“Dan apabila aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku” (As Syu’araa: 80)
Slide 1 Code Start -->

ODHA dengan Infeksi Oportunis : Dermatitis Kronis dan SGB

Perbaikan yang begitu cepat hanya dalam waktu 1 bulan pengobatan. Alhamdulllah

Control Keberadaan Virus HIV

Sangat penting di lakukan Kontrol VL selama Pengobatan Kami

Rasulullah ﷺ
“Setiap penyakit ada obatnya, dan bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu penyakit, niscaya akan sembuh dengan izin Allah”

Obat pencegahan HIV AIDS

Tanya :

Mencegah HIV AIDS
Nama saya xxxxxxxxx, dari sumatra, 1 bulan yang lalu saya melakukan hubungan yang sangat beRESIKO , karena ketahuan pasangan saya ternyata positif HIV. akhir akhir ini saya jadi sering demam, batuk batuk dan cepat lelah. Kami telah cek Antibodi HIV dan hasilnya " non reaktif ", kami di suruh cek ulang 3 bulan lagi 

Kami sangat gelisah..    Apakah obat ramuan pak tabib bisa mencegah HIV ? 


Jawab :
MENCEGAH LEBIH BAIK DARI PADA MENGOBATI
 JANGAN MENUNGGU HASIL LAB ANTIHIV " REAKTIF " BARU BEROBAT

Ramuan kami bisa untuk pencegahan penyakit HIV.. 
Ada 2 kemungkinan setelah saudara merasa melakukan hubungan BERESIKO meskipun hasil cek lab di nyatakan antihiv " non reaktif "
  1. Virus HIV memang tidak ada dalam tubuh.
  2. Virus HIV sudah ada tetapi TUBUH belum membentuk antibodi HIV sehingga hasil laboratorium  darah di nyatakan antihiv " non reaktif "  dan ini yang akan terjadi klik disini
UPAYA PENCEGAHAN dan Lama Pencegahanya.
  1. Jika kondisi pasien bagus FIT tidak di sertai keluhan Insya Allah PENCEGAHAN cukup 1 bulan.
  2. Jika di sertai keluhan lemas dan lain lain sebaiknya PENCEGAHAN selama 3 bulan setelah itu Cek antihiv ulang. 
Semoga bermanfaat.

TESTIMONI : Bocah Penderita HIV yang Dikucilkan hingga Akhirnya Meninggal


BANYUWANGI  kompas.com JK (12) dengan bahasa isyarat menanyakan kepada VC (24), kakak kandungnya, tentang makam yang mereka kunjungi pada Jumat (26/6/2015) pekan lalu.

Kemudian, VC yang sehari-hari bekerja sebagai pengamen itu menjawab, makam yang dipenuhi taburan bunga tersebut adalah makam adik bungsu mereka, LJ (7), yang meninggal karena infeksi HIV pada Kamis (25/6/2015).

Keharuan langsung menyelimuti tempat pemakaman umum yang berada di wilayah Banyuwangi Barat tersebut. JK yang menderita gangguan pendengaran tersebut menangis sambil memeluk nisan adik kandungnya yang dimakamkan tepat di sebelah makam ibu dan ayah mereka.

Selama setahun terakhir, JK tinggal bersama dengan kakak tertuanya di Bali untuk melanjutkan sekolah di sebuah yayasan. "Sejak ibu dan bapak meninggal pada tahun 2012, saya mengasuh keempat adik kandung saya seorang diri," kata VC kepada Kompas.com.

Keempat adiknya adalah JK (12), Y, TY (10), dan LJ (7). Penderitaan VC semakin bertambah ketika adik bungsunya divonis mengidap virus HIV karena tertular dari ayah dan ibunya yang meninggal terlebih dahulu karena penyakit yang sama.

Dia juga beberapa kali diusir dari lingkungan tempat tinggalnya ketika warga mengetahui adik bungsunya terkena HIV.

Lelaki yang berperawakan kecil tersebut bercerita, pada Februari 2012, ayah dan ibunya jatuh sakit secara bersamaan. Mereka lalu dibawa ke rumah sakit daerah di wilayah Banyuwangi Selatan.

Setelah menjalani pemeriksaan di klinik VCT (voluntary counseling test), bapak dan ibu itu dinyatakan positif mengidap HIV/AIDS. Setelah dirawat selama tiga hari di RS, akhirnya keduanya meninggal dunia pada hari yang sama, dan hanya berselang sekitar satu jam.

"Saat masuk, ibu sudah tidak sadarkan diri. Setelah dicek, ibu dan bapak ternyata positif. Ibu meninggal lebih dahulu, setelah satu jam, bapak kemudian menyusul meninggal dunia," tutur VC.

Akhirnya, pihak RS pun meminta agar dia beserta adik-adiknya untuk melakukan test VCT demi mengetahui kondisi kesehatannya. "Saya shock sekali saat mengetahui jika LJ yang positif. Saat itu, dia baru berumur empat tahun. Akhirnya, saya berjanji bagaimana caranya adik saya bisa sembuh. Apa pun akan saya lakukan," kata VC.

Karena tidak mampu mengasuh keempat adiknya dari hasil mengamen, dia pun rela melepaskan JK ikut kakak tertuanya di Bali, sementara Y diasuh oleh kerabatnya. "Ty dan LJ ikut saya ke mana saja. Biasanya, LJ saya gendong dipunggung dan Ty saya tuntun. Kami berpindah-pindah dari satu kos ke kosan yang lain. Kami benar-benar dikucilkan bukan hanya masyarakat, bahkan oleh keluarga terdekat kami, apalagi setelah tahu ibu dan ayah kami meninggal karena HIV, ditambah lagi adik saya juga menderita penyakit yang sama," kata dia dengan suara parau.

VC mengaku sempat menumpang di rumah temannya di wilayah Banyuwangi Barat. Namun, tak lama di sana, dia disuruh pergi oleh masyarakat sekitar karena takut tertular. Kejadian yang sama juga ia alami saat dia pindah ke rumah temannya di wilayah Jember.

"Sehari-hari saya mengamen untuk bisa makan. Kalau tidak memungkinkan, biasanya saya meninggalkan Ty dan LJ di terminal. Setelah dapat uang, saya kembali ke mereka. Saya tidak tega meninggalkan mereka lama. Walaupun banyak yang bilang saya bajingan, saya masih punya hati karena yang saya lakukan untuk mereka," ungkap VC.

Sementara itu, untuk perawatan LJ, VC mengaku selalu membawa adik bungsu yang lahir pada 1 Agustus 1998 tersebut ke rumah sakit secara rutin. Beberapa kali dia juga meninggalkan LJ untuk dirawat di ruangan anak jika kondisi LJ drop. Sementara itu, VC kembali ke jalanan untuk mengamen dan mengumpulkan uang.

"Kalau LJ dirawat, TY juga ikut menginap di sana. Kalau ada uang, saya pasti menyambangi mereka. ARV untuk adik saya juga rutin diurusi oleh pihak rumah sakit. Dia keluar masuk ruang perawatan anak sejak tahun 2012. Saya bingung. Saudara sama sekali tidak peduli," kata dia.

Dirawat sebulan dan minta pulang
Sebelum meninggal, LJ sempat dirawat selama 28 hari di bangsal perawatan anak. Ty juga ikut menginap di rumah sakit daerah tersebut. "LJ dan kakaknya sudah menjadi bagian dari kami. Selama 28 hari dia dirawat di sini. Tapi, Selasa sore ia dibawa kakaknya pulang," kata Agus Estu, Kepala Ruang Perawatan Anak, saat ditemui Kompas.com, satu hari sebelum LJ meninggal.

Saat itu, Kompas.com berusaha melacak keberadaan LJ dan beberapa kali mendatangi kos mereka. Namun, mereka telah berpindah-pindah bererapa kali.

Menurut Agus Estu, sejak LJ di nyatakan positif, pihak rumah sakit membantu sepenuhnya pengobatan dengan menggunakan dana BPJS Kesehatan. Sementara itu, biaya lain-lainnya merupakan hasil patungan para petugas di rumah sakit. "Untuk makannya, biasanya ditanggung sama bagian gizi. Bukan hanya untuk LJ, tapi juga kakaknya yang ikut tinggal di sini," kata Agus.

Saat dirawat terakhir kali, beberapa kali LJ meminta untuk pulang. Pihak rumah sakit akhirnya menghubungi VC. "Setelah tanda tangan, akhirnya kami mengizinkan VC membawa LJ dan Ty untuk pulang. Saya tahu kalau mereka tidak punya rumah, tetapi mungkin mereka ingin bersama karena VC sempat cerita dapat tumpangan tempat tinggal temannya," tutur Agus lagi.

Namun, sebelum dibawa pulang, pihak rumah sakit berpesan kepada VC untuk segera kembali membawa adiknya jika kondisinya drop. Saat dibawa pulang, berat badan LJ hanya 13,5 kilogram dari berat normal anak seusianya 24 kilogram.

"LJ merupakan anak yang ceria. Dia tidak pernah mengeluh, jarang menangis. Hanya saja, dia sering meminta disuapin saat makan oleh perawat. Saya melihat mereka kurang kasih sayang. Kami merawat dia sejak 2012, saat ayah dan ibunya meninggal karena HIV/AIDS. Mereka tidak ada yang merawat dan memperhatikan. Kakaknya VC itulah yang banting tulang untuk adik-adiknya. Bahkan, kami sering patungan untuk mengganti biaya VC membawa adiknya ke sini karena tinggal jauh dari rumah sakit," ungkap Agus lagi.

Hal senada diungkapkan Hafiful Malik, petugas VCT rumah sakit tersebut. Lelaki yang akrab dipanggil Ipung tersebut mengaku, setelah mengetahui jika ayah dan ibu LJ positif HIV, dia meminta agar semua anak-anak mereka menjalani tes VCT.

"Kami tes mulai anak yang paling kecil dan ternyata hanya LJ yang dinyatakan positif dan kemungkinan besar tertular saat dia dilahirkan dari ibu yang postif HIV/AIDS," kata Hafiful.

Sementara itu, setelah dibawa pulang pada Selasa (23/6/2015), VC kembali melarikan LJ ke rumah sakit pada Rabu (24/6/2015). Setelah dirawat selama semalam, LJ mengembuskan napas terakhirnya pada Kamis (26/6/2015).

"Saat pulang, adik saya minta dibawa ke Jember dan saya menurutinya. Di sana hanya beberapa jam, lalu langsung kembali ke rumah sakit karena kondisinya drop. Kamis pagi dia sempat meminta berkali-kali saya duduk di sampingnya lalu disuruh pergi. Suruh duduk, suruh pergi lagi. Kemudian, saya cium keningnya dan bilang, 'Kalau mau pergi, Mas ikhlas. Ternyata dia pergi ketika saya sedang tidur," kata VC dengan tatapan kosong.

VC mengaku tidak ingin ada anak-anak lain yang mendapat perlakuan seperti adiknya yang dikucilkan. "Saat adik saya masih hidup, semua menjauhi kami. Sekarang, saat dia sudah meninggal, semua mendekat dan mengaku peduli. Selama ini, adik saya diperlakukan tidak adil oleh orang-orang di sekitar kami," kata dia.

Pasca-meninggalnya LJ, VC mengaku akan mencari pekerjaan tetap untuk membiayai adik-adiknya yang lain. "Saya akan meninggalkan dunia jalanan untuk mencari pekerjaan tetap. Selama ini, saya ngamen agar bisa bawa adik saya kerja dan tidak ada pilihan lain," kata dia.

Saat ini, VC tinggal di sebuah puskesmas karena menemani Ty yang sakit dan harus dirawat inap. "Ty mungkin kelelahan karena selama ini tinggal di rumah sakit menemani LJ. Dia juga sedih dan shock karena adiknya meninggal. Sekarang Ty diinfus. Semoga dia cepat sembuh dan segera keluar dari puskesmas biar saya bisa menata hidup lagi. JK juga nginap di sini (puskesmas) sampai Ty keluar," kata dia.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, hingga Januari 2015, terdapat 69 anak positif HIV yang tinggal di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Sebagian besar dari mereka berstatus yatim atau yatim piatu dari orangtua yang juga meninggal karena HIV/AIDS.

"Usia penderita rata-rata berusia 2-10 tahun dan yang paling tua berusia 11 tahun. Salah satunya adalah LJ. Kami sempat menggalang dana untuk dia," kata Tunggul Harwanto, Program Manager Kelompok Kerja Bina Sehat, yang selama ini menaruh perhatian kepada penanganan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Banyuwangi.

Menurut dia, dengan adanya kasus LJ, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi perlu membuat rumah singgah untuk anak penderita HIV ataupun penderita HIV/AIDS serta keluarganya. Sebab, stigma masyarakat dan diskriminasi yang menganggap bahwa HIV/AIDS adalah penyakit kutukan membuat penderita dan keluarga dikucilkan. Hal itu bisa memperparah keadaan pasien.

Selain itu, sosialisasi tentang pemahaman tentang penularan HIV/AIDS juga harus ditingkatkan, khususnya untuk kalangan ibu rumah tangga. "Saat ini, ibu rumah tangga salah satu kelompok masyarakat yang rentan tertular HIV/AIDS. Seharusnya ibu hamil juga mendapatkan pelayanan tes VCT untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Jika positif HIV, maka bisa dicegah agar tidak menular pada anak yang dilahirkan. Jadi, walaupun ibunya positif, masih bisa melahirkan anak yang sehat, tentu dengan pengawasan dari dokter serta penanganan khusus saat melahirkan bayi," ungkap Tunggul.

Tunggul juga menegaskan, program penanggulangan HIV/AIDS bukan hanya tugas Kementerian Kesehatan, melainkan juga seluruh komponen pemerintahan dan masyarakat. "Jika LJ tinggal di rumah singgah dan mendapat pemantauan kesehatan secara maksimal, perawatan yang memadai, dan didukung oleh keluarga dan masyarakat, mungkin dia masih bisa bertahan. Kita tahulah bagaimana kehidupan di jalan, apalagi ikut bersama kakaknya mengamen. Di sini seharusnya pemerintah bertanggung jawab, termasuk juga kepada ODHA (orang dengan HIV/AIDS) anak seperti LJ," ujarnya.


Penulis: Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati
Editor : Glori K. Wadrianto

OBAT TRADISIONAL HIV AIDS

Obat tradisional hiv aids tidak kalah penting perannya. 

Setalah ARV hanya mengendalikan pertumbuhan virus hiv di dalam tubuh dan tidak menyembuhkan secara tuntas, ODHA banyak mencari pengobatan Alternatif / Tradisional. 

Dan ternyata dari pengalaman pasien kami banyak dari mereka ODHA di samping menggunakan ARV juga mengkonsumsi ramuan obat tradisional yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh seperti daun meniran , sambiloto. 

Di samping harga nya sangat murah juga aman di konsumsi. tidak perlu mahal mahal berobat kesana kemari jika metode pengobatannya sebatas meningkatkan daya tahan tubuh. 

kami TABIB MASRUKHI dengan metode Multi Terapi Tidak hanya meningkatkan daya tahan tubuh tetapi juga mengeluarkannya virus HIV baik di sistem peredaran darah juga di Sistem Limfatik

Mengerikan 75 persen PSK di Pulau Bali Terjangkit HIV


75 persen PSK di Bali terjangkit HIV. (Ilustrasi/Istimewa)







DENPASAR - Sekitar 75 persen Pekerja Seks Komersial (PSK) di Provinsi Bali terjangkit HIV/AIDS. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, jumlah PSK di Bali sekitar 6.000 jiwa.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya menjelaskan, saat ini berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali untuk memerangi HIV/AIDS.

"Sebagian besar para PSK itu di daerah Sanur dan Kuta. Berdasarkan hasil zero survei dan beberapa data dari LSM yang konsen di bidang pendampingan kesehatan para PSK, sekitar 75 persen PSK di Bali terjangkit HIV," jelasnya di Denpasar, Bali, Selasa (3/2/2015).

Menurutnya, sebagian besar PSK di berbagai kafe juga mengidap HIV/AIDS. Jumlahnya sekitar 20 persen. Rata-rata PSK yang mengidap penyakit yang mematikan ini berumur produktif, sekitar 19 tahun hingga 39 tahun.

Untuk menekan angka atau mengurangi penyakit HIV/AIDS, Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bali melakukan sejumlah langkah, antara lain dengan cara deteksi dini.

Setiap ibu hamil diminta melakukan pemeriksaan ke layanan Voluntary Counseling Testing (VCT). Selain itu, para PSK setiap bulan harus melakukan cek kesehatan.

Sementara, masyarakat atau PSK yang sudah terjangkit HIV/AIDS diterapi dengan meminum obat antiretroviral (ARV).

"Sekarang ini kami memberikan sosialisasi terhadap ibu hamil untuk tes VCT. Bila diketahui memang terinfeksi HIV/AIDS mereka akan langsung kami terapi," jelasnya.

Lanjutnya, setiap PSK juga dibekali dengan pengetahuan bahaya berhubungan intim, dengan pelanggan bila tidak menggunakan pengaman. Selain itu, pihaknya juga menyosialisasikan kepada masyarakat tentang bahaya seks bebas.

Dia menambahkan, tiga tahun lalu pertumbuhan penyakit HIV/AIDS di Bali sekitar 20-30 persen, sementara saat ini hanya 16 persen.

"Upaya untuk menekan angka penderita HIV/AIDS ini selalu kita lakukan. Estimasi penderita HIV/AIDS di Bali sekitar 26 ribu jiwa, tapi itu terlalu tinggi," pungkasnya.
sumber : http://daerah.sindonews.com/read/959558/27/75-persen-psk-di-bali-terjangkit-hiv-1422959428

RUQYAH

GAY LESBI DENGAN RUKYAH ATAS IJIN ALLAH SEMBUH

Untuk mengobati penyakit Gay Lesbi di perlukan ahli ruqyah yang berpengalaman dan tingkat tinggi. Anda bisa ruqyah di manapun berada, semoga Gusti Allah menyembuhkan dan melindungi.


PRAKTEK RUQYAH 
Buka setiap hari jum`at  Jam  14 - 20 WIB

SYARAT RUQYAH
  • Beragama Islam 
  • Bertaubat 
  • Pasien datang HARUS di antar keluarga
  • Hanya Untuk GAY dan LESBI
  • Mengamal kan Amalan yang kami anjurkan dan tetap berdoa karena hakekatnya Allah lah yang menyembuhkan 
BIAYA RUQYAH  GRATIS 

Tolong share semoga ini merupakan ladang amal bagi kita semua dan semoga Allah meridloi 


ALAMAT 

Griya Medistra 
Jl.Krida Mulya 27 
Kel. Kembaran Kulon - Purbalingga
Jawa Tengah Indonesia 


HAKEKAT KESEMBUHAN ITU HANYA DARI ALLAH

وَ إِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ

Dan apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkanku.”  [QS Asy Syu’ara: 80]

Berdoalah kepadanya, mintalah pertolongannya,
karena hakekat yang menyembuhkan hanyalah Allah, atas ijin Allah

Dan agar doa di KABULKAN maka bersihkan hati dan fikiran
dengan perbanyak istighfar, sholat dan dzikir
Lakukan yang di perintahkan-Nya
Tinggalkan apa yang di larang-Nya
Sabar dan benar dalam menghadapi semua ujian dan cobaan
Berobat lah dengan cara yang benar
semoga Allah memberikan kesembuhan dan hikmah disisinya.

Kami hanyalah lantaran yakni  mengobati sesuai syariat pengobatan.
Ingatlah bahwa semua penyakit itu ada obatnya.

Salam

Tabib Masrukhi






Pengobatan Herpes Simplek

Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan
Ada dua macam penyakit herpes, yaitu
  1.  herpes zoster 
  2.  herpes simpleks. 
Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster, yaitu virus yang juga menyebabkan cacar air. 
Gejalanya khas, yaitu timbul gelembung-gelembung kecil, biasanya di daerah punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi daerah persyarafan tertentu. Gelembung - gelembung ini terasa nyeri dan dapat pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri. Penyakit ini bukan penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna

Herpes simpleks disebabkan oleh herpes virus hominis (HVH). 
Ada dua macam HVH, yaitu 
  1. HVH tipe 1 menyebabkan herpes labialis dan keratitis, serta 
  2. HVH tipe 2 menyebabkan penyakit kelamin yang disebut herpes genitalis. 
Pada herpes labialis, gelembung berisi air terdapat di sekitar bibir yang menyebabkan rasa panas dan gatal. Herpes keratitis, infeksi virus mengenai kornea mata yang dapat menimbulkan luka. Sementara herpes genitalis yang ditularkan melalui hubungan seksual ini memberikan gejala setelah beberapa hari. Misalnya, gatal-gatal dan nyeri di daerah genital, dengan kulit dan selaput lendir yang menjadi merah. Herpes simpleks berkenaan dengan sekelompok virus yang menulari manusia. Serupa dengan herpes zoster, herpes simpleks menyebabkan luka-luka yang sangat sakit pada kulit. Gejala pertama biasanya gatal-gatal dan kesemutan/perasaan geli, diikuti dengan benjolan yang membuka dan menjadi sangat sakit. Infeksi ini dapat menjadi dorman (tidak aktif) selama beberapa waktu, kemudian tiba-tiba menjadi aktif kembali tanpa alasan jelas. Virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat menyebabkan infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks. Herpes simpleks adalah penyakit yang sangat umum. Di AS, kurang-lebih 20 % orang dewasa terinfeksi, dan diperkirakan ada satu juta infeksi baru setiap tahun. Prevalensi dan kejadian di Indonesia belum diketahui. Angka prevalensi infeksi sudah meningkat secara bermakna selama dasawarsa terakhir. Sekitar 80 % orang dengan HIV juga terinfeksi herpes kelamin. Infeksi herpes-2 lebih umum pada perempuan. Di AS, kurang lebih 1 dalam 4 perempuan dan 1 dalam 5 laki-laki terinfeksi herpes simpleks-2. Herpes kelamin berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif waktu melahirkan, sebaiknya melahirkan dengan bedah caesar. Herpes simpleks paling mungkin kambuh pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ini termasuk orang dengan HIV, dan siapa pun berusia di atas 50 tahun. Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa penyakit lebih mungkin kambuh pada orang yang sangat lelah atau mengalami banyak stres. Hubungan Herpes Simpleks dengan HIV Herpes simpleks tidak termasuk infeksi yang mendefinisikan AIDS. Namun orang yang terinfeksi herpes bersama dengan HIV biasanya mengalami jangkitan herpes kambuh lebih sering. Jangkitan ini dapat lebih parah dan bertahan lebih lama dibanding dengan orang HIV-negatif. Luka akibat herpes dapat memberi jalur yang dapat dimanfaatkan HIV untuk melewati pertahanan kekebalan tubuh, sehingga menjadi lebih mudah terinfeksi HIV. Orang dengan herpes simpleks aktif sebaiknya sangat hati-hati waktu berhubungan seks agar menghindari infeksi HIV. Orang dengan HIV dan herpes simpleks bersama juga sebaiknya sangat hati-hati waktu terjangkit herpes aktif. Pada waktu itu, viral load HIV-nya biasanya lebih tinggi, dan hal ini dapat meningkatkan kemungkinan HIV ditularkan pada orang lain. Bagaimana Herpes Menular? Infeksi herpes simpleks ditularkan dari orang ke orang melalui hubungan langsung dengan daerah tubuh yang terinfeksi. Penularan dapat terjadi walaupun tidak ada luka herpes yang terbuka. Lagi pula, sebagian besar orang dengan herpes tidak mengetahui dirinya terinfeksi dan tidak sadar dapat menyebarkannya. Di AS hanya 9 % orang dengan herpes simpleks kelamin mengetahui dirinya terinfeksi. Bagaimana Herpes Diobati? Perawatan setempat untuk herpes zoster sebaiknya termasuk membersihkan lukanya dengan air garam dan menjaganya tetap kering. Gentian violet dapat dioleskan pada luka. Pengobatan baku untuk herpes simpleks adalah asiklovir dalam bentuk pil dua kali sehari. Ada versi asiklovir lain dengan nama valasiklovir. Valasiklovir dapat diminum sekali sehari, tetapi harganya jauh lebih mahal dibandingkan asiklovir. Obat baru sedang di uji coba. Uji coba fase II terhadap ME609 dari Medivir untuk herpes mulut hampir selesai. PCL016 dari Novactyl untuk herpes oral dan kelamin sedang dalam uji coba fase II. Obat ini tidak benar bisa menyembuhkan infeks herpes simpleks — hanya sedikit virus dapat diberantas dari tubuh kita oleh obat. Namun obat ini dapat mengurangi lama dan parahnya jangkitan yang terjadi. Dokter mungkin meresepkan terapi “maintenance”—terapi antiherpes harian—untuk orang dengan HIV yang mengalami HSV kambuhan. Terapi ini dapat mencegah sebagian besar jangkitan kambuh. Penyakit herpes dapat menyebabkan rasa nyeri (sakit) yang amat sangat. Rasa sakit ini harus ditangani dengan baik, dengan memakai analgesik yang cukup untuk menawarkannya. Apakah Herpes Dapat Dicegah? Penyebaran herpes sulit dicegah. Hal ini sebagian karena sebenarnya banyak penderita herpes yang tidak tahu dirinya terinfeksi dan dapat menularkannya. Orang yang tahu dirinya terinfeksi-pun mungkin tidak mengetahui mereka dapat menularkan infeksi walaupun mereka tidak mempunyai luka herpes yang terbuka. Angka penularan dapat dikurangi dengan penggunaan kondom. 

Namun kondom tidak dapat mencegah semua penularan. Infeksi dapat menulari dan ditulari dari daerah kelamin yang agak luas — lebih luas daripada yang ditutup oleh celana dalam—dan juga di daerah mulut. Bila orang dengan herpes minum valasiklovir setiap hari, mereka dapat mengurangi risiko menulari herpes pada orang lain. Para peneliti sekarang mencari vaksin untuk mencegah HSV. Satu calon vaksin menujukkan hasil yang baik terhadap HSV-2 pada perempuan, tetapi tidak pada laki-laki. Belum ada vaksin yang disetujui untuk mencegah infeksi HSV, tetapi penelitian terhadap vaksin untuk HSV berlanjut terus. EPILOG / GARIS BESAR Herpes simpleks adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan herpes kelamin atau “luka demam” di sekitar mulut. Sebagian besar orang yang terinfeksi tidak mengetahui dirinya terinfeksi. Herpes mudah menular dari orang ke orang waktu hubungan seks atau hubungan langsung yang lain dengan daerah infeksi herpes. Herpes dapat menular walaupun luka terbuka tidak terlihat. Belum ada obat penyembuhan untuk herpes. Sekali kita terinfeksi, kita tetap terinfeksi, secara terus-menerus. Orang dengan herpes dapat sekali-kali mengalami jangkitan kulit melepuh yang sakit. Setelah setiap jangkitan selesai, infeksi sementara menjadi laten atau tidak aktif. Orang dengan HIV mengalami jangkitan herpers yang lebih sering dan lebih parah.

Apa Sel CD4 - CD8 - Leokosit - Lymposit ?

Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T. Ada dua macam sel-T. Sel T-4, yang juga disebut CD4 dan kadang kala sel CD4+, adalah sel ‘pembantu’. Sel T-8 (CD8) adalah sel ‘penekan’, yang mengakhiri tanggapan kekebalan. Sel CD8 juga disebut sebagai sel ‘pembunuh’, karena sel tersebut membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus.

Sel CD4 dapat dibedakan dari sel CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya. Protein itu bekerja sebagai ‘reseptor’ untuk HIV. HIV mengikat pada reseptor CD4 itu seperti kunci dengan gembok.
Mengapa Sel CD4 Penting Sehubungan dengan HIV?

HIV umumnya menulari sel CD4. Kode genetik HIV menjadi bagian dari sel itu. Waktu sel CD4 menggandakan diri (bereplikasi) untuk melawan infeksi apa pun, sel tersebut juga membuat tiruan HIV.

Setelah kita terinfeksi HIV dan belum mulai terapi antiretroviral (ART), jumlah sel CD4 kita semakin menurun. Ini tanda bahwa sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak. Semakin rendah jumlah CD4, semakin mungkin kita akan jatuh sakit.

Ada jutaan keluarga sel CD4. Setiap keluarga dirancang khusus untuk melawan kuman tertentu. Waktu HIV mengurangi jumlah sel CD4, beberapa keluarga dapat diberantas. Kalau itu terjadi, kita kehilangan kemampuan untuk melawan kuman yang seharusnya dihadapi oleh keluarga tersebut. Jika ini terjadi, kita mungkin mengalami infeksi oportunistik – lihat Lembaran Informasi (LI) 500.
Apa Tes CD4 Itu?

Contoh kecil darah kita diambil. Darah ini dites untuk menghitung beberapa tipe sel. Jumlah sel CD4 tidak langsung diukur. Malahan, laboratorium membuat hitungan berdasarkan jumlah sel darah putih, dan proporsi sel tersebut yang CD4. Oleh karena itu, jumlah CD4 yang dilaporkan oleh tes CD4 tidak persis.

Karena jumlah CD4 penting untuk menunjukkan kekuatan sistem kekebalan tubuh, diusulkan kita melakukan tes CD4 setiap 3-6 bulan. Namun setelah kita mulai ART dan jumlah CD4 kita sudah kembali normal, tes CD4 dapat dilakukan setiap 9-12 bulan.
Faktor Apa yang Berpengaruh pada Jumlah CD4?

Hasil tes dapat berubah-ubah, tergantung pada jam berapa contoh darah diambil, kelelahan, dan stres. Sebaiknya contoh darah kita diambil pada jam yang sama setiap kali dites CD4, dan juga selalu memakai laboratorium yang sama.

Infeksi lain dapat sangat berpengaruh pada jumlah CD4. Jika tubuh kita menyerang infeksi, jumlah sel darah putih (limfosit) naik. Jumlah CD4 juga naik. Vaksinasi dapat berdampak serupa. Kalau akan melakukan tes CD4, sebaiknya kita menunggu dua minggu setelah pulih dari infeksi atau setelah vaksinasi.
Bagaimana Hasil Tes CD4 Dilaporkan?

Hasil tes CD4 biasanya dilaporkan sebagai jumlah sel CD4 yang ada dalam satu milimeter kubik darah (biasanya ditulis mm3). Jumlah CD4 yang normal biasanya berkisar antara 500 dan 1.600.

Karena jumlah CD4 begitu berubah-ubah, kadang lebih cocok kita lihat persentase sel CD4. Jika hasil tes melaporkan CD4% = 34%, ini berarti 34% limfosit kita adalah sel CD4. Persentase ini lebih stabil dibandingkan jumlah sel CD4 mutlak. Angka normal berkisar antara 30-60%. Setiap laboratorium mempunyai kisaran yang berbeda. Belum ada pedoman untuk keputusan pengobatan berdasarkan CD4%, kecuali untuk anak berusia di bawah lima tahun.

Jumlah CD4 mutlak di bawah 200 menunjukkan kerusakan yang berat pada sistem kekebalan tubuh. Walau CD4% mungkin lebih baik meramalkan perkembangan penyakit HIV dibandingkan CD4 mutlak, jumlah CD4 mutlak tetap dipakai untuk menentukan kapan ART sebaiknya dimulai.

Kadang kita juga diusulkan untuk melakukan tes CD8. Namun sama sekali tidak jelas bagaimana hasil tes CD8 dapat ditafsirkan. Oleh karena itu, tidak ada manfaat mengeluarkan biaya untuk tes CD8.
Apa Artinya Angka Ini?

Jumlah CD4 adalah ukuran kunci kesehatan sistem kekebalan tubuh. Semakin rendah jumlahnya, semakin besar kerusakan yang diakibatkan HIV. Jika kita mempunyai jumlah CD4 di bawah 200, atau persentase CD4 di bawah 14%, kita dianggap AIDS, berdasarkan definisi Kemenkes.

Jumlah CD4 dipakai bersama dengan viral load untuk meramalkan berapa lama kita akan tetap sehat. Lihat LI 125 untuk informasi lebih lanjut tentang tes viral load.

Jumlah CD4 juga dipakai untuk menunjukkan kapan beberapa macam pengobatan termasuk ART sebaiknya dimulai.

Kapan mulai pengobatan untuk mencegah infeksi oportunistik: Sebagian besar dokter meresepkan obat untuk mencegah infeksi oportunistik pada jumlah CD4 yang berikut:

    Di bawah 200: PCP
    Di bawah 100: toksoplasmosis dan meningitis kriptokokus
    Di bawah 50: MAC

Memantau keberhasilan ART: Umumnya jumlah CD4 akan mulai naik segera setelah kita mulai ART. Namun kecepatan sangat beragam, dan kadang pelan. Bila jumlah CD4 di bawah 50 waktu kita mulai ART, jumlah CD4 kita mungkin tidak akan meningkat menjadi normal (di atas 500). Yang penting jumlah naik; kita sebaiknya tidak terlalu berfokus pada angka. Sebaliknya, bila jumlah CD4 mulai menurun lagi setelah naik, mungkin itu adalah tanda bahwa ART kita mulai gagal, dan mungkin rejimen harus diganti.

Jumlah CD4 yang lebih tinggi adalah lebih baik. Namun, jumlah CD4 yang normal tidak tentu berarti sistem kekebalan tubuh benar-benar pulih.
Penyakit dan Kematian ‘Non-AIDS’

Disclaimer :

Untuk Hasil Sembuh Fungsional Permanen Umumnya di butuhkan pengobatan selama 3-6 bulan pengobatan. Faktor kondisi tubuh seseorang dan suport keluarga sangat berpengaruh terhadap reaksi kesembuhan. Simpanlah alamat & nomor HP kami 082332222009