“Dan apabila aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku” (As Syu’araa: 80)
Slide 1 Code Start -->

ODHA dengan Infeksi Oportunis : Dermatitis Kronis dan SGB

Perbaikan yang begitu cepat hanya dalam waktu 1 bulan pengobatan. Alhamdulllah

Control Keberadaan Virus HIV

Sangat penting di lakukan Kontrol VL selama Pengobatan Kami

Rasulullah ﷺ
“Setiap penyakit ada obatnya, dan bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu penyakit, niscaya akan sembuh dengan izin Allah”

Obat HIV Sudah Di Temukan Oleh Ulama Saintis Pendukung Usamah bin Laden ?

Sheikh Abdul Majid Al-Zindani



HIV-AIDS, sebuah penyakit modern yang konon sering disebut sebagai penyakit yang belum ditemukan obatnya. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusi akibat infeksi virus HIV atau infeksi lain yang mirip. Sedangkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang memperlemah kekebalan tubuh manusia.

Orang-orang yang terjangkit virus tersebut akan menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan tumor. Meskipun berbagai penelitian dan penanganan yang telah ada dapat memperlambat perkembangan virus, namun sampai saat ini masih diklaim belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan total.

AIDS diperkirakan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. UNAIDS telah memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang semenjak tahun 1981 sampai 2006. Kini AIDS merupakan pandemi yang menakutkan di seluruh dunia.

Obat HIV
Kisaran tahun 2008, seorang ulama sekaligus ahli farmasi dari Yaman bernama Abdul Majid Al-Zindani menyampaikan pengumuman perihal keberhasilan penelitiannya dalam hal pengobatan terhadap penderita HIV-AIDS.

Berbicara di sela-sela Konferensi Kedokteran Pertama dan Pameran Medis yang ke-6, Rektor Universitas Al-Iman, Sheikh Abdul Majid Al-Zindani mengungkapkan, bahwa ia bersama rekan-rekan timnya, berhasil menemukan obat untuk mengobati AIDS.

Al-Zindani mengatakan bahwa dia dan tim penelitinya membutuhkan waktu lebih dari 20 tahun untuk menemukan obat tersebut. Ia menambahkan, efektivitas obat tersebut juga telah diuji oleh tim medis khusus di Universitas King Abdul Aziz, Arab Saudi dan di laboratorium Marinir AS. Demikian laporan Yemen Post medio 2008.

Al-Zindani menyatakan juga, obat temuannya itu juga telah diujicobakan pada binatang oleh Universitas Sains dan Teknologi dan telah terbukti efektif menyembuhkan binatang percobaan tersebut. Dari 25 kasus, 13 di antara yang diujinya benar-benar dinyatakan sembuh.

Dalam sebuah laporan lain, dinyatakan bahwa menurut Al-Zindani, sebagaimana dipublikasikan stasiun tv satelit Al-Jazeera, medio 2007, ia telah melakukan uji coba terhadap 15 orang yang positif terkena virus HIV selama antara satu sampai tiga tahun, dan kini seluruhnya sembuh dari virus penyakit yang menghilangkan kekebalan tubuh itu.

Dalam sebuah wawancaranya dengan Al-Jazeera, Al-Zindani mengundang semua institusi obat dan kesehatan serta organisasi kesehatan PBB WHO untuk berkunjung ke Yaman dan menyaksikan langsung praktek pengobatan yang ia lakukan di sana. Ia juga mempersilahkan para pakar untuk menguji coba hasil penemuan ilmiahnya. Meski tak mau membeberkan komponen obat alami itu secara detail, terkait nama tumbuhan dan lokasinya, tapi Al-Zindani mengatakan apa yang dilakukannya bukan karena alasan ekonomis. (Lihat: Video Wawancara Al Jazeera dengan Abdul Majid Al-Zindani)

Ia hanya menyebutkan bahwa penelitiannya dilakukan dengan mengembangkan konsep pengobatan ala Rasulullah SAW (Tibbun Nabawi) dan kemukjizatan pengobatan tersebut.

Saat ini, obat hasil temuannya sudah didaftarkan Hak Patennya di World Intellectual Property Organization (WIPO) dengan nama THE USE OF A HERBAL COMPOSITION FOR THE TREATMENT OF A PERSON INFECTED WITH HIV (Cek di sini).

Selain itu, Al-Zindani juga menyebutkan bahwa ia dan timnya sedang melakukan penelitian lain di Pusat Kedokteran Nabi Universitas Al-Iman untuk menemukan obat penyakit yang belum tersembuhkan lainnya. Sejauh ini, mereka juga mendalami penelitian obat Hepatitis B dan C.

Siapa Al-Zindani?
Syaikh Abdul Madjid Az Zindani adalah seorang ulama yang kharismatik. Beliau menulis sejumlah buku diantara yang terkenal adalah kitab Al Iman. Beliau memiliki sebuah Universitas bernama Universitas Al Iman yang cukup megah yang dibiayai sendiri dan mampu memberikan bea siswa kepada para santrinya.

Terlahir di kota Bad’an dalam wilayah Ibb, Republik Yaman pada tahun 1942, Al-Zindani memiliki nama lengkap Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Hamud Al-Zindani. Ia dilahirkan pada tahun 1942.
Pendidikan awalnya berada di bawah asuhan ayahandanya Syeikh Abdul Aziz bin Hamud al-Zindani. Pendidikan dasarnya dimulai dari Al Kuttab, kemudian beralih ke Aden dan melanjutkan studi secara pondok di situ. Beliau melanjutkan pendidikan tingkat perguruan tinggi di Fakultas Farmasi di Universitas ‘Ain Syams Mesir selama dua tahun sebelum kemudian pindah kuliah Syariah di Universitas al-Azhar.

Pada tahun 1962, beliau sempat ditahan oleh pemerintah Mesir sehingga mengharuskannya untuk dikembalikan ke Yaman. Di Yaman, ia menekuni kembali ilmu-ilmu Islam di bawah asuhan para ulama Yaman sebelum kemudian berangkat ke Arab Saudi. Di Yaman, ia sempat ditunjuk sebagai seorang pendidik di Kementerian Pendidikan. bahkan hasil buku tulisannya yang membahas tentang Akidah berbasis ilmiah menjadi buku pegangan di sekolah dasar dan menengah di seluruh Yaman.
Di Arab Saudi, dia belajar ilmu agama di bawah ajaran mufti Saudi Syaikh Abdul Aziz Bin Baz dan Syaikh Utsaimin serta ulama Saudi lainnya. Pada saat itulah kemudian ia mengembangkan ilmu ‘Ijaz Ilmu dalam lembaga bernama Pusat Kajian Ilmu Sains al-Quran dan Sunnah (1986/1406) di Mekah. Atas hasil penelitian yang dilakukan terutama dalam bidang sains, Al-Zindani mendapat perhatian dan dianugerahi gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Oum Darman, Sudan.
Al-Zindani bukan tipe ulama yang hanya pandai berceramah saja tanpa beramal. Ia tercatat juga pernah turun berjihad di Afghanistan sebagai realisasi atas ucapan-ucapannya yang ia ajarkan di majlis-majlis. Konon, di sinilah ia bertemu dengan Usamah bin Laden dan beberapa tokoh mujahid yang kemudian dikenal sebagai tokoh Al Qaidah. Tokoh Al Qaidah, Syaikh Anwar Awlaki merupakan salah seorang kawannya yang pernah mengajar di Universitas Al Iman. Mujahid asal Amerika Serikat John Walker Lindh juga merupakan muridnya yang belajar di Univeristas Al Iman, Yaman.

Di Yaman, ia juga mendirikan sebuah organisasi kelaskaran mirip Front Pembela Islam (FPI) di Indonesia bernama Front Amar Ma’ruf Nahi Mungkar di Shan’aa`, Yaman. Berada di bawah pimpinan Al-Zindani, Front Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Yaman sering melakukan konvoi untuk merazia tempat-tempat pelacuran dan mencegah bertambahnya kegiatan pemurtadan.

Ormas itu juga eksis dan mampu memberikan perubahan-perubahan yang cukup baik terhadap pemberantasan kemaksiatan di Yaman.
“Tujuan razia tersebut adalah untuk membendung bertambahnya kegiatan kristenisasi di Yaman dan menyebarnya tempat-tempat pelacuran. Padahal, sejumlah para peneliti telah mengingatkan akan bahayanya pelacuran.”

Menurut Al-Zindani, mencegah pelacuran dan maksiat merupakan tuntutan syar’i untuk menegakkan hukuman bagi para pelakunya. Terlebih, setelah berkembangnya isu penculikan para gadis dan dibawa ke tempat-tempat pelacuran.

Aksi yang dilakukan oleh Front Amar Ma’ruf Nahi Mungkar telah menuai hasil. Setelah adanya aksi tersebut, ada beberapa hotel yang tidak menerima pelanggan wanita tanpa mahram. Selain itu, ada beberapa perusahan swasta di bidang transportasi mengkhususkan kendaraan bagi wanita.

Selain dikenal sebagai ulama pendiri Universitas Al Iman Yaman dan seorang akademisi dan peneliti, Al-Zindani juga merupakan Presiden Majelis Syuro Partai Islah Yaman dan salah seorang pendiri Ikhwanul Muslimin Yaman. Ia juga pernah menduduki pengurus Rabithah Alam Islami sebagai Wakil. Dan terakhir, namanya juga masuk dalam daftar teroris versi AS. [mzf/bbs]
*Keterangan gambar:
#1  Ilustrasi
#2  Syaikh Abdul Majid Al-Zindani
#3  Print-Screen Pendaftaran Hak Paten Obat HIV di WIPO

sumber : http://www.muslimdaily.net/berita/internasional/ulama-penemu-obat-virus-hiv-pimpin-front-pembela-islam-ala-yaman-berantas-kemaksiatan.html

ODHA (Tidak) Punya Hak Atas Kesehatannya

"Lu dah lihat sendirikan bro, berapa banyak yang lepas ARV itu MATI, gw ga habis pikir sama lu, lu kok jadi Hopelles gini sech?".....Ya ungkapan kekawatiran terlontar dari mulut salah seorang sahabat ketika ia tahu saya memutuskan berhenti mengkonsumsi obat yang selama kurun waktu 6 tahun menemani saya.
Jangan Sembarangan Minum Obat

Selama kurun waktu tersebut, hidup saya seolah menjadi seperti robot, dikendalikan oleh obat, dulu saya pun akan berkata seperti itu ketika saya mengetahui ada teman yang putus obat, saya selalu takut apabila ada teman yang memutuskan berhenti minum obat.

Awal Pemikiran Stop ARV

Awal tahun 2007 ketika saya lagi asik nonton TV, saya masih ingat pada saat itu hari Sabtu sekitar jam 10.00 WIB, tiba-tiba terlintas di benak saya "selama ini ada banyak penyakit, tapi kenapa seperti tidak ada obatnya,contoh penyakit Flu, ketika terserang Flu, kita minum obat beberapa hari kemudian flunya sembuh, tapi suatu waktu flu itu akan kembali menyerang karena virusnya tidak mati".

Lalu saya berfikir, saya adalah orang yang terlalu yakin dengan agama saya dan terlalu yakin bahwa Tuhan saya tidak akan pernah berbohong, saya sering mendengar banyak masyarakat yang selalu mengutip katanya dari Kitab suci agama saya "Tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya". Begitu kurang lebih kutipan yang saya sering dengar.

Tapi kenapa selama ini begitu banyak penyakit, tapi seperti tidak ada obatnya?
Apakah Tuhan berbohong atau memang kita yang tidak bisa membaca yang telah tersirat dalam kitab suci yang kita sudah sepakat bahwa kitab suci tersebut adalah Firman Tuhan atau Ucapan Tuhan yang di wahyukan kepada Nabi-nya, Orang yang terpilih secara langsung sebagai wakilnya di muka bumi ini.

Hari terus berlalu,Bulan pun terus berganti dan tahun pun seakan berlari begitu cepat, tapi dengan bergantinya hari, berlalunya bulan dan datangnya tahun yang baru, pertanyaan-pertanyaan itu tetap berkecamuk di otak saya.

Dan tiba pada suatu saat di tahun 2011 tepatnya di akhir bulan Maret, saya harus kembali masuk Rumah Sakit dengan kondisi yang sangat mengkawatirkan selama kurang lebih 2 minggu, saking mengkawatirkannya kondisi saya pada saat itu, sampai ibu saya tercinta sudah menyiapkan kain untuk penutup mayat saya, hampir semua yang datang sudah sangat yakin kalau pun hidup, itu semata-mata hanya karena belas kasihan Tuhan kepada saya.

Yah...saya kembali masuk rumah sakit karena obat yang selama ini saya minum telah resisten terhadap virus yang saya miliki, obat yang sudah saya dan mungkin sebagian teman-teman ODHA anggap sebagai nyawa cadangan saya telah berubah fungsi menjadi racun dalam tubuh saya.

Sakit kali ini memang begitu terasa berat buat saya, untuk membuat saya sadar, dokter yang menangani saya sampai harus melakukan cuci darah, karena saya tidak sadar disebabkan kadar Ureum dalam darah saya sangat tinggi untuk ukuran manusia pada umumnya

Setelah dua minggu saya menginap di "Hotel" yang tidak nyaman karena begitu banyak selang yang menempel di tubuh saya, dengan memaksa, saya meminta pulang kerumah. walau dengan sangat terpaksa dan istri saya harus menandatangani surat yang intinya pihak Rumah sakit tidak dapat di salahkan jika terjadi sesuatu terhadap saya selepas saya keluar dari rumah sakit.

Saya Seperti Di Tampar Tuhan

Beberapa hari setelah kembali kerumah, tanpa saya duga, seorang sahabat  dari SMA datang  menjenguk saya dirumah, sahabat saya jelas sekali terlihat kaget melihat kondisi saya yang mungkin tidak pernah dia bayangkan ketika keluar rumahnya menuju kerumah saya.

Wajar jika memang sahabat saya tersebut kaget, karena kondisi saya pada saat itu jauh berbeda ketika terakhir kali ia main kerumah saya di bulan puasa tahun 2010 terlebih ketika saya masih sama-sama satu SMA dengan ia , saat itu berat badan saya hanya 60kg. berat badan saya ketika SMA dulu pernah mencapai 90kg.

Tanpa saya duga, ia menyuruh saya minum produk herbal yang sepertinya sengaja ia bawa untuk saya, sebuah produk dari alam yang sebelumnya sangat saya benci karena menurut saya tidak sesuai dengan pengobatan modern saat ini (memakai produk herbal adalah kuno bagi saya), memang sedikit ada pemaksaan disana waktu itu, karena ia tau kalau saya sangat tidak suka dan tidak percaya dengan yang namanya herbal dan saya selalu skeptis dengan orang-orang yang menjual produk Herbal adalah para PEMBOHONG.

Pada Akhirnya dengan sangat terpaksa saya terus minum "hadiah"yang di berikan oleh sahabat saya tersebut.

Dua minggu setelah keluar rumah sakit, kembali saya harus ke rumah sakit untuk check-up kesehatan saya, Disinilah yang membuat saya terkejut, dokter yang menangani saya selama saya sakit mengatakan bahwa saya tidak perlu melanjutkan cuci darah, karena secara signifikan perkembangan Ureum saya turun di luar dari yang di perkirakan dokter.

mendengar dokter berkata seperti itu, saya sampai menitiskan air mata terharu, karena selama ini saya sudah pasrah kalau hidup saya seolah seperti mayat hidup yang seminggu dua kali harus cuci darah.

Sampai dirumah saya bersorak girang ketika menceritakan kondisi saya tersebut, ibu saya pun sampai  menitiskan air mata terharu dan langsung sujud syukur saking kegirangan

Selang beberapa waktu keluar rumah sakit, kondisi saya jauh lebih baik, bahkan lebih baik ketimbang sebelum saya sakit yang terakhir beberapa waktu lalu, hanya dalam selang waktu satu setengah bulan berat badan saya naik hingga mencapai 18 kg , sebuah berat yang selama ini sangat sulit untuk bisa saya capai dan ketika saya sedang duduk termenung, saya jadi teringat dengan sahabat saya, tersebut ia seolah datang sebagai sosok tangan Tuhan yang sedang menggampar saya waktu itu atas jawaban dari kelancangan saya mempertanyakan kebenaran Firmannya terkait obat, selama ini, obat yang saya anggap kuno karena tidak sesuai dengan perkembangan jaman, ternyata telah berhasil menyembuhkan ginjal saya yang menurut dokter hanya bekerja 10% dari manusia pada umumnya dan agar saya tetap sehat, saya harus cuci darah rutin seminggu dua kali. Bagi saya ini seperti sebuah jawaban langsung dari Tuhan dan sekaligus tamparan nyata buat saya.

Beberapa bulan setelah itu, saya kembali memutuskan untuk tidak lagi mengkonsumsi obat yang telah menjadi racun untuk tubuh saya dan hampir-hampir merenggut nyawa saya dari dalam jasadnya.

Tapi apa yang terjadi setelah beberapa bulan saya berhenti mengkonsumsi ARV, walau mereka secara jelas melihat perkembangan fisik saya yang jauh lebih baik dari pada saat mengkonsumsi ARV, namun banyak nada sinis yang datang kepada saya yang tidak dapat saya hindari baik dari teman - teman yang selama ini pernah jalan beriringan dalam program HIV dan AIDS maupun dari para dokter baik yang menangani saya maupun yang kenal kepada saya. Seolah-olah keputusan saya berhenti mengkonsumsi ARV adalah  sebuah tindakan saya paling bodoh yang pernah saya buat dan seolah-olah seperti bentuk keputusasaan saya terhadap kondisi saya.

Putus ARV sama dengan mati, seperti sebuah harga mati yang tidak bisa di tawar-tawar lagi, doktrinan ini terlanjur melekat kepada ODHA, menurut saya Doktrinan ini sangat berbahaya, dapat melunturkan nilai-nilai ketakwaan kita terhadap Tuhan dan juga seakan-akan ODHA tidak punya hak untuk membuat pilihan bagi kesehatannya, Menentang ARV adalah maut ganjarannya, jadi seolah-olah nyawa kita hanya tergantung dari ARV, produk buatan manusia, seakan tidak ada pilihan obat lain selain ARV serta yang pastinya Seakan-akan kita melupakan yang sangat berkuasa atas diri kita, atas nyawa kita yaitu diri kita sendiri dan TUHAN

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al- Baqarah: 168).

sumber

Faktor Yang Berpengaruh Hasil CD4

Apa yang mempengaruhi jumlah Sel CD4?
Jumlah sel CD4 bervariasi setiap waktu dan nilainya dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa hal yang berpengaruh pada cd4 adalah:
– CD4 biasanya memiliki kecenderungan rendah di pagi hari dan naik di sore hari.
– infeksi akut seperti pneumonia, flu, herpes akan menurnkan jumlah sel cd4
– setelah di vaksin biasanya jumlah sel cd4 turun
– kemoterapi bisa menurunkan jumlah sel cd4
– kelelahan dan stress bisa juga menurunkan sel cd4.

Oleh sebab itu jika kita melakukan tes cd4 usahakan,
– menggunakan klinik yang sama
– mengambil sampel darah di jam yang hampir sama
– tunggu kondisi tubuh Anda sehat dan bugar

Seberapa sering dokter merekomendasikan tes CD4?
Selama kita menjadi ODHA maka tes CD4 dilakukan pada
– awal kita di vonis
– setelah dua minggu atau delapan minggu setelah masuk terapi ARV
– setiap tiga sampai enam bulan sekali guna melihat perkembangan terapi Anda

Berapa biaya tes cd4?
Biaya tes CD4 bervariasi antara 50 rb-200 rb.

sumber : http://temansehati.web.id/tag/faktor-yang-mempengaruhi-jumlah-cd4/

SISTEM IMUN

Pengertian Sistem Imun
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker
            Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
2.2.  Macam-macam Sistem Pertahanan Tubuh
Sistem kekebalan tubuh manusia dibagi 2, yaitu kekebalan tubuh tidak spesifik dan kekebalan tubuh spesifik.
a.       Sistem kekebalan tubuh non spesifik
Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap pertama
Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut kekebalan tubuh alami. Tubuh memberikan perlawanan atau penghalang bagi masuknya patogen/antigen. Kulit menjadi penghalan bagi masuknya patogen karena lapisan luar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Air mata memberikan perlawanan terhadap senyawa asing dengan cara mencuci dan melarutkan mikroorganisme tersebut.
Minyak yang dihasilkan oleh Glandula Sebaceae mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan untuk memerangkap patogen yang masuk ke dalam hidung atau bronkus dan akan dikeluarkjan oleh paru-paru. Rambut hidung juga memiliki pengaruh karenan bertugas menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya.
Semua zat cair yang dihasilkan oleh tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzimm yang disebut lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis membran dinding sel bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati. Bila patogen berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedua akan aktif.
Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap ke dua
Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik, dimana jika ada patogen atau antigen yang masuk ke dalam tubuh dan menyerang suatu sel, maka sel yang rusak itu akan melepaskan signal kimiawi yaitu histamin. Signal kimiawi berdampak pada dilatasi(pelebaran) pembuluh darah dan akhirnya pecah. Sel darah putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit keluar dari pembuluh darah akibat gerak yang dipicu oleh senyawa kimia(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifatnya fagosit,sel-sel darah putih ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut.
Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika yang dimakan adalah benda cair, maka disebut pinositosis. Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan cara menyelubungi patogen tersebut dengan pseudopodianya dan membunuh patogen dengan bantuan lisosom. Pembunuh dengan bantuan lisosom bisa melalui 2 cara yaitu lisosom menghasilkan senyawa racun bagi si patogen atau lisosom menghasilkan enzim lisosomal yang mencerna bagian tubuh mikroba.
Pada bagian tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak berpindah-pindah ke bagian tubuh lain, antara lain : paru-paru(alveolar macrophage), hati(sel-sel Kupffer), ginjal(sel-sel mesangial), otak(sel–sel microgial), jaringan penghubung(histiocyte) dan pada nodus dan spleen. Acidofil/Eosinofil berperan dalam menghadapi parasit-parasit besar. Sel ini akan menempatkan diri pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim penghancur dari granul-granul sitoplasma yang dimiliki. Selain leukosit, protein antimikroba juga berperan dalam menghancurkan patogen.
Protein antimikroba yang paling penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari sistem komplemen yang berperan penting dalam proses pertahan non spesifik dan spesifik serta interferon. Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi oleh virus yang berfungsi menghambat produksi virus pada sel-sel tetangga. Bila patogen berhasil melewati seluruh pertahanan non spesifik, maka patogen tersebut akan segera berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai oleh limfosit.
b.       Sistem kekebalan tubuh spesifik
Pertahanan Spesifik: Imunitas diperantai antibodi Untuk respon imun yang diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam proses ini, dimana limfosit B akan melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder.Jika sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B membelah secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel limfosit B.
Semua Limfosit B segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang sel Mast untuk menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut limfosit B memori. Inilah proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen yang sama menyerang kembali, Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih banyak sel Limfosit B daripada sebelumnya.
Semuanya melepaskan antibodi dan merangsang sel Mast mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen tersebut. Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang ada dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan kenapa respon imun sekunder jauh lebih cepat daripada respon imun primer.
Suatu saat, jika suatu individu lama tidak terkena antigen yang sama dengan yang menyerang sebelumnya, maka bisa saja ia akan sakit yang disebabkan oleh antigen yang sama karena limfosit B yang mengingat antigen tersebut sudah mati. Limfosit B memori biasanya berumur panjang dan tidak memproduksi antibodi kecuali dikenai antigen spesifik. Jika tidak ada antigen yang sama yang menyerang dalam waktu yang sangat lama, maka Limfosit b bisa saja mati, dan individu yang seharusnya bisa resisten terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi jika antogen itu menyerang, maka seluruh proses respon imun harus diulang dari awal.
Pertahanan spesifik: Imunitas diperantai Sel
Untuk respon imun yang diperantarai sel, Limfosit yang berperan penting adalah limfosit T.
Jika suatu saat ada patogen yang berhasil masuk dalam tubuh kemudian dimakan oleh suatu sel yang tidak bersalah(biasanya neutrofil), maka patogen itu dicerna dan materialnya ditempel pada permukaan sel yang tidak bersalah tersebut. Materi yang tertempel itu disebut antigen. Respon imun akan dimulai jika kebetulan sel tidak bersalah ini bertemu dengan limfosit T yang sedang berpatroli, yaitu sel tadi mengeluarkan interleukin 1 sehingga limfosit T terangsang untuk mencocokkan antibodi dengan antigennya.
Permukaan Limfosit T memiliki antibodi yang hanya cocok pada salah satu antigen saja. Jadi, jika antibodi dan antigennya cocok, Limfosit T ini, yang disebut Limfosit T pembantu mengetahui bahwa sel ini sudah terkena antigen dan mempunyai 2 pilihan untuk menghancurkan sel tersebut dengan patogennya. Pertama, Limfosit T pembantu akan lepas dari sel yang diserang dan menghasilkan senyawa baru disebut interleukin 2, yang berfungsi untuk mengaktifkan dan memanggil Limfosit T Sitotoksik.
Kemudian, Limfosit T Sitotoksik akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel yang terkena penyakit tersebut. Kedua, Limfosit T pembantu bisa saja mengeluarkan senyawa bernama perforin untuk membocorkan sel tersebut sehingga isinya keluar dan mati.
2.3 Fungsi Sistem Imun
Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai berikut.
1.        Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit;  menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme  atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan  virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh
2.        Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.
3.        Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal. Sasaran utama: bakteri patogen & virus Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel mast).
4.        Pertahanan Tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit, dan jika sel-sel imun yang bertugas untuk pertahana ini mendapatkan gangguan atau tidak bekerja dengan baik, maka oranmg akan mudah terkena sakit
5.        Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan dari komponen tubuh.
6.        Perondaan, sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuna untuk memantau ke seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami mutasi maka sel peronda tersebut akan membinasakannya. 
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sistem Imun
v  Faktor genetik dan fisiologis
            Faktor resiko fisiologis melibatkan fungsi fisik dari tubuh. Kondisi fisik tertentu, seperti kehamilan atau berat badan berlebih akan meningkatkan stres pada sistem fisiologis ( sebagai contoh : sistem sirkulasi darah) sehingga meningkatkan kerentanan terhadap penyakit pada area ini. 
Faktor keturunan, atau presdiposisi genetik terhadap penyakit tertentu merupakan faktor resiko fisik yang penting. Sebagai contoh, seseorang dengan riwayat keluarga diabetes melitus akan berisiko untuk menderita penyakit ini pada hidupnya, faktor resiko genetik lainnya adalah riwayat keluarga dengan penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit ginjal, atau penyakit mental.
Getah lambung menyebabkan suatu lingkungan yang kurang menguntungkan untuk sebagian bakteri patogen. Air kemih akan membilas saluran kemih sehingga menurunkan infeksi oleh bakteri. Pada kulitpun dihasilkan zat-zat yang bersifat bakterisida. Darah terdapat sejumlah zat protektif yang bereaksi secara nonspesifik yaitu "natural antibody'' yang tidak bersifat khas untuk bakteri bersangkutan. Faktor humoral lain yaitu properdin dan interferon yang selalu terdapat dan siap untuk.menanggulangi masuknya zat asing.
v  Usia
            Usia meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap penyakit tertentu. Sebagai contoh seseorang bagi yang lahir secara prematur dan semua bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi. Resiko penyakit jantung meningkat seiring usia untuk wanita dan pria. Pada usia 45 tahun atau lebih, terdapat resiko yang lebih besar untuk timbulnya kanker.
 Faktor usia sering dihubungkan dengan faktor resiko lainnya,seperti riwayat keluarga dan kebiasaan pribadi. Perawat harus menekankan pentingnya pemeriksaan berkala untuk kelompok usia tertentu. Otoritas di amerika serikat telah memberikan rekombenasi jadwal skrining kesehatan, imunisasi, dan konseling.
Orang-orang yang berada pada kedua ujung rentan usia lebih rentang usia lebih besar kemungkinannya untuk menghadapi masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi sistem imun ketimbang orang-orang yang berusia dibawah rentang tersebut. Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang berusia lanjut dan peningkatan ini mungkin disebabkan oleh penurunan kemampuan untuk bereaksi secara memadai terhadap mikroorganisme yang menginvasinya. Produksi maupun fungsi limfosit T dan B dapat terganggu. Insidensi penyakit autoimun juga meningkat bersamaan dengan pertambahan usia; hal ini mungkin terjadi akibat penurunan kemampuan antibodi untuk membedakan antara diri sendiri dan bukan diri sendiri. Kegagalan sistem surveilans untuk mengenali sel-sel yang abnormal atau yang mengalami mutasi mungkin bertanggung jawab atas tingginya insidensi penyakit kanker yang berkaitan dengan pertambahan usia.
            Penurunan fungsi berbagai sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan usia juga turut menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta motilitas lambung memungkinkan flora normal intestinal untuk berproliferasi dan menimbulkan infeksi sehingga terjadi gastroenteritis serta diare.
Penurunan pada sirkulasi renal, fungsi fitrasi, absorpsi dan ekskresi turut menyebabkan infeksi saluran kemih. Lebih lanjut, pembesaran kelenjar prostat dan neurogenic bladder dapat menghambat pengaliran urin serta selanjutnya klirens (pembersihan) bakteri lewat sistem urinarius. Stasis urin yang lazim terjadi pada kaum lanjut usia akan memudahkan pertumbuhan mikroorganisme.
            Pajanan terhadap tembakau dan toksin lingkungan akan mengganggu fungsi paru. Pajanan yang lama terhadap kedua agens ini akan menurunkan elasrisitas jaringan paru, keefektifitas silia dan kemampuan batuk yang efektif. Semua gangguan ini akan menghalangi pengeluaran mikroorganisme yang infeksius dan toksin sehingga kerentanan lansia terhadap penyakit infeksi serta kanker paru semakin meningkat.
            Akhirnya, bersamaan dengan pertambahan usia, kulit akan menjadi tipis dan tidak begitu elastis lagi. Neuropati perifer dan penurunan sensibilitas serta sirkulasi yang menyertainya dapat menimbulkan ulkus statis, dekubitus, ekskoriasi dan gejala luka bakar. Gangguan integritas kulit merupakan faktor predisposisi yang memudahkan orang tua untuk mengalami infeksi oleh mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora kulit yang normal.
v  Lingkungan
Tempat dan kondisi lingkungan kita ( udara, air, dan tanah) akan menentukan cara hidup, makanan, agen genetik, keadaan kesehatan, dan kemampuan kita untuk beradaptasi ( murray dan zentner, 2001). Lingkungan fisik tempat seseorang bekerja atau berdiam dapat meningkatkan kecendrungan terjadinya suatu penyakit. Sebagai contoh, beberapa jenis kanker lebih mungkib timbul jika pekerja industri terpajan pada zat kimia tertentu atau jika masyarakat berdiam di dekat lokasi limbah beracun. Penilaian keperawatan meluas dari individu ke keluarga dan kumonitas sekitarnya ( murray dan zentner, 2001)
v  Gaya hidup
Banyak kegiatan, kebiasaan, dan praktik yang melibatkan faktor resiko. Praktik gaya hidup dan tingkah laku dapat memiliki efek positif atau pun efek negatif terhadap kesehatan. Praktik dengan efek yang negatif merupakan faktor resiko. Beberapa kebiasaan merupakan faktor resiko bagi penyakit tertentu.
Sebagai contoh, berjemur di sinar matahari secara berlebihan akan meningkatkan resiko kanker kulit, dan berat badan yang berlebihan akan meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler. Mokdad, et al. (2004) mengidentifikasi faktor resiko tingkah laku yang dimodifikasi sebagai penyebab kematian utama di amerika serikat.
Analisis mereka menunjukkan bahwa walaupun merokok adalah penyebab utama kematian, diet buruk dan kurangnya aktivitas fisik dapat menggantikan posisi ini. Data ini menekankan pentingnya layanan pencegahan. Informasi ini juga memperlihatkan dampak yang besar pada ekonomi dari sistem layanan kesehatan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami dampak tingkah laku gaya hidup terhadap status kesehatan.
v  Stres
Stres merupakan faktor risiko gaya hidup jika ia cukup berat  atau berkepanjangan atau jika individu tersebut tidak dapat mengatasi suatu kejadian hidupnya secara adekuat. Stres mengancam kesehatan mental (stres emosional) dan juga kesejahteraan fisik (stres fisiologis). Keduanya dapat berperan terhadap timbulnya penyakit dan mempengaruhi kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang berkaitan dengan penyakit dan juga kemampuan untuk bertahan dari penyakit yang mengancam jiwa.
 Stres juga mengganggu aktivitas promosi kesehatan dan kemampuan untuk menerapkan modifikasi gaya hidup yang dibutuhkan. Stres juga mengancam kesejahteraan fisik dan dihubungkan dengan penyakit seperti penyakit jantung, kanker, dan kelainan gastrointestinal.
v  Jender
Kemampuan hormon-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah diketahui dengan baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen memodulasi aktivitas limfosit T sementara androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi interleukin-2 (IL-2) dan aktivitas sel supresor. Efek hormon seks pada sel-sel B tidak begitu menonjol.
 Estrogen akan mengaktifkan populasi sel B yang berkaitan dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5 (marker antigenik pada sel B). Estrogen cenderung menggalakkan imunitas sementara androgen bersifat imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih sering dijumpai pada wanita ketimbang pada laki-laki.
v  Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi sistem imun yang optimal. Gangguan fungsi imun yang disebabkan oleh defisiensi protein-kalori dapat terjadi akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk sintesis DNA dan protein. Vitamin juga membantu dalam pengaturan proliferasi sel dan maturasi sel-sel imun.
Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik atau trace element (yaitu, tembaga, besi, mangaan, selenium atau zink) dalam makanan umumnya akan mensupresi fungsi imun. Asam-asam lemak merupakan unsur pembangun (building blocks) yang membentuk komponen struktural membran sel. Lipid merupakan prekursor vitamin A, D, E dan K di samping prekursor kolesterol. Baik kelebihan maupun kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi fungsi imun.
Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan limfosit, depresi respon antibodi, penurunan jumlah sel T yang beredar dan gangguan fungsi fagositik. Sebagai akibatnya, kerentanan akibat infeksi sangat meningkat. Selama periode infeksi dan sakit yang serius terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi yang potensial untuk menimbulkan deplesi protein, asam lemak, vitamin, serta unsur-unsur renik dan bahkan menyebabkan resiko terganggunya repon imun serta terjadinya sepsis yang lebih besar.
v  Faktor-faktor psikoneuro-imunologik
Bukti dari hasil observasi klinik dan berbagai penelitian pada manusia serta hewan menunjukkan bahwa respons imun secara parsial di atur dan dimodulasi oleh pengaruh neuroendrokrin (Terr, 1991). Limfosit dan makrofag memilki reseptor yang dapat bereaksi terhadap neorotranmiter serta hormon-hormon endokrin. Limfosit dapat memproduksi dan mensekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip endorfin. Neuron dalam otak, khususnya dalam hipotalamus dapat mengenali prostagladin, interferon dan interleukin disamping histamin dan serotomin yang dilepaskan selama proses inflamasi. Sebagaimana semua sistem biologik lainnya yang berfungsi untuk kepentingan homeostasis, sistem imun di integrasikan dengan berbagai proses psikofisiologik lainnya dan di atur serta dimodulasi oleh otak.
Di lain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neura dan endokrin, termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan sistem imun tampaknya bersifat dua arah. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa parameter sistem imun yang bisa di ukur dapat dipengaruhi oleh strategi biobehavioral yang melibatkan self-regulation. Contoh strategi ini meliputi teknik-teknik relaksasi serta imajinasi, biofeedback, humor, hipnosis dan kondisioning.
v  Kelainan organ yang lain
Keadaan seperti luka bakar atau bentuk cedera lain, infeksi dan kanker dapat turut mengubah fungsi sistem imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktor lainnya menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis pertama pertahanan tubuh. Hilangnya serum dalam jumlah yang besar dalam luka bakar akan menimbulkan deplesi protein tubuh yang esensial, termasuk imunoglobulin. Stresor fisiologik dan psikologik yang disertai dengan stres karena pembedahan atau cedera akan mebstimulasi pelepasan kortisor dari korteks andrenal; peningkatan kortisolserum juga turut menyebabkan supresi respon imun yang normal.
Keadaan sakit yang kronis dapat turut mengganggu sistem imun melalui sejumlah cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi limfosit yang beredar. Disamping itu, fungsi imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah karena asidosis dan toksin urenik. Peningkatan insidensi infeksi pada deabetes juga berkaitan dengan insufisiensi vaskuler, neuropati dan pengendalian kadar glukosa darah yang buruk. Infeksi saluran nafas yang rekuren berkaitan dengan penyakit paru obstruktif menahun sebagai akibat dari berubahnya fungsi inspirasi serta ekspirasi dan tidak efektifnya pembersihan saluran nafas.
v  Penyakit kanker
Imunosupresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun, penyakit kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat melepaskan antigen ke dalam darah; antigen ini akan mengikat antibodi yang beredar dan mencegah antibodi tersebut agar tidak menyebar sel-sel tumor. Lebih lanjut, sel-sel tumor dapat memiliki faktor penghambat yang khusus yang menyalut sel-sel tumor dan mencegah penghancurannya oleh limfost T killer. Dalam stadium awal pertumbuhan tumor, tubuh tidak mampu mengenali antigen tumor sebagi unsur yang asing dan selanjutnya tidak mampu memulai destruksi sel-sel yang malingnan tersebut. Kanker darah seperti Leukimia dan limfoma berkaitan dengan berubahnya produksi serta fungsi sel darah putih dan limfosit.
v  Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada empat klasifi
kasi obat utama yang memiliki potensi untuk menyebabkan imunosupresi: antibiotik, kosteroid, obat-obat anti-inflasi non steroid (NSAID:  nonsteroidal antiinflammatory drugs) dan preparatsitotoksit. Penggunaan preparat ini bagi keperluan terapeutik memerlukan upaya untuk mencari keseimbangan yang sangat tipis antara manfaat terapi dan supresi sistem pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.
v  Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kanker atau pencegahan rejeksi alograft. Radiasi akan menghancurkan limfosik dan menurunkan populasi sel yang diturunkan untuk menggantikannya. Ukuran atau luas daerah yang akan disinari menentukan taraf imunosupresi. Radiasi seluruh tubuh dapat mengakibatkan imonusupensi total pada orang yang menerimanya.
v  Metabolik
Hormon tertentu nyata dapat mempengaruhi respons imun tubuh.  Misalnya: hipoadrenalis dan hipotiroidisme akan mengakibatkan menurunnya daya tahan terhadap inteksi. Orang dengan pengobatan steroid mudah mendapatkan infeksi bakteri maupun virus. Steroid tersebut mempunyai khasiat menghambat fagositasis, produksi antibodi dan menghambat proses radang.
Golongan hormon steroid yaitu hormon kelamin seperti androgen, estrogen dan progesteron.
Diduga merupakan faktor pengubah terhadap respons imun yang tercermin adanya perbedaan jumlah penderita antara laki-laki dan wanita yang mengindap  penyakit imun tertentu.
v  Anatomis
Garis pertahanan pertama dalam menghadapi invasi mikroba biasanya terdapat pada kulit dan selaput lendir yang melapisi permukaan dalam tubuh. Struktur jaringan tsb sebagai imunitas alamiah dengan menyediakan suatu rintangan fisik yang efektif. Kulit lebih efektif daripada selaput lendir. Kerusa­sakan pada permukaan kulit atau selaput lendir, seseorang mudah teriangkit penyakit.
v  Mikrobial
Mikroba yang tidak patogen pada permukaan tubuh baik di luar ataupun di dalam tubuh, akan mempengaruhi sistem imun. Misalnya bakteri tersebut dibutuhkan untuk produksi "natural antibody". Flora yang tumbuh pada tubuh dapat kulit membantu menghambat pertumbuhan kuman patogen. Pengobatan dengan antibiotika dapat mematikan norma flora yang sehingga sebaliknya dapat menyuburkan pertumbuhan bakteri patogen.
Mekanisme pertahanan tubuh
Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan spesifik dan mekanisme pertahanan non spesifik.
1.        Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen adaptif 
Imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan pertahanan tubuh non spesifik sudah ada sebelum ia kontak dengan antigen. Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang.
Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen. Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik disebut juga respons imun didapat. Imunitas spesifik hanya ditujukan terhadap antigen tertentu yaitu antigen yang merupakan ligannya.
Di samping itu, respons imun spesifik juga menimbulkan memori imunologis yang akan cepat bereaksi bila host terpajan lagi dengan antigen yang sama di kemudian hari. Pada imunitas didapat, akan terbentuk antibodi dan limfosit efektor yang spesifik terhadap antigen yang merangsangnya, sehingga terjadi eliminasi antigen.
Sel yang berperan dalam imunitas didapat ini adalah sel yang mempresentasikan antigen (APC = antigen presenting cell = makrofag) sel limfosit T dan sel limfosit B. Sel limfosit T dan limfosit B masing-masing berperan pada imunitas selular dan imunitas humoral. Sel limfosit T akan meregulasi respons imun dan melisis sel target yang dihuni antigen.
Sel limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan memproduksi antibodi yang akan menetralkan atau meningkatkan fagositosis antigen dan lisis antigen oleh komplemen, serta meningkatkan sitotoksisitas sel yang mengandung antigen yang dinamakan proses antibody dependent cell mediated cytotoxicy (ADCC).
Imunitas selular
Imunitas selular adalah imunitas yang diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya. Limfosit T adalah limfosit yang berasal dari sel pluripotensial yang pada embrio terdapat pada yolk sac; kemudian pada hati dan limpa, lalu pada sumsum tulang. Dalam perkembangannya sel pluripotensial yang akan menjadi limfosit T memerlukan lingkungan timus untuk menjadi limfosit T matur.
Di dalam timus, sel prekusor limfosit T akan mengekspresikan molekul tertentu pada permukaan membrannya yang akan menjadi ciri limfosit T. Molekul-molekul pada permukaan membran ini dinamakan juga petanda permukaan atau surface marker, dan dapat dideteksi oleh antibodi monoklonal yang oleh WHO diberi nama dengan huruf CD, artinya cluster of differentiation.  
Secara garis besar, limfosit T yang meninggalkan timus dan masuk ke darah perifer (limfosit T matur) terdiri atas limfosit T dengan petanda permukaan molekul CD4 dan limfosit T dengan petanda permukaan molekul CD8. Sel limfosit CD4 sering juga dinamakan sel T4 dan sel limfosit CD8 dinamakan sel T8 (bila antibodi monoklonal yang dipakai adalah keluaran Coulter Elektronics).
Di samping munculnya petanda permukaan, di dalam timus juga terjadi penataan kembali gen (gene rearrangement) untuk nantinya dapat memproduksi molekul yang merupakan reseptor antigen dari sel limfosit T (TCR). Jadi pada waktu meninggalkan timus, setiap limfosit T sudah memperlihatkan reseptor terhadap antigen diri (self antigen) biasanya mengalami aborsi dalam timus sehingga umumnya limfosit yang keluar dari timus tidak bereaksi terhadap antigen diri.
Secara fungsional, sel limfosit T dibagi atas limfosit T regulator dan limfosit T efektor. Limfosit T regulator terdiri atas limfosit T penolong (Th = CD4) yang akan menolong meningkatkan aktivasi sel imunokompeten lainnya, dan limfosit T penekan (Ts = CD8) yang akan menekan aktivasi sel imunokompeten lainnya bila antigen mulai tereliminasi. Sedangkan limfosit T efektor terdiri atas limfosit T sitotoksik (Tc = CD8) yang melisis sel target, dan limfosit T yang berperan pada hipersensitivitas lambat (Td = CD4) yang merekrut sel radang ke tempat antigen berada.
2.        Mekanisme pertahanan non spesifik (disebut juga komponen nonadapti innate atau imunitas alamiah)
Artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.
Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.
Ø  Permukaan tubuh, mukosa dan kulit
Permukaan tubuh merupakan pertahanan pertama terhadap penetrasi mikroorganisme. Bila penetrasi mikroorganisme terjadi juga, maka mikroorganisme yang masuk akan berjumpa dengan pelbagai elemen lain dari sistem imunitas alamiah.
Ø  Kelenjar dengan enzim dan silia yang ada pada mukosa dan kulit
Produk kelenjar menghambat penetrasi mikroorganisme, demikian pula silia pada mukosa. Enzim seperti lisozim dapat pula merusak dinding sel mikroorganisme.
Ø  Komplemen dan makrofag
Jalur alternatif komplemen dapat diaktivasi oleh berbagai macam bakteri secara langsung sehingga eliminasi terjadi melalui proses lisis atau fagositosis oleh makrofag atau leukosit yang distimulasi oleh opsonin dan zat kemotaktik, karena sel-sel ini mempunyai reseptor untuk komponen komplemen (C3b) dan reseptor kemotaktik. Zat kemotaktik akan memanggil sel monosit dan polimorfonuklear ke tempat mikroorganisme dan memfagositnya.
Ø  Protein fase akut
Protein fase akut adalah protein plasma yang dibentuk tubuh akibat adanya kerusakan jaringan. Hati merupakan tempat utama sintesis protein fase akut. C-reactive protein (CRP) merupakan salah satu protein fase akut. Dinamakan CRP oleh karena pertama kali protein khas ini dikenal karena sifatnya yang dapat mengikat protein C dari pneumokok. Interaksi CRP ini juga akan mengaktivasi komplemen jalur alternatif yang akan melisis antigen.
Ø  Sel ‘natural killer’ (NK) dan interferon
Sel NK adalah sel limfosit yang dapat membunuh sel yang dihuni virus atau sel tumor. Interferon adalah zat yang diproduksi oleh sel leukosit dan sel yang terinfeksi virus, yang bersifat dapat menghambat replikasi virus di dalam sel dan meningkatkan aktivasi sel NK.

Faktor yang Menyebabkan Sistem Pertahanan Tubuh menjadi Lemah
  1. Makanan yang Kita Makan: Asupan makanan yang buruk dalam waktu yang lama dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Makanan dengan bahan kimia tambahan, pestisida, dan pengawet dapat merusak sistem kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan berbagai penyakit kronis. Kekurangan nutrisi juga dapat membuat sistem kekebalan tubuh kita lemah.
  2. Konsumsi Gula yang Kelebihan: Gula yang dibicarakan disini adalah gula kristal rafinasi yang merupakan gula hasil pemurnian sehingga tidak lagi mengandung vitamin dan mineral, hanya sukrosa saja. Gula jenis ini banyak diteliti membahayakan bagi kesehatan, dampaknya  adalah mengurangi kemampuan sel darah putih untuk membunuh kuman. Konsumsi yang tinggi akan memberikan efek buruk pada sistem kekebalan tubuh.
  3. Alkohol yang Berlebihan: Minum minuman beralkohol secara berlebihan dapat merusak sistem kekebalan tubuh. Sama seperti gula, terlalu banyak alkohol dapat mengurangi kemampuan sel darah putih untuk membunuh kuman. Dosis alkohol yang tinggi membuat tubuh kekurangan gizi secara keseluruhan, sehingga merusak kekebalan tubuh.
  4. Kurang Tidur: Tidur yang baik sangat penting bagi tubuh kita untuk mengembalikan energi. Tidur membantu untuk membangun kembali sistem kekebalan tubuh. Tanpa tidur yang cukup, sistem kekebalan tubuh menjadi lemah karena tidak mendapatkan kesempatan untuk membangun kembali.
  5. Stres: Stres menekan fungsi sistem kekebalan tubuh. Stres jangka panjang sangat buruk bagi sistem kekebalan tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa stres kronis menurunkan jumlah sel darah putih.
  6. Dehidrasi: Dehidrasi berarti tubuh kekurangan cairan. Dehidrasi dapat menyebabkan masalah medis. Untuk bekerja, sistem kekebalan tubuh kita membutuhkan jumlah air yang cukup.
  7. Obat: Terlalu sering menggunakan obat yang diresepkan atau non-resep dapat merusak sistem kekebalan tubuh. Obat adalah racun utama yang kita masukkan ke dalam tubuh kita. Bahkan, penggunaan antibiotik dalam jangka panjang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
  8. Eksposur Radiasi: Paparan zat Kimia, sinar UV, dan paparan radiasi, hal-hal tersebut dapat merusak sistem kekebalan tubuh.
  9. Gaya Hidup yang higienis: Kebersihan yang baik sangat penting untuk mempertahankan sistem kekebalan yang kuat. Terlalu banyak terpapar kuman mungkin dapat membuat tubuh menjadi stress karena melewati batas yang bisa dihadapi oleh tubuh. Kehidupan yang higienis adalah cara terbaik untuk menghindari infeksi dan menjaga sistem kekebalan yang kuat.
  10. Tidak Aktif atau Jarang Berolahraga: Olah raga sangat penting untuk menjaga sistem kekebalan tubuh yang baik. Latihan membantu untuk meningkatkan aliran darah yang membantu membersihkan tubuh dari racun tertentu dan produk-produk limbah. Kurang olahraga memperlambat proses ini dan itu menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Obesitas juga dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Infeksi Oportunistis HIV

Apa Infeksi Oportunistik Itu?

Dalam tubuh, kita membawa banyak kumanbakteri, parasit, jamur dan virus. Sistem kekebalan yang sehat mampu mengendalikan kuman ini. Tetapi bila sistem kekebalan dilemahkan oleh penyakit HIV atau obat tertentu, kuman ini mungkin tidak terkendali lagi dan menyebabkan masalah kesehatan.
Infeksi yang mengambil kesempatan dari kelemahan dalam pertahanan kekebalan disebut “oportunistik”. Istilah “infeksi oportunistik” sering kali disingkat menjadi “IO”.
Angka IO sudah menurun secara dramatis sejak tersedia terapi antiretroviral (ART). Namun IO masih menimbulkan masalah, terutama untuk orang yang baru diketahui terinfeksi HIV setelah infeksinya lebih lanjut. Banyak orang masih dirawat inap di rumah sakit dengan IO yang berat. Akibat ini, mereka dites HIV, dan baru diketahui terinfeksinya.

Tes untuk IO

Kita dapat terinfeksi IO, dan “dites positif” untuk IO tersebut, walaupun IO tersebut belum menimbulkan penyakit. Misalnya, hampir setiap orang dengan HIV jika dites untuk virus sitomegalia (cytomegalovirus atau CMV) ternyata positif. Tetapi penyakit CMV sangat jarang berkembang kecuali bila jumlah CD4 turun di bawah 50, yang merupakan tanda kerusakan berat terhadap sistem kekebalan.
Untuk menentukan apakah kita terinfeksi IO, darah kita dapat dites untuk antigen (potongan kuman penyebab IO) atau untuk antibodi (protein yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk memerangi antigen). Ditemukan antigen berarti kita terinfeksi. Ditemukan antibodi berarti kita pernah terpajan pada infeksi. Kita mungkin diberikan imunisasi atau vaksinasi terhadap infeksi tersebut, atau sistem kekebalan mungkin “memberantas” infeksi dari tubuh kita, atau pun kita mungkin tetap terinfeksi. Jika kita terinfeksi kuman penyebab IO, dan jika jumlah CD4 kita cukup rendah sehingga memungkinkan IO berkembang, dokter kita akan mencari tanda penyakit aktif. Tanda ini tergantung pada IO.

IO dan AIDS

Orang yang tidak terinfeksi HIV dapat mengembangkan IO jika sistem kekebalannya rusak. Misalnya, banyak obat yang dipakai untuk mengobati kanker menekan sistem kekebalan. Beberapa orang yang menjalani pengobatan kanker dapat mengembangkan IO.
HIV melemahkan sistem kekebalan, sehingga IO dapat berkembang. Jika kita terinfeksi HIV dan mengalami IO, kita mungkin AIDS.
Di Indonesia, Kemenkes bertanggung jawab untuk memutuskan siapa yang AIDS. Kemenkes mengembangkan pedoman untuk menentukan IO yang mana mendefinisikan AIDS. Jika kita HIV, dan mengalami satu atau lebih IO “resmi” ini, maka kita dianggap AIDS.

IO Mana yang Paling Umum?

Pada tahun-tahun pertama epidemi AIDS, IO menyebabkan banyak kesakitan dan kematian. Namun, setelah orang mulai memakai ART, penyakit akibat IO dialami oleh jauh lebih sedikit orang. Tidak jelas berapa banyak orang dengan HIV akan jatuh sakit dengan IO tertentu.
Pada perempuan, penyakit pada vagina dapat menjadi tanda awal infeksi HIV. Masalah ini, antara lain, termasuk penyakit radang panggul dan vaginosis bakteri.
Berikut tercantum IO yang paling umum, berbarengan dengan penyakit yang biasa disebabkannya, dan jumlah CD4 waktu penyakit menjadi aktif:
  • Kandidiasis adalah infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau vagina. Rentang CD4: dapat terjadi bahkan dengan CD4 yang agak tinggi. 
  • Virus sitomegalia (CMV) adalah infeksi virus yang menyebabkan penyakit mata yang dapat menimbulkan kebutaan. Rentang CD4: di bawah 50. 
  • Dua macam virus herpes simpleks dapat menyebabkan herpes pada mulut atau kelamin. Ini adalah infeksi yang agak umum, tetapi jika kita terinfeksi HIV, perjangkitannya dapat jauh lebih sering dan lebih berat. Penyakit ini dapat terjadi pada jumlah CD4 berapa pun.
  • Malaria adalah umum di beberapa daerah di Indonesia. Penyakit ini lebih umum dan lebih berat pada orang terinfeksi HIV.
  • Mycobacterium avium complex (MAC) adalah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan demam berulang, seluruh badan terasa tidak enak, masalah pencernaan, dan kehilangan berat badan yang berlebihan. Rentang CD4: di bawah 50..
  • Pneumonia pneumocystis(PCP) adalah infeksi jamur yang dapat menyebabkan pneumonia (radang paru) yang gawat. Rentang CD4: di bawah 200. . Sayangnya PCP tetap menjadi IO yang agak umum pada orang yang belum diketahui HIV, atau Odha yang belum mulai ART.
  • Toksoplasmosis (tokso) adalah infeksi protozoa yang menyerang otak. Rentang CD4: di bawah 100. 
  • Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang menyerang paru, dan dapat menyebabkan meningitis (radang pada sistem saraf pusat). Rentang CD4: TB dapat menimbulkan penyakit dengan jumlah CD4 berapa pun. 

HUBUNGAN PENGOBATAN ALTERNATIF DAN PENGOBATAN MEDIS ODHA

Mohammad Kurniawan

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pihak medis atau dokter mampu menyelamatkan lebih dari 3 juta nyawa di dunia pada tahun 2025 jika menawarkan obat AIDS kepada pengidap HIV lebih cepat, segera setelah mereka diketahui positif mengidap virus mematikan itu. Hal ini tentu memberikan harapan yang lebih nyata terhadap pengobatan HIV/AIDS dari pada pengobatan alternatif yang banyak ditawarkan kepada masyarakat di Indonesia oleh pihak tertentu. Namun patut disayangkan pengobatan alternatif tersebut masih menggunakan sebuah metode yang tanpa didasari penelitian mengenai efektifitas terhadap penyembuhan pada penderita HIV/AIDS atau bisa kita sebut ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) terlebih dahulu. Bisa dibayangkan jika itu terjadi maka selain membuang-buang waktu dan biaya dengan sesuatu yang tidak bisa dipercaya tanpa didasari dengan penelitian juga dapat membahayakan nyawa dari penderita karena penanganan yang tidak tepat.


Satu-satunya obat yang saat ini dipercaya sebagai obat dari HIV/AIDS adalah Obat antiretroviral (ARV) yang telah dikenal luas sebagai obat yang dapat menghambat perkembangan penyakit HIV/AIDS. Obat ini memang tidak menyembuhkan, tetapi setidaknya dapat memperpanjang harapan hidup penderita dan tetap bisa beraktivitas normalnya tanpa digerogoti kondisi sakitnya. Di Indonesia kita kenal 2 jenis regimen terapi ARV yang sering kita kenal dengan Terapi Lini Pertama dan terapi Lini Dua. Standar dalam menjalani pengobatan setidaknya menggunakan 3 jenis obat dari 2 golongan obat yang berbeda, Pengobatan dengan menggunakan 3 jenis obat sering sekali disebut dengan HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy). Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk menekan replikasi HIV dalam tubuh manusia. ARV sangat efektif untuk menekan angka kematian dan kesakitan pada orang dengan HIV sehingga dengan mengkonsumsi ARV dengan benar maka dapat meningkatkan kualitas hidup Orang dengan HIV. ARV di Indonesia sudah ada sejak tahun 2006. Obat-obatan antiretroviral ini mendapatkan subsidi dari pemerintah, sehingga ODHA tidak perlu membayar untuk mendapatkannya. Obat ini sendiri sejak tahun 2006 telah mampu diproduksi di dalam negeri dalam bentuk generik. Meski tidak bisa dipungkiri bahwa jenis obat ARV yang telah mampu diproduksi di dalam negeri masih sangat terbatas dan untuk beberapa jenis lainnya masih dimport. Hasil dari program obat ARV bersubsidi ini adadalah menurunya angka kematian akibat HIV di Indoenesia. Jika semula angka kematian di Indonesia dapat mencapai 42 persen, maka belakangan angka kematian akibat HIV dapat ditekan menjadi di bawah 5 persen. Angka kematian ini masih dapat ditekan lagi sekiranya HIV ditemukan lebih dini dan ODHA cepat mengkonsumi ARV. Beberapa terapi pendukung lainnya yang memang penting dalam membantu meningkatkan derajat kesehatan ODHA khususnya adalah suplemen-suplemen yang bertujuan meningkatkan kekebalan tubuh manusia. 


Saat ini penelitian mengenai obat yang benar-benar dapat menyembuhkan ODHA telah banyak dilakukan diberbagai penjuru dunia tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berjalan dengan pesat membuat penelitian untuk pengobatan HIV/AIDS semakin beragam, bahkan banyak yang sudah mengklaim telah menemukan obat untuk penyakit ini. Salah satu contoh penelitian yang ada di Indonesia adalah penelitian yang dilakukan oleh Pusat Studi Perlebahan Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga (LPT Unair), Surabaya yang melakukan uji klinis dengan menggabungkan terapi propolis atau air liur dan racun lebah dilakukan secara simultan dengan ARV. Rusia oleh Ilmuwan dari Vector Institute, Novosibirsk, Rusia, juga mengklaim telah menemukan pengobatan potensial untuk HIV/AIDS (human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome). Pengobatan ini ada pada jamur yang disebut Chaga. Dalam riset yang dilakukan, para ilmuwan memilih 82 jenis dari 33 tipe jamur yang tumbuh di barat daya Siberia. Hasilnya, jamur Chaga menunjukkan spektrum paling luas sebagai antiretroviral. Denmark, Amerika, dan Nigeria masing-masing juga telah mengklaim telah menemukan titik terang mengenai obat yang bisa digunakan untuk pengobatan penyakit HIV/AIDS hingga benar-benar sembuh. Jika klaim yang para peneliti sebutkan tersebut nyata dan berhasil maka akan menjadi sebuah pencapaian besar dalam penanggulangan wabah penyakit ini. 


Dunia pengobatan alternatif HIV/AIDS yang ada di Indonesia juga tidak kalah dengan pencapaian dunia medis dan boleh dibilang cukup berani menjanjikan kesembuhan bagi para penderita penyakit ini. Mengingat untuk para ilmuan yang ahli dan menggunakan teknologi canggih saja masih dipertanyakan dan perlu pembuktian mengenai efektifitas temuanya. Menjadi sebuah tanda tanya karena pengobatan alternatif yang selama ini beredar di Indonesia sudah berani menjanjikan kesembuhan bagi ODHA. Boleh percaya atau tidak, Namun perlu diingat bahwa jika ingin melakukan pengobatan alternatif harus dengan pertimbangan yang cukup, dan jangan hanya memperhatikan aspek karena sudah bosan dalam menjalani pengobatan menggunakan ARV dan tergiur janji akan kesembuhan yang ditawarkan dengan segera, namun keamanan dan metode penyembuhan juga harus kita perhatikan. Satu cara yang lebih bijak adalah dengan mengkonsultasikan rencana ini dengan dokter terlebih dahulu. Pengobatan alternatif umumnya adalah dengan metode pengobatan herbal, dari segi efek samping umumnya memang akan menimbulkan efek yang lebih aman dari pada pengobatan dengan menggunakan ARV seperti yang diresepkan oleh dokter. Tapi dalam kasus terharap ODHA akan riskan jika saat dalam pengobatan secara medis kemudian secara sepihak beralih menuju pengobatan alternatif tanpa sepengetahuan dokter yang menangani dan berhenti mengkonsumsi ARV, maka justru akan sangat membahayakan ODHA. Tanpa mengonsumsi ARV, semua ODHA cepat atau lambat akan memburuk kesehatannya dan kemungkinan terburuknya adalah meninggal. Atau jika ODHA yang ingin mengganti sementara waktu pengobatan dengan ARV ke obat-obat herbal juga berbahaya karena beresiko menimbulkan efek resistensi atau pengebalan ARV terhadap virus HIV untuk pemakaian selanjutnya. Artinya, tindakan beralih dari pengobatan medis ke pengobatan tradisional hanya akan membahayakan ODHA, sebab manfaat ARV adalah penting karena dapat menjaga kesehatan, dan memperbaiki kualitas hidup ODHA, namun memang ada efek samping yang akan dirasakan tetapi bisa ditanggulangi dengan baik. 


Bahan obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan alternatif yang selama ini banyak diketahui salah satunya adalah bersumber dari hewan tokek. Sebuah tim yang diketuai Prof. Wang dari Universitas Henan, Cina (2008), menunjukkan bahwa zat aktif tokek tidak hanya meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh dari suatu organisme, tetapi juga menginduksi sel-sel tumor. Namun untuk pengobatan HIV/AIDS, sampai saat ini belum ada riset untuk membuktikan efektifitasnya. Bagaimana mengenai buah manggis yang dikenal memiliki antioksidan paling tinggi dari buah yang lain, atau buah merah atau mahkota dewa yang terkenal sangat berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit? Jawabanya adalah sama saja, karena ARV memang harus terus dilanjutkan Untuk terapi pengobatan HIV/AIDS. Belum ada yang dapat membuktikan secara klinis efek dari obat-obat tersebut yang diklaim dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit HIV/AIDS. Posisi yang lebih tepat untuk pengobatan alternatif menggunakan herbal adalah pengobatan tambahan (suportif), Artinya, ARV wajib terus dikonsumsi jangka panjang dan boleh ditambah obat alternatif sebagai suplemen untuk membantu menjaga dan meningkatkan kesehatan ODHA. 


Kondisi yang menyebabkan ODHA ingin beralih dari pengobatan medis ke alternative bisa disebabkan karena ODHA bosan sudah sekian lama meminum ARV beserta efek samping yang ditimbulkan namun tak kunjung sembuh. Untuk efek samping tentu sudah disiapkan antisipasinya oleh dokter dengan menambahkan beberapa obat lain seperti obat pusing, mual atau vitamin. Namun untuk menghadapi bosan karena sudah begitu lama mengkonsumsi ARV adalah masalah yang terlihat sepele namun bisa mengakibatkan sesuatu yang serius. Tips Untuk ODHA dan keluarga atau kerabat ODHA agar tidak bosan atau jenuh mengkonsumsi ARV adalah sebagai berikut : 
  • Untuk keluarga dan kerabat agar selalu memberikan motivasi dan semangat secara berkala dan tak kenal bosan, karena dukungan dan perhatian dari keluarga atau kerabat akan sangat bermanfaat bagi psikis ODHA dalam keaseharianya dan selanjutnya agar mereka tidak merasa dikucilkan.
  • Untuk keluarga dan kerabat cobalah sekali waktu mengajaknya untuk melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat seperti kegiatan amal mengenai penyakit HIV/AIDS agar menumbuhkan motivasi dan perasaan lebih baik yang selanjutnya akan memicu semangat untuk bisa sembuh dan membantu orang lain yang memiliki keluhan yang sama agar tak patah semangat. Tentu dengan melihat kondisi ODHA bersangkutan.
  • Untuk ODHA, Tetap jalani hidup dengan bahagia. menderita salah satu penyakit yang paling mematikan didunia memang tidak akan menyenangkan bagi siapapun, tapi cobalah untuk berbahagia, pikirkan mengenai hikmah dan sesuatu untuk direnungkan tentang apa yang sedang berjalan sekarang, bersyukurlah walau mungkin ada perasaan kecewa. perlu diingat bahwa penderita ODHA diseluruh dunia merasakan hal yang sama, bahkan ada yang lebih buruk, jangan sia-siakan hidup, selama masih bernafas akan ada banyak kesempatan dan kebahagiaan yang bisa diraih.
Dari uraian diatas bisa disimpulkan pengguaan ARV dapat digunakan bersamaan dengan media pengobatan alternatif berupa obat-obatan herbal maka dengan demikian peluang untuk meningkatkan dan memelihara derajat dan kualitas hidup ODHA akan lebih besar. Kemudian mengingat obat yang pasti dapat menyingkirkan atau membunuh Virus HIV masih dalam tahap wacana sudah ditemukan maka tindakan terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan melaksanakan prosedur yang sudah ada yaitu dengan mengkonsumsi ARV untuk mencegah penyebarluasan virus HIV dalam tubuh. Pengobatan alternatif sepenuhnya belum bisa dipercaya sebagai pengobatan yang bisa menyembuhkan ODHA. Karena belum ada penelitian mengenai efektifitas metode yang dilakukan, pengobatan alternatif berupa penggunaan obat-obat herbal hanya bersifat terapi tambahan. Penaganan ODHA akan lebih baik jika dilaksanakan dengan cepat setelah diketahui sudah terinfeksi virus HIV, karena akan secepatnya di terapi menggunakan obat-obatan retroviral untuk menekan pertumbuhan virus HIV. Bagi ODHA dan keluarga atau kerabat ODHA memberikan semangat dan dorongan moral akan berperan banyak dalam upaya pegobatan HIV/AIDS.

Komentar Tabib Masrukhi : 
Hubungan itu ada benarnya, namun alternatif tergantung metode dan bahan herbal yang di gunakan agar penyakit HIV benar benar sembuh.Tidak asal meningkatkan stamina tubuh jika pengobatan alternatif hanya untuk meningkatkan daya tahan tubuh tentu tidak perlu biaya mahal. anda bisa mendapatkan dengan meniran / sambiloto dll tidak perlu mahal. karena itu odha pandai pandailah memilih memilah pengobatan alternatif.


Daftar pustaka :


  1. Anonym. (2013) khasiat tokek untuk kesehatan. Available from: http://www.tipscaraterbaik.com/khasiat-tokek-untuk-kesehatan.html, accessed 10 November 2013.
  2. Anonym. (2013) panduan baru dalam pengobatan HIV. Available from: http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/06/130630_aids_acuan_baru_kesehatan.shtml. accessed 10 November 2013.
  3. Anonym.(2012) Terapi ARV Lini 1 dan 2, available from: http://www.odhaberhaksehat.org/2012/terapi-arv-lini-1-dan-2/, accessed 10 november 2013.
  4. Anonym. (2013) Unair Temukan Obat HIV/AIDS dari Air Liur dan Racun Lebah. available from: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/05/28/mni5yb-unair-temukan-obat-hivaids-dari-air-liur-dan-racun-lebah, accessed 10 November 2013.
  5. Bararah, V.F. (2012) 3 Orang Penderita HIV AIDS Bisa Sembuh, available at http://health.detik.com/read/2012/08/03/161839/1982694/763/3-orang-penderita-hiv-aids-bisa-sembuh, accessed 10 November 2013.
  6. Djauzi.s.(2013) obat herbal untuk hiv?. available at http://sains.kompas.com/read/2013/02/24/05063919/Obat.Herbal.untuk.HIV., accessed 10 November 2013
  7. Sartika.K. (2013) Obat HIV/AIDS telah ditemukan?. Available from: http://www.tabloidbintang.com/extra/fenomena/66873-obat-hiv-aids-telah-ditemukan.html, accessed 10 November

Disclaimer :

Untuk Hasil Sembuh Fungsional Permanen Umumnya di butuhkan pengobatan selama 3-6 bulan pengobatan. Faktor kondisi tubuh seseorang dan suport keluarga sangat berpengaruh terhadap reaksi kesembuhan. Simpanlah alamat & nomor HP kami 082332222009