan tubuh.
  3. Pemberian kortikosteroid dosis tinggi sebagai antiradang. Pada beberapa kasus, pemberian kortikosteroid dapat membantu proses penyembuhan. 
Pasien yang berhasil sembuh dari SGB tetap menyisakan kelemahan fungsi tubuh karena sel saraf merupakan jaringan yang tidak bisa kembali dengan sendirinya ketika mengalami kerusakan. Untuk dapat menggerakkan anggota tubuhnya kembali, seperti berjalan, makan, berbicara, atau menulis, pasien harus melakukan terapi dan latihan secara teratur. Dalam jangka waktu satu tahun atau lebih, 85% penderita SGB dapat kembali normal. (dari berbagai sumber)
testimoni
LAMA tak terlihat di rumahnya, Ny Rajasa rupanya dirawat di rumah sakit. Hampir dua minggu dirawat di RS Bethesda Yogyakarta namun tetangganya tak banyak yang tahu. Guru yang memasuki masa pensiun ini baru diketahui sakit oleh tetangga setelah mobil rumah sakit mengantarnya pulang. Ketika diturunkan dari mobil menuju ke rumahnya, sang ibu beranak tiga ini tak bisa jalan melainkan didorong menggunakan ranjang perawatan.

Sakit apa gerangan? Sang suami pasien menceritakan istrinya terkena penyakit GBS atau Guillain Barre Syndrome. Penyakit ini menyerang imunitas tubuh, dan membuat  kelumpuhan otot dalam hitungan jam bahkan membuat otot pernafasan tak bisa bergerak, sehingga paru-paru tidak bisa bekerja optimal bahkan lumpuh.Penyakit ini menyebabkan system kekebalan tubuh kita menjadi kacau.

"Ibu awalnya mengalami kesemutan. Semula sempat dikira stroke namun kok mejalar hingga tubuh terasa lumpuh," kata sang suami ditemui di rumahnya, baru-baru ini.

Penyakit GBS kebanyakan menyerang orang dewasa. Namun, anak-anak pun bisa mengalaminya (2-3% kasus pada anak-anak). Penyebab penyakit ini sampai saat ini belum diketahui tetapi pada banyak kasus sering disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Menurut Spesialis Saraf Anak, Irawan Mangunatmadja dari RSCM, biasanya penyebabnya adalah infeksi virus yang menyebabkan terjadinya inflamasi susunan saraf tepi.

Kondisi GBS juga sering disebut sebagai kondisi lumpuh layu akut. Banyak rumah sakit  melaporkan pasiennya mengalami lumpuh layu akut, dan setelah didiagnosis lebih jauh ternyata  GBS. Lebih lanjut Irawan mengatakan, dalam perkembangannya apabila pasien dinyatakan sembuh, umumnya akan menimbulkan gangguan dalam hal mobilisasi. Di mana ketika berjalan akan sedikit  terganggu sehingga diperlukan sebuah alat bantu.

Gejala pertama dari penyakit ini antara lain kelemahan atau kesemutan di kaki dan dapat menyebar ke lengan dan tubuh bagian atas. Semakin lama semakin meningkat, sampai otot-otot tertentu tidak dapat digunakan sama sekali atau lumpuh keseluruhan.

Diagnosa GBS ini agak sulit dan lama karena seperti kasus umum sehingga harus menelusuri riwayat kesehatan dari fisik maupun tes laboraturium. Dari riwayat penyakit, obat-obatan yang biasa diminum, pecandu alcohol, infeksi-infeksi yang pernah di derita, gigitan kutu. Tidak lupa juga riwayat penyakit yang pernah diderita pasien maunpun keluarga pasien, misalnya diabetes, diet yang pernah dilakukan, semuanya diteliti hingga dokter dapat membuat vonis apakah ya atau tidak anda mengidap penyakit GBS.

Tes labnya pun ada 3 dan berurutan:
  1. Darah lengkap
  2. Lumbar Puncture 
  3. EMG (Electromvogram)

Yang paling `menyakitkan' dari penyakit ini dan yang paling memprihatinkan, penyakit GBS merupakan penyakit MAHAL. Penyakit ini bisa diatasi dengan deteksi dini untuk mendeteksi system imunitas apa yang terserang. Bila daya tahan tubuh pasien mengkonsumsi obat (hanya ada 1 macam), Gamamune (Imuno Globuline) yang harganya 1 botolnya mencapat 4-5juta. Obat ini akan diinfuskan ke tubuh pasien dengan takaran sesuai berat badan pasien. Rata-rata per harinya pasien membutuhkan 4-5 botol/hari. Bisa dibayangkan berapa rupiah yang harus dikeluarkan untuk pengobatan penyakit ini.

Sementara berdasarkan data dari Departemen Kesehatan, setiap tahun GBS hanya menyerang 1-2  orang di antara 100.000 orang di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, kasus GBS terakhir yang pernah dilaporkan sudah terjadi lebih dari 10 tahun yang lalu.

Disebutkan pula sekitar 60% kasus, penyebab GBS tidak pernah diketahui. Sementara 40% lagi diduga dipicu oleh infeksi virus atau bakteri. Mirip dengan penyakit Lupus, GBS juga  termasuk penyakit autoimun yang menyerang sistem kekebalan tubuh. (Hanan Wiyoko/dari berbagai sumber)

Jenis IMS - Gejala Dan Pecegahan IMS

GONORE (Kencing nanah) 

Penyebab : Neisseria gonorhoeae 

Masa inkubasi : Pria 2-5 hari ; Wanita : sulit diketahui oleh karena sering asimtomatik

Gelala klinis :  
Pria > duh tubuh uretra,kental,putih kekuningan atau kuning,kadang-kadang  mukoid
 atau mukopurulen;eritema dan atau edema pada meatus
Wanita >; seringkali asimptomatik,bila ada duh tubuh serviks purulen atau mukopurulen,kadang-kadang disertai eksudat purulen dari uretra atau kelenjar bartholin.
Pencegahan : Tidak berhubungan intim,setia pada pasangan dan menggunakan kondom

Pengobatan :
Pilih salah satu urutan obat berikut :
  1. Siprofloksasin 500 mg,oral,dosis tunggal
  2. Tiamfenikol  3,5,peroral,dosis tunggal
  3. Sefriakson 250 mg,injeks intramuskular,dosis tunggal
  4. Kanamisin 2 mg,intramuskular,dosis tunggal
  5. Sefiksim 400 mg,dosis tunggal
  6. Levofloksasin 250 mg,dosis tunggal
  7. Ofloksasin 400 mg,oral,dosis tunggal


TRIKOMONIASIS

Duh Vagina banyak,kuning kehijauan,kadang-kadang berbusa,berbau seperti ikan busuk,dapat disertai gatal

Pencegahan : Jaga kebersihan alat kelamin.tidak berhubungan intim,setia pada pasangan  dan menggunakan kondom


ULKUS MOLE
Koreng jumlahnya banyak,bentuk tidak  teratur,dasar kotor,tepi tdk bergaung,sekitar koreng merah dan bengkak,terasa sangat nyeri.
Kelenjar getah bening lipat paha membesar,nyeri,dengan kulit kemerahan diatasnya
Pencegahan :
Tidak berhubungan intim,setia pada pasangan,menggunakan kondom
HERPES GENITAL

Gejala klinis :
Pertama diawali dengan bintil lentingan - luka/erosi berkelompok,diatas dasar kemerahan,sangat nyeri,pembesaran kelenjar lipat paha,dan disertai gejala sitemik.

Pencegahan :
Tidak berhubungan intim,setia pada pasangan,menggunakan kondom 
KONDILOMA AKUMINATA (Kutil Kelamin)

Bintil-bintil  menojol berbentuk seperti kutil terutama pada daerah yang lembab Pada Wanita dapat menimbulkan kanker mulut rahim.

Pencegahan :
Jaga kebersihan alat kelamin,tidak berhubungan intim,setia pada pasangan dan menggunakan kondom

PEMBESARAN PADA SKROTUM
Disebabkan oleh infeksi Gonore atau Clamydia yang tidak diobati/berkelanjutan.
Pencegahan :
Mengobati infeksi Gonore atau Clamydia secara dini dengan tepat.
LIMFOGRANULOMA VENERUM
Gejala klinis :
Kelainan kulit awal berupa lecet/luka jarang terlihat.
Pembesaran kelenjar getah bening lipat paha bagian dalam,dengan tanda radang akut.
Pencegahan :
Tidak berhubungan intim,setia pada pasangan,menggunakan kondom

HIV - KELAINAN KULIT PADA PASIEN HIV-AIDS

Infeksi Human Immunedefficiency Virus (HIV) beserta Acquired Immunedefficiency Syndrome (AIDS) adalah masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia. Kelainan kulit adalah hal yang lazim ditemukan pada Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA). Kelainan kulit merupakan salah satu gambaran klinis yang terawal ditemukan pada infeksi HIV. Peningkatan ragam dan keparahan kelainan kulit ini berhubungan dengan semakin lanjutnya infeksi HIV.
 
Macam-macam kelainan kulit pada ODHA
Kelainan kulit pada ODHA secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian utama :
  1. Kelainan kulit yang disebabkan oleh karena infeksi oportunistik (infeksi yang terjadi karena penurunan daya tahan penderita), 
  2. Non-infeksi oportunistik.
Kelainan kulit pada ODHA karena infeksi oportunistik dapat dibagi menjadi:

1. Infeksi jamur
- Jamur pada rongga mulut
- Jamur di badan
- Jamur pada kuku
- Infeksi jamur dalam
2. Infeksi bakteri / kuman

- Folikulitis
- Furunkelosis: infeksi pada akar rambut di kulit-
- Impetigo: infeksi kuman dengan kelainan berupa lepuh-lepuh
 - Selulitis: infeksi kuman yang menyerang lapisan kulit yang lebih dalam
3. Infeksi virus - Herpes simpleks di bibir dan daerah genital
- Herpes zoster / dompo yang meluas
- Cacar air yang berat
- Kutil di kulit atau daerah kelamin yang menyebar dan membesar dengan cepat.
 
 
Kelainan kulit pada ODHA yang NON infeksi oportunistik dapat berupa:
 
1. Kelainan pigmentasi kulit, di mana warna kulit menjadi lebih gelap
2. Kulit kering, bersisik
3. Erupsi papuler pruritik, ditandai timbulnya bintil-bintil kemerahan di seluruh tubuh yang terasa sangat gatal
4. Penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya akan menjadi lebih parah dan semakin sering kambuh, termasuk:
  • Dermatitis seboroik, ditandai oleh sisik kuning berminyak di kulit kepala, alis mata, pipi, dada, punggung
  • Dermatitis numularis, ditandai oleh kelainan berbentuk bulat seperti uang logam, dan basah, sangat gatal, terutama di lengan dan tungkai
  • Penyakit alergi yang lain.
5. Alergi obat: ODHA lebih berisiko menderita alergi obat karena banyaknya ragam obat yang harus dikonsumsi setiap hari secara rutin.
 
6. Infestasi parasit, terutama tungau, menimbulkan penyakit skabies / gudig
 
7. Keganasan / kanker kulit: Sarkoma Kaposi

Dengan beragamnya kelainan kulit pada ODHA mewajibkan kita untuk mewaspadai bila kita menjumpai pasien dengan kelainan kulit seperti yang telah dijelaskan di atas. Karena kelainan kulit merupakan salah satu manifestasi terawal dari HIV-AIDS.
 
Oleh : dr. Yosep Ferdinand Rahmat Sugianto, SpKK
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUP Dr. Kariadi Semarang 

Disclaimer :

Untuk Hasil Sembuh Fungsional Permanen Umumnya di butuhkan pengobatan selama 3-6 bulan pengobatan. Faktor kondisi tubuh seseorang dan suport keluarga sangat berpengaruh terhadap reaksi kesembuhan. Simpanlah alamat & nomor HP kami 082332222009