“Dan apabila aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku” (As Syu’araa: 80)
Slide 1 Code Start -->

ODHA dengan Infeksi Oportunis : Dermatitis Kronis dan SGB

Perbaikan yang begitu cepat hanya dalam waktu 1 bulan pengobatan. Alhamdulllah

Control Keberadaan Virus HIV

Sangat penting di lakukan Kontrol VL selama Pengobatan Kami

Rasulullah ï·º
“Setiap penyakit ada obatnya, dan bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu penyakit, niscaya akan sembuh dengan izin Allah”
Tampilkan postingan dengan label berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label berita. Tampilkan semua postingan

10 Negara Dengan Penderita HIV Aids Tertinggi Tahun 2014

Dikutip dari laman Wikipedia bahasa Indoensia, Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
 
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. pasti kalian mengenal yang namanya virus mematikan HIV AIDS, ya virus ini menular akibat sex bebas, pemakaian jarum suntik secara bergantian, dan juga hal lainnya yang bersangkutan dengan penderita, namun bukan berarti kita untuk menjauhinya namun kita harus saling merangkul tanpa adanya rasa takut, nah berikut daftar negara dengan penderita HIV AIDS terbanyak tahun 2014.

10. Republik Demokratik Kongo 1.100.000. Sekitar 100.000 orang meninggal karena AIDS setiap tahun di Republik Demokratik Kongo. Ini adalah salah satu dari negara-negara Afrika pertama yang mengakui virus. Berikut modus utama penularan (87 persen kasus) adalah hubungan seks tanpa kondom.
9. Amerika Serikat 1.148.200. HIV mungkin telah memasuki Amerika Serikat melalui seorang imigran yang terinfeksi tunggal pada akhir 1960-an. Ada persentase yang lebih tinggi dari diagnosis AIDS di timur dan negara-negara selatan. Sebagian besar diagnosis AIDS dapat ditemukan di daerah pesisir.
8. Uganda 1.200.000. Di Uganda, AIDS telah menjadi masalah kesehatan yang serius. Meskipun langkah yang tepat oleh pemerintah untuk menangani penyakit ini, tingkat infeksi HIV di Uganda terus meningkat.

7. Zimbabwe 1.200.000. Sekitar 15 persen dari populasi di Zimbabwe dipengaruhi oleh penyakit ini. Virus ini ditularkan terutama melalui hubungan seks tanpa kondom dan dari ibu kepada anak-anak mereka. Dewasa muda dan wanita yang paling terpukul.

6. Tanzania 1.400.000. Tanzania menghadapi epidemi matang HIV secara umum. Perempuan Tanzania secara khusus terkena penyakit ini; sekitar 60 persen dari yang terkena dampak adalah perempuan. Sekitar 86.000 orang meninggal karena AIDS setiap tahun di negeri ini.


5. Mozambik 1.400.000. Mozambik menghadapi epidemi HIV / AIDS yang parah. Sekitar 74.000 orang kehilangan kehidupan mereka setiap tahun karena AIDS. Modus utama penularan adalah melalui hubungan seks tanpa kondom.

4. Kenya 1.500.000. Meskipun Kenya memiliki epidemi HIV parah secara umum, bangsa Kenya telah mengalami penurunan penting dalam prevalensi HIV dalam beberapa tahun terakhir. Sekitar 80.000 orang meninggal karena AIDS setiap tahun di Kenya.
3. India 2.400.000. Prevalensi AIDS di India telah berkurang (0.41 pada tahun 2002, 0,27 pada tahun 2013) selama dekade terakhir. Sekitar 170.000 orang meninggal karena AIDS di India setiap tahun. Penyebaran penyakit ini terutama terbatas pada daerah timur laut dan selatan.
2. Nigeria 3.300.000. Sekitar 220.000 orang meninggal akibat AIDS setiap tahun di Nigeria. Tingkat prevalensi HIV di antara orang dewasa (berusia antara 15 tahun dan 49 tahun) adalah 3,1 persen. Epidemi adalah kompleks dan bervariasi menurut wilayah.
1. Afrika Selatan 5.600.000. Afrika Selatan memiliki lebih banyak orang dengan HIV daripada bangsa lain di dunia. Sekitar 12 persen dari populasi Afrika Selatan dipengaruhi oleh AIDS, dan sekitar 310.000 orang meninggal karena penyakit ini setiap tahun di negara ini.
sumber : http://www.richestlifestyle.com/top-10-most-advanced-countries-in-medicine/

Ada Kandungan Racun dalam ARV


Kepada Ibu dan Bapak dokter serta paramedis yang baik;
Kita baru saja memperingati Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN) 2012. Ini adalah sebuah malam dimana kita mengenang adik, kakak, pasangan, anak, orangtua, saudara, rekan, kerabat bahkan orang yang tidak kita kenal yang telah mendahului kita. Kalah dalam pertarungannya melawan infeksi HIV di dalam tubuhnya.
Obat dan Racun

Kami tidak ingin banyak berbicara angka kali ini, sebab angka-angka yang selama ini kerap di tampilkan sebenarnya adalah sebuah fenomena berwajah yang memperlihatkan betapa persoalan HIV dan AIDS telah membelit bangsa Indonesia.

Kami berterima kasih sekali kepada Bapak dan Ibu Dokter yang selama ini telah melayani kami dengan memberikan informasi, perawatan dan pengobatan bagi kami di dalam upaya kami mengendalikan HIV yang berada dalam tubuh kami. Kami sangat mengapresiasi ini.

Ijinkan kami bercerita sedikit. Sudah lebih dari 30 tahun HIV dikenal oleh peradaban manusia sebagai sebuah virus yang mematikan. Yang lebih miris lagi dan kami rasakan, beban kami seolah tidak cukup dengan harus berdamai bersama virus dalam tubuh yang mengintai setiap saat tubuh kami dalam kondisi lemah untuk kemudian mengijinkan penyakit lain masuk ke dalam tubuh kamu namun kami juga harus menghadapi penghakiman dari masyarakat luas bahwa kami ini yang terinfeksi HIV adalah golongan orang-orang yang tidak bermoral, melawan takdir, sampah masyarakat dan berjuta sebutan stigmatif lainnya seolah kami ini bukan manusia tanpa mau melihat bahwa diantara kami ada bayi tidak berdosa, anak bahkan Ibu rumah tangga yang tidak pernah membayangkan mereka akan mendapatkan takdir untuk hidup bersama HIV. Sebutan stigmatif itulah yang kemudian membuat kami merasakan diskriminasi yang sangat hebat di dalam setiap aspek kehidupan kami.

Ibu dan Bapak Dokter serta paramedis yang baik

Bapak dan Ibu dokter tentunya sudah mengetahui bahkan di layanan kesehatan saja, kami masih mengalami diskriminasi. Mulai dari gunjingan petugas layanan kesehatan ketika memberikan layanan kepada kami, berlebihannya perlakuan petugas seolah kami ini membawa virus yang menyebar melalui tatapan mata sampai dengan ditolaknya kami mendapatkan kamar untuk perawatan kami dan ironisnya selalu dibungkus dengan perkataan bahwa kami harus ditempatkan dalam kamar isolasi demi kebaikan kami sendiri agar terhindar dari infeksi penyakit yang berasal dari pasien lain.

Kami mungkin sakit, namun kami juga bukan orang bodoh. Kami tahu bahwa sudah menjadi hak setiap pasien untuk terhindar dari infeksi Nosokomial yang selama ini selalu dijadikan alasan petugas layanan kesehatan mengisolasi kami dan atau menolak kami ketika kamar isolasi yang jumlahnya tidak seberapa itu digunakan oleh pasien ODHA yang lain.

Kami masih bisa menerima jika stigma dan diskriminasi ini kami dapatkan dari masyarakat umum karena kami tahu bahwa mereka pun masih belum tertapapar informasi terkait  HIV dan AIDS. Kami sadar bahwa bagi pemerintah kita, urusan HIV dan AIDS ini tidak terlalu seksi untuk dibicarakan dibanding dengan isu pemilihan kepala daerah, kekerasan, kriminal bahkan sampai dengan Lady Gaga. Kami sadar bahwa pemerintah kita telah gagal memberikan edukasi kepada msayarakat terkait HIV dan AIDS sehingga kemudian karena ketidak tahuan mereka, perlakuan diskriminatif sering kami terima.

Ibu dan Bapak Dokter serta paramedis yang baik

Kami berterima kasih karena dengan pemberian ARV secara gratis selama ini telah membuat angka kematian pasangan, teman dan saudara kami yang terinfeksi HIV semakin menurun. ARV telah menjadi teman setia kami dalam membuat perdaimaian dengan HIV yang ada dalam tubuh kami. ARV telah membuat hidup kami yang selama ini suram menjadi punyai seberkas sinar pengharapan. Pengharapan untuk tetap hidup di dunia yang diciptakan Tuhan untuk semua ciptaannya, baik ODHA maupun bukan.

Tahukah Ibu dan bapak, bahwa dalam upaya kami berdamai ditemani oleh ARV tersayang ini kami sering mendapatkan efek tidak menyenangkan akibat dari zat-zat kimia yang terkandung dalam ARV dan harus kami telan setiap harinya sepanjang hidup kami? Ya betul, kami mendapatkan efek samping yang tidak kalah berbahayanya dengan infeksi HIV di dalam tubuh kami. Bagi kami yang perempuan, efek samping ini semakin tidak tertahankan karena kami sadar bahwa penelitian dalam membuat obat ARV ini belum memperhatikan kerentanan biologis dari kami yang perempuan.

Hampir setiap malam kami mengalami kesemutan bahkan hingga kelumpuhan sesaat, anemia berat kadang membuat kami kehilangan kesadaran, lemak otot kami menyusut sehingga pipi dan beberapa bagian tubuh kami menjadi kempot sehingga membuat kami tidak nyaman dalam berinteraksi sebagaimana manusia lainnya karena semakin melekatkan stempel di dahi kami jika kami adalah orang yang hidup dengan HIV.

Semua itu akibat efek samping dari ARV yang selama ini telah kami anggap sebagai teman sehidup semati. Tidak, kami tidak akan protes dan berhenti dengan teman kami itu sebab kami menyadari bahwa hanya merekalah sampai saat ini yang menjadi teman setia dalam mengendalikan teman kami yang nakal bernama HIV di dalam tubuh.

Ibu dan Bapak dokter serta paramedis yang baik

Kami ingin mengajukan permohonan kepada ibu dan bapak semua di dalam peringatan Malam Renungan AIDS Nusantara 2012 ini. Permohonan agar jangan sampai ada diantara kami yang kemudian menyerah dan berpulang kepada Sang Pencipta bukan karena infeksi HIV dalam tubuh namun karena tubuh kami tidak kuat menerima efek samping yang disebabkan ARV yang kami konsumsi. Kami harap ibu dan bapak mau mengabulkan permohonan kami ini.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui panduannya untuk penggunaan ARV 2010 yang kemudian diadopsi oleh Kementrian Kesehatan dalam Panduan ARV yang dikeluarkan pada tahun 2011 telah menyebutkan dengan jelas bahwa ada jenis ARV yaitu jenis d4t atau biasa dikenal dengan nama dagang Stavudine mempunyai kandungan racun yang berbahaya bagi ODHA yang mengkonsumsinya bahkan hingga menyebabkan kematian kami.

Kami menyesalkan karena obat yang lebih banyak bahaya dibanding manfaat bagi kami ini masih terus didistribusikan. Kami menderita karena obat ini. Bahkan kami tidak tahu apakah lebih menderita berdamai dengan HIV dalam tubuh ataukah harus menahankan efek samping dari ARV yang baru saja kami ketahui seharusnya sudah tidak didistribusikan karena mempunyai racun yang membahayakan nyawa kami.
Kami ingin meminta kepada Ibu dan Bapak untuk berhenti memberikan resep obat d4t ini kepada kami. Bantu kami dalam memilih obat yang tepat dan sedikit mengandung racun yang berbahaya bagi tubuh kami. Bantu kami dalam mendorong Kementrian Kesehatan bisa menyediakan obat yang lebih aman untuk menjadi teman seumur hidup kami.

Kami masih ingin hidup. Kami masih ingin mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bukan hanya bagi kami namun juga bagi masyarakat, nusa dan bangsa.
Berikanlah hadiah kepada kami di MRAN 2012 ini dengan Berhenti meresepkan ARV jenis d4t (Stavudine) kepada ODHA.
Selamatkanlah ODHA!

 Salam sayang,
ODHA di Indonesia

Bahaya menyebarkan virus hiv karena DENDAM

Gadis 19 Tahun Ini Tularkan HIV AIDS Pada 300 Orang

Dendam membuat gadis ini tularkan HIV AIDS
Gadis ini mengaku telah tularkan AIDS pada lebih dari 300 orang
Gadis ini mengaku telah tularkan AIDS pada lebih dari 300 orang via www.1688.com.au
Sebuah kabar yang mengejutkan datang dari belahan bumi Afrika, tepatnya di negara Kenya. Di sana terungkap ada seorang gadis yang membalas dendam dan menularkan HIV AIDS pada lebih dari 300 pria.

Menurut Kenyan Daily Post, gadis yang tidak mau disebutkan namanya ini mengaku melakukannya karena dendam. Cerita berawal dari kepergiannya untuk clubbing bersama temannya. Dia mabuk saat clubbing, dan salah seorang temannya telah menyetubuhinya tanpa menggunakan kondom.

Setelah menyadari apa yang telah terjadi padanya, dia berniat untuk bunuh diri karena dibayangi rasa takut jika dia hamil atau kemungkinan untuk mengidap HIV AIDS. Ketakutannya terbukti, tak lama berselang dia divonis positif HIV AIDS.

Aku berubah, aku ingin membalas dendam pada para pria, dan tujuanku adalah untuk menularkan virus ini sebanyak – banyaknya pada mereka,” ungkapnya.

Sejauh ini “korban” dari gadis yang masih berusia 19 tahun ini berjumlah 324 orang. 156 diantara adalah mahasiswa di Universitas Kabarak, tempatnya kuliah. Lainnya tersebar dari dosen, pengacara, politisi hingga selebritis. Diapun menambahkan bahwa targetnya adalah untuk menginfeksi 2.000 laki – laki di Afrika Timur.

“Tiada satupun hari tanpa aku berhubungan intim, seringnya aku melakukannya 4 kali per hari,” tutupnya.
Artikel yang membuat hati miris ini terinspirasi dari BlackNews. Artikel asilinya bisa dilihat disini.

5 Penderita HIV akhirnya Tewas, Mereka meninggal selama Pendampingan

MADIUN - Sebanyak 5 penderita HIV /Aids dari 20 Orang dengan HIV/Aids (ODHA) warga Kota Madiun akhirnya tewas. Mereka meninggal dunia selama pendampingan yang dilaksanakan Yayasan Bambu Nusantara Madiun.

"Data 5 korban meninggal dunia itu tercatat sejak 2014 sampai awal Mei 2015 ini," terang Direktur Yayasan Bambu Nusantara, dr Titik Sugianti kepada SURYA.co.id, Sabtu (09/05/2015).

Lebih jauh, perempuan yang akrab dipanggil Titik ini menguraikan ada kecenderungan jumlah pendertia HIV/Aids di Kota Madiun meningkat tajam setiap tahun berdasarkan data pendampingan.

Namun, jumlah kenaikan itu masih tergolong lebih sedikit jika dibandingkan dengan daerah lain termasuk wilayah Kabupaten Madiun.

Apalagi, pekan ini, saat tim Polres Madiun mengamankan 30 Pekerja Seks Komersial (PSK) di sekitar Pasar Muneng, di Jalur Utama Caruban - Madiun, Desa Muneng, Kecamatan Pilangkenceng ditemukan 7 PSK penderita HIV/Aids.

Apalagi dua di antaranya warga asal Desa Muneng, Kecamatan Pilangkenceng dan Desa Tawangrejo, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun.

"Bagi kami angka penemuan itu cukup besar dan fantastis. Karena lebih dari 20 persen dari PSK yang diamankan sudah dinyatakan positif paska pemeriksaan kesehatan," imbuhnya.

sumber : http://www.tribunnews.com/regional/2015/05/09/lima-orang-penderita-hivaids-di-madiun-telah-meninggal-dunia

Obat HIV Sudah Di Temukan Oleh Ulama Saintis Pendukung Usamah bin Laden ?

Sheikh Abdul Majid Al-Zindani



HIV-AIDS, sebuah penyakit modern yang konon sering disebut sebagai penyakit yang belum ditemukan obatnya. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusi akibat infeksi virus HIV atau infeksi lain yang mirip. Sedangkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang memperlemah kekebalan tubuh manusia.

Orang-orang yang terjangkit virus tersebut akan menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan tumor. Meskipun berbagai penelitian dan penanganan yang telah ada dapat memperlambat perkembangan virus, namun sampai saat ini masih diklaim belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan total.

AIDS diperkirakan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. UNAIDS telah memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang semenjak tahun 1981 sampai 2006. Kini AIDS merupakan pandemi yang menakutkan di seluruh dunia.

Obat HIV
Kisaran tahun 2008, seorang ulama sekaligus ahli farmasi dari Yaman bernama Abdul Majid Al-Zindani menyampaikan pengumuman perihal keberhasilan penelitiannya dalam hal pengobatan terhadap penderita HIV-AIDS.

Berbicara di sela-sela Konferensi Kedokteran Pertama dan Pameran Medis yang ke-6, Rektor Universitas Al-Iman, Sheikh Abdul Majid Al-Zindani mengungkapkan, bahwa ia bersama rekan-rekan timnya, berhasil menemukan obat untuk mengobati AIDS.

Al-Zindani mengatakan bahwa dia dan tim penelitinya membutuhkan waktu lebih dari 20 tahun untuk menemukan obat tersebut. Ia menambahkan, efektivitas obat tersebut juga telah diuji oleh tim medis khusus di Universitas King Abdul Aziz, Arab Saudi dan di laboratorium Marinir AS. Demikian laporan Yemen Post medio 2008.

Al-Zindani menyatakan juga, obat temuannya itu juga telah diujicobakan pada binatang oleh Universitas Sains dan Teknologi dan telah terbukti efektif menyembuhkan binatang percobaan tersebut. Dari 25 kasus, 13 di antara yang diujinya benar-benar dinyatakan sembuh.

Dalam sebuah laporan lain, dinyatakan bahwa menurut Al-Zindani, sebagaimana dipublikasikan stasiun tv satelit Al-Jazeera, medio 2007, ia telah melakukan uji coba terhadap 15 orang yang positif terkena virus HIV selama antara satu sampai tiga tahun, dan kini seluruhnya sembuh dari virus penyakit yang menghilangkan kekebalan tubuh itu.

Dalam sebuah wawancaranya dengan Al-Jazeera, Al-Zindani mengundang semua institusi obat dan kesehatan serta organisasi kesehatan PBB WHO untuk berkunjung ke Yaman dan menyaksikan langsung praktek pengobatan yang ia lakukan di sana. Ia juga mempersilahkan para pakar untuk menguji coba hasil penemuan ilmiahnya. Meski tak mau membeberkan komponen obat alami itu secara detail, terkait nama tumbuhan dan lokasinya, tapi Al-Zindani mengatakan apa yang dilakukannya bukan karena alasan ekonomis. (Lihat: Video Wawancara Al Jazeera dengan Abdul Majid Al-Zindani)

Ia hanya menyebutkan bahwa penelitiannya dilakukan dengan mengembangkan konsep pengobatan ala Rasulullah SAW (Tibbun Nabawi) dan kemukjizatan pengobatan tersebut.

Saat ini, obat hasil temuannya sudah didaftarkan Hak Patennya di World Intellectual Property Organization (WIPO) dengan nama THE USE OF A HERBAL COMPOSITION FOR THE TREATMENT OF A PERSON INFECTED WITH HIV (Cek di sini).

Selain itu, Al-Zindani juga menyebutkan bahwa ia dan timnya sedang melakukan penelitian lain di Pusat Kedokteran Nabi Universitas Al-Iman untuk menemukan obat penyakit yang belum tersembuhkan lainnya. Sejauh ini, mereka juga mendalami penelitian obat Hepatitis B dan C.

Siapa Al-Zindani?
Syaikh Abdul Madjid Az Zindani adalah seorang ulama yang kharismatik. Beliau menulis sejumlah buku diantara yang terkenal adalah kitab Al Iman. Beliau memiliki sebuah Universitas bernama Universitas Al Iman yang cukup megah yang dibiayai sendiri dan mampu memberikan bea siswa kepada para santrinya.

Terlahir di kota Bad’an dalam wilayah Ibb, Republik Yaman pada tahun 1942, Al-Zindani memiliki nama lengkap Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Hamud Al-Zindani. Ia dilahirkan pada tahun 1942.
Pendidikan awalnya berada di bawah asuhan ayahandanya Syeikh Abdul Aziz bin Hamud al-Zindani. Pendidikan dasarnya dimulai dari Al Kuttab, kemudian beralih ke Aden dan melanjutkan studi secara pondok di situ. Beliau melanjutkan pendidikan tingkat perguruan tinggi di Fakultas Farmasi di Universitas ‘Ain Syams Mesir selama dua tahun sebelum kemudian pindah kuliah Syariah di Universitas al-Azhar.

Pada tahun 1962, beliau sempat ditahan oleh pemerintah Mesir sehingga mengharuskannya untuk dikembalikan ke Yaman. Di Yaman, ia menekuni kembali ilmu-ilmu Islam di bawah asuhan para ulama Yaman sebelum kemudian berangkat ke Arab Saudi. Di Yaman, ia sempat ditunjuk sebagai seorang pendidik di Kementerian Pendidikan. bahkan hasil buku tulisannya yang membahas tentang Akidah berbasis ilmiah menjadi buku pegangan di sekolah dasar dan menengah di seluruh Yaman.
Di Arab Saudi, dia belajar ilmu agama di bawah ajaran mufti Saudi Syaikh Abdul Aziz Bin Baz dan Syaikh Utsaimin serta ulama Saudi lainnya. Pada saat itulah kemudian ia mengembangkan ilmu ‘Ijaz Ilmu dalam lembaga bernama Pusat Kajian Ilmu Sains al-Quran dan Sunnah (1986/1406) di Mekah. Atas hasil penelitian yang dilakukan terutama dalam bidang sains, Al-Zindani mendapat perhatian dan dianugerahi gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Oum Darman, Sudan.
Al-Zindani bukan tipe ulama yang hanya pandai berceramah saja tanpa beramal. Ia tercatat juga pernah turun berjihad di Afghanistan sebagai realisasi atas ucapan-ucapannya yang ia ajarkan di majlis-majlis. Konon, di sinilah ia bertemu dengan Usamah bin Laden dan beberapa tokoh mujahid yang kemudian dikenal sebagai tokoh Al Qaidah. Tokoh Al Qaidah, Syaikh Anwar Awlaki merupakan salah seorang kawannya yang pernah mengajar di Universitas Al Iman. Mujahid asal Amerika Serikat John Walker Lindh juga merupakan muridnya yang belajar di Univeristas Al Iman, Yaman.

Di Yaman, ia juga mendirikan sebuah organisasi kelaskaran mirip Front Pembela Islam (FPI) di Indonesia bernama Front Amar Ma’ruf Nahi Mungkar di Shan’aa`, Yaman. Berada di bawah pimpinan Al-Zindani, Front Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Yaman sering melakukan konvoi untuk merazia tempat-tempat pelacuran dan mencegah bertambahnya kegiatan pemurtadan.

Ormas itu juga eksis dan mampu memberikan perubahan-perubahan yang cukup baik terhadap pemberantasan kemaksiatan di Yaman.
“Tujuan razia tersebut adalah untuk membendung bertambahnya kegiatan kristenisasi di Yaman dan menyebarnya tempat-tempat pelacuran. Padahal, sejumlah para peneliti telah mengingatkan akan bahayanya pelacuran.”

Menurut Al-Zindani, mencegah pelacuran dan maksiat merupakan tuntutan syar’i untuk menegakkan hukuman bagi para pelakunya. Terlebih, setelah berkembangnya isu penculikan para gadis dan dibawa ke tempat-tempat pelacuran.

Aksi yang dilakukan oleh Front Amar Ma’ruf Nahi Mungkar telah menuai hasil. Setelah adanya aksi tersebut, ada beberapa hotel yang tidak menerima pelanggan wanita tanpa mahram. Selain itu, ada beberapa perusahan swasta di bidang transportasi mengkhususkan kendaraan bagi wanita.

Selain dikenal sebagai ulama pendiri Universitas Al Iman Yaman dan seorang akademisi dan peneliti, Al-Zindani juga merupakan Presiden Majelis Syuro Partai Islah Yaman dan salah seorang pendiri Ikhwanul Muslimin Yaman. Ia juga pernah menduduki pengurus Rabithah Alam Islami sebagai Wakil. Dan terakhir, namanya juga masuk dalam daftar teroris versi AS. [mzf/bbs]
*Keterangan gambar:
#1  Ilustrasi
#2  Syaikh Abdul Majid Al-Zindani
#3  Print-Screen Pendaftaran Hak Paten Obat HIV di WIPO

sumber : http://www.muslimdaily.net/berita/internasional/ulama-penemu-obat-virus-hiv-pimpin-front-pembela-islam-ala-yaman-berantas-kemaksiatan.html

ODHA (Tidak) Punya Hak Atas Kesehatannya

"Lu dah lihat sendirikan bro, berapa banyak yang lepas ARV itu MATI, gw ga habis pikir sama lu, lu kok jadi Hopelles gini sech?".....Ya ungkapan kekawatiran terlontar dari mulut salah seorang sahabat ketika ia tahu saya memutuskan berhenti mengkonsumsi obat yang selama kurun waktu 6 tahun menemani saya.
Jangan Sembarangan Minum Obat

Selama kurun waktu tersebut, hidup saya seolah menjadi seperti robot, dikendalikan oleh obat, dulu saya pun akan berkata seperti itu ketika saya mengetahui ada teman yang putus obat, saya selalu takut apabila ada teman yang memutuskan berhenti minum obat.

Awal Pemikiran Stop ARV

Awal tahun 2007 ketika saya lagi asik nonton TV, saya masih ingat pada saat itu hari Sabtu sekitar jam 10.00 WIB, tiba-tiba terlintas di benak saya "selama ini ada banyak penyakit, tapi kenapa seperti tidak ada obatnya,contoh penyakit Flu, ketika terserang Flu, kita minum obat beberapa hari kemudian flunya sembuh, tapi suatu waktu flu itu akan kembali menyerang karena virusnya tidak mati".

Lalu saya berfikir, saya adalah orang yang terlalu yakin dengan agama saya dan terlalu yakin bahwa Tuhan saya tidak akan pernah berbohong, saya sering mendengar banyak masyarakat yang selalu mengutip katanya dari Kitab suci agama saya "Tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya". Begitu kurang lebih kutipan yang saya sering dengar.

Tapi kenapa selama ini begitu banyak penyakit, tapi seperti tidak ada obatnya?
Apakah Tuhan berbohong atau memang kita yang tidak bisa membaca yang telah tersirat dalam kitab suci yang kita sudah sepakat bahwa kitab suci tersebut adalah Firman Tuhan atau Ucapan Tuhan yang di wahyukan kepada Nabi-nya, Orang yang terpilih secara langsung sebagai wakilnya di muka bumi ini.

Hari terus berlalu,Bulan pun terus berganti dan tahun pun seakan berlari begitu cepat, tapi dengan bergantinya hari, berlalunya bulan dan datangnya tahun yang baru, pertanyaan-pertanyaan itu tetap berkecamuk di otak saya.

Dan tiba pada suatu saat di tahun 2011 tepatnya di akhir bulan Maret, saya harus kembali masuk Rumah Sakit dengan kondisi yang sangat mengkawatirkan selama kurang lebih 2 minggu, saking mengkawatirkannya kondisi saya pada saat itu, sampai ibu saya tercinta sudah menyiapkan kain untuk penutup mayat saya, hampir semua yang datang sudah sangat yakin kalau pun hidup, itu semata-mata hanya karena belas kasihan Tuhan kepada saya.

Yah...saya kembali masuk rumah sakit karena obat yang selama ini saya minum telah resisten terhadap virus yang saya miliki, obat yang sudah saya dan mungkin sebagian teman-teman ODHA anggap sebagai nyawa cadangan saya telah berubah fungsi menjadi racun dalam tubuh saya.

Sakit kali ini memang begitu terasa berat buat saya, untuk membuat saya sadar, dokter yang menangani saya sampai harus melakukan cuci darah, karena saya tidak sadar disebabkan kadar Ureum dalam darah saya sangat tinggi untuk ukuran manusia pada umumnya

Setelah dua minggu saya menginap di "Hotel" yang tidak nyaman karena begitu banyak selang yang menempel di tubuh saya, dengan memaksa, saya meminta pulang kerumah. walau dengan sangat terpaksa dan istri saya harus menandatangani surat yang intinya pihak Rumah sakit tidak dapat di salahkan jika terjadi sesuatu terhadap saya selepas saya keluar dari rumah sakit.

Saya Seperti Di Tampar Tuhan

Beberapa hari setelah kembali kerumah, tanpa saya duga, seorang sahabat  dari SMA datang  menjenguk saya dirumah, sahabat saya jelas sekali terlihat kaget melihat kondisi saya yang mungkin tidak pernah dia bayangkan ketika keluar rumahnya menuju kerumah saya.

Wajar jika memang sahabat saya tersebut kaget, karena kondisi saya pada saat itu jauh berbeda ketika terakhir kali ia main kerumah saya di bulan puasa tahun 2010 terlebih ketika saya masih sama-sama satu SMA dengan ia , saat itu berat badan saya hanya 60kg. berat badan saya ketika SMA dulu pernah mencapai 90kg.

Tanpa saya duga, ia menyuruh saya minum produk herbal yang sepertinya sengaja ia bawa untuk saya, sebuah produk dari alam yang sebelumnya sangat saya benci karena menurut saya tidak sesuai dengan pengobatan modern saat ini (memakai produk herbal adalah kuno bagi saya), memang sedikit ada pemaksaan disana waktu itu, karena ia tau kalau saya sangat tidak suka dan tidak percaya dengan yang namanya herbal dan saya selalu skeptis dengan orang-orang yang menjual produk Herbal adalah para PEMBOHONG.

Pada Akhirnya dengan sangat terpaksa saya terus minum "hadiah"yang di berikan oleh sahabat saya tersebut.

Dua minggu setelah keluar rumah sakit, kembali saya harus ke rumah sakit untuk check-up kesehatan saya, Disinilah yang membuat saya terkejut, dokter yang menangani saya selama saya sakit mengatakan bahwa saya tidak perlu melanjutkan cuci darah, karena secara signifikan perkembangan Ureum saya turun di luar dari yang di perkirakan dokter.

mendengar dokter berkata seperti itu, saya sampai menitiskan air mata terharu, karena selama ini saya sudah pasrah kalau hidup saya seolah seperti mayat hidup yang seminggu dua kali harus cuci darah.

Sampai dirumah saya bersorak girang ketika menceritakan kondisi saya tersebut, ibu saya pun sampai  menitiskan air mata terharu dan langsung sujud syukur saking kegirangan

Selang beberapa waktu keluar rumah sakit, kondisi saya jauh lebih baik, bahkan lebih baik ketimbang sebelum saya sakit yang terakhir beberapa waktu lalu, hanya dalam selang waktu satu setengah bulan berat badan saya naik hingga mencapai 18 kg , sebuah berat yang selama ini sangat sulit untuk bisa saya capai dan ketika saya sedang duduk termenung, saya jadi teringat dengan sahabat saya, tersebut ia seolah datang sebagai sosok tangan Tuhan yang sedang menggampar saya waktu itu atas jawaban dari kelancangan saya mempertanyakan kebenaran Firmannya terkait obat, selama ini, obat yang saya anggap kuno karena tidak sesuai dengan perkembangan jaman, ternyata telah berhasil menyembuhkan ginjal saya yang menurut dokter hanya bekerja 10% dari manusia pada umumnya dan agar saya tetap sehat, saya harus cuci darah rutin seminggu dua kali. Bagi saya ini seperti sebuah jawaban langsung dari Tuhan dan sekaligus tamparan nyata buat saya.

Beberapa bulan setelah itu, saya kembali memutuskan untuk tidak lagi mengkonsumsi obat yang telah menjadi racun untuk tubuh saya dan hampir-hampir merenggut nyawa saya dari dalam jasadnya.

Tapi apa yang terjadi setelah beberapa bulan saya berhenti mengkonsumsi ARV, walau mereka secara jelas melihat perkembangan fisik saya yang jauh lebih baik dari pada saat mengkonsumsi ARV, namun banyak nada sinis yang datang kepada saya yang tidak dapat saya hindari baik dari teman - teman yang selama ini pernah jalan beriringan dalam program HIV dan AIDS maupun dari para dokter baik yang menangani saya maupun yang kenal kepada saya. Seolah-olah keputusan saya berhenti mengkonsumsi ARV adalah  sebuah tindakan saya paling bodoh yang pernah saya buat dan seolah-olah seperti bentuk keputusasaan saya terhadap kondisi saya.

Putus ARV sama dengan mati, seperti sebuah harga mati yang tidak bisa di tawar-tawar lagi, doktrinan ini terlanjur melekat kepada ODHA, menurut saya Doktrinan ini sangat berbahaya, dapat melunturkan nilai-nilai ketakwaan kita terhadap Tuhan dan juga seakan-akan ODHA tidak punya hak untuk membuat pilihan bagi kesehatannya, Menentang ARV adalah maut ganjarannya, jadi seolah-olah nyawa kita hanya tergantung dari ARV, produk buatan manusia, seakan tidak ada pilihan obat lain selain ARV serta yang pastinya Seakan-akan kita melupakan yang sangat berkuasa atas diri kita, atas nyawa kita yaitu diri kita sendiri dan TUHAN

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al- Baqarah: 168).

sumber

Sejarah Keterlibatan Amerika Dalam Penyebaran Virus Dan Penyakit



Virus Flu Babi telah memakan korban jiwa lebih dari 100 orang di Meksiko. Sementara sekitar 1300 orang lebih masuk rumah sakit. Di Amerika sendiri meski sempat memicu kepanikan, namun jumlah korban masih di sekitar 10 orang.

Begitupula di Selandia Baru, sebagian besar baru pada taraf positif terinfeksi virus Flu Burung.
Banyak tulisan menjelaskan mengenai Flu Babi sudah diurai panjang lebar mengenai fakta, sebab-musabab maupun dampak seputar penyakit yang sangat mengkhawatirkan tersebut.

Namun, apa yang sebenarnya terjadi di balik penyebaran flu babi ini? Sebuah buku, karya Jerry D. Gray, kiranya cukup membantu untuk melacak lebih jauh fenomena Flu Babi dan bahkan Flu Burung, yang sempat menjadi berita besar beberapa tahun yang lalu.
Menurut catatan Jerry D. Gray, dengan merangkum beberapa sumber, Amerika Serikat nampaknya harus diwaspadai jika muncul informasi berkaitan dengan fenomena penyakit menular. Dalam catatan Gray, dalam bukunya yang bertajuk Deadly Mist, Amerika perlu dicurigai dalam menyebarnya rupa-rupa penyakit menular seperti Flu Burung, Aids, dan lain sebagainya.

Dalam paparannya, Gray sempat mengungkap sebuah informasi yang mengejutkan.Bahwa pada tahun 1738, ketika pihak tentara Amerika sedang gencar-gencarnya menaklukkan suku asli Amerika Cherokee(Indian), beredar kabar Amerika melakukan tindakan biadab dengan menjangkiti suku Cherokee melalui benda-benda yang telah terinfeksi atau infected goods.

Alhasil, suku Cherokee yang sedang menjadi target operasi militer Amerika untuk dibasmi tersebut, mengalami guncangan pengurangan penduduk secara besar-besaran. Karena melalui penyebaran benda-benda yang telah terinfeksi tersebut, banyak warga Cherokee yang terkena penyakit campak. Sehingga praktis jumlah penduduk Cherokee berkurang hamper setengahnya dalam kurun waktu hampir setahun.

Melalui berbagai dokumen yang dihimpun Gray, terungkap bahwa salah satu benda yang telah terinfeksi yang kemudian disebar ke kalangan penduduk Cherokee adalah yang kemudian dikenal Selimut Campak.

Jadi kalau sekarang warga dunia menhujat Amerika karena telah menggunakan senjata kuman atau Bilogical Weapon, nampaknya di abad kei-16 Amerika telah merintis penyebaran Selimut Campak sebagai sebuah proyek perintis (Pilot Project) penggunaan senjata kuman.

Caranya? Dengan mengirimkan selimut-selimut dan handuk-handuk yang telah terinfeksi kepada Indian-Indian yang mengepung benteng, sehingga menimbulkan epidemic di antara mereka. Kalau informasi Gray ini benar, tak pelak lagi inilah kali pertama Amerika meluncurkan sebuah fase awal perang biologi. Seperti yang Amerika lakukan di Irak dan Afghanistan.

Mau bukti yang lebih otentik? Gray melalui bukunya yang memikat tersebut mengutip sebuah dokumen sejarah maha penting. Dalam suratnya kepada Kolonel Henry Bouqeuet, Komandan Angkatan Bersenjata Inggris, seorang komandan tempur tentara Amerika bernama Jenderal Amherst bertanya,”Tidak bisakah diatur suatu cara bagi pengiriman bibit campak kepada suku-suku Indian yang tidak menyenangkan itu? Dalam hal ini kita harus menggunakan berbagai strategi untuk dapat mengurangi jumlah mereka.“

Tentu saja ini membuktikan dengan jelas dan gamblang bahwa penyebaran berbagai kuman maupun penyakit menular sudah dijadikan modus operandi yang diandalkan Amerika untuk membasmi musuh-musuhnya secara tidak berprikemanusiaan.

Apalagi bukti lain semakin memperkuat ketika Jenderal Armherst, dalam suratnya kepada Kolonel Henry Bouquet tertanggal 16 Juli 1763, telah mengesahkan perang biologi sebagai kebijakan resmi Amerika dan karenanya, telah memerintahkan penyebaran selimut-selimut yang telah terinfeksi penyakit campak untuk memusnahkan para Indian. Dan menyarankan Kolonel Inggris tersebut, untuk mengusulkan metode-metode lain yang dapat memusnahkan ras-ras dianggap layak untuk dibasmi seperti suku Cherokee.

Bukti lain pun tak kalah mengagetkan. Pada 1990, angkatan bersenjata Amerika mulai bereksperimen dengan berbagai macam senjata biologi, sebagian diantaranya digunakan terhadap tahanan perang baik warga negara Amerika maupun asing. Para korban termasuk lima orang tahanan warga filipina yang tercemar berbagai penyakit, dan 29 tahanan yang secara sengaja ditularkan penyakit beri-beri.
Singkat cerita, berbagai pengembangan dan percobaan yang intensif atas senjata kimia dan biologi, telah dilakukan secara rutin di Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman.

Pada tahun 1916 ketika terjadi perang dunia pertama, kekuatan sekutu,yang berarti dimotori oleh Amerika dan Inggris, menggunakan kombinasi gas phosgene dan khlor sepanjang 17 mil(273 kilometer) di depan, yang kemudian menyebar sepanjang 19.3 kilometer di belakang garis pertahanan Jerman, sehingga membunuh semua orang dan segalanya.

Pada tahun 1920-an dan 1930-anj, Angkatan Bersenjata Amerika menggunakan gas mustard terhadap laki-laki, perempuan dan anak-anak di Filipina dan Puerto Rico yang menentang pendudukan Amerika di kedua negara tersebut.
Lalu bagaimana halnya dengan penyebaran flu burung dan yang flu babi yang sekarang ramai jadi pemberitaan berbagai media? Lagi-lagi menurut studi yang disusun Gray, motif Amerika mudah ditebak.

Rejim George W.Bush misalnya, dan tentunya para kroninya seperti Wakil Presiden Dick Cheney mantan Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld, ternyata menguasai beberapa perusahaan farmasi.
Setiap tahun pemerintah Amerika menakut-nakuti atau meneror setengah dari penduduk Amerika dengan adanya wabah flu dan penyakit-penyakit lainnya. Sehingga warga Amerika dengan ketakutan mereka membeli tumpukan obat-obatan dan vitamin dari perusahaan-perusahaan yang mana para kroni Bush duduk sebagai komisaris dan CEO beberapa perusahaan farmasi tersebut.
Ini memang bermotivasi ekonomi-bisnis. Terbukti ketika Amerika dilanda kepanikan akibat serangan Anthrax melalui surat-surat berisi spora anthrax, menyusul terjadinya serangan teroris 11 September 2001, warga Amerika beramai-ramai mulai memborong obat-obat antibiotik untuk melindungi diri.
Menurut sebuah data, penjualan antibiotik Cipro produksi Bayer sempat meningkat drastis hingga 1000 persen. Setiap orangnya membelanjajkan dananya sebesar U$ 700 per orang untuk persediaan dua bulan.

Bayer, menurut sejarahnya, ternyata punya tali-temali dengan George H.W Bush, ayah kandung Presiden George W. Bush. Dialah rekanan bisnis Bayer, investor utama di Carlyle Group, sebuah korporasi yang melibatkan para petinggi Partai Republik mulai dari Ronald Reagon, HW Bush hingga Bush junior yang menjadin presiden Amerika antara 2000-2008.

Bayer sebelumnya merupakan sebuah perusahaan Kimia bernama IG Farben, yang ternyata sebuah perusahaan milik NAZI semasa Jerman di bawah rejim fasis Adolf Hitler.
Masuk akal jika banyak yang curiga bahwa Bayer secara diam-diam telah mendukung terjadinya aksi-aksi terorisme berskala besar demi untuk meraup keuntungan ekonomi dan bisnis.
Sehingga seorang pakar terkemuka Dr Howard Horowitz dengan tanpa ragu memberi label bagi Bayer dan perusahaan-perusahaan farmasi lain sebagai ”White Collar Terrorists.”

Penyebaran AIDS
Orang biasanya kalau dengar AIDS, adalah penyakit kelamin yang tertular melalui hubungan seksual dengan sesama jenis, atau hubungan sexual dengan wanita pekerja sex.
Tapi tahukah anda bahwa pada 1960-an, ilmuwan-ilmuwan di bawah pengawasan CIA, di divisi Operasi Khusus Fort Detrick, mengembangkan penyakit-penyakit yang menyerang sistem imum tubuh manusia.
Pada 1969, DR Robert MacMahan dari Departemen Pertahanan Amerika meminta dan menerima dana $10 juta dari Kongres Amerika untuk mengembangkan agen biologi buatan yang tidak ada imunitas alami yang dapat menahannya.
Ternyata, inilah agen biologi yang kelak terkenal dengan adanya epidemi dunia yang disebut AIDS (Aquired Imune Deficiency Syndrome).

Tujuan dari penelitian ini sangat jelas. Melalui penyebaran virus HIV ini dapat mengurangi penduduk suatu wilayah besar dengan cara membunuh ratusan juta orang.

Marilah kita renungkan pernyataan mantan Gubernur Bank Dunia Robert McNamara. Bahwa untuk menekan laju pertambahan penduduk dunia hanya ada dua cara. Menurunkan tingkat kelahiran dengan sangat cepat atau tingkat kematian meningkat. Tidak ada cara lain.
Apakah ini yang mendasari Amerika menciptakan berbagai virus dan wabah penyakit ke seluruh dunia? Menarik untuk dikaji lebih lanjut.

Yang pasti, saat ini di Afrika terdapat 12 Juta anak yatim yang terkena AIDS. 50 persen wanita juga mengidap AIDS. Lebih dari 25 juta orang telah terbunuh karena AIDS sejak 1981.

FLU Babi
Bagaimana dengan Flu Babi. Menarik bahwa seorang ilmuwan Islam kelahiran India, Sayyid Saeed Akhtar Rizvi, telah mengingatkan warga Amerika mengenai bahaya dari daging babi. Namun media massa Amerika tidak menganggap penting peringatan Rizvi.

Padahal menurut Rizvi, satu dari enam orang Amerika mempunyai cacing dalam ototnya karena mengonsumsi daging babi yang terinfeksi Trichina. Mengapa Media Amerika tidak perduli?

Mudah saja jawabnya. Pemerintah Amerika yang banyak dipengaruhi oleh kepentingan berbagai perusahaan farmasi seperti Cipro, ingin warganya sakit, dan kemudian membeli banyak sekali obat dari perusahaan farmasi monopoli milik Keluarga Bush dan para kroninya dari Partai Republik
 
sumber : http://www.eramuslim.com/konsultasi/konspirasi/sejarah-keterlibatan-amerika-dalam-penyebaran-virus-dan-penyakit.htm#.V2czrjUxXDc

KEBIJAKAN PENANGANAN HIV/AIDS DALAM BINGKAI SEKULER VERSUS KHILAFAH


Pendahuluan
Peringatan Hari AIDS sedunia pada tanggal 1 Desember merupakan momentum rutin yang digawangi UNAIDS untuk mempopulerkan program global penanggulangan HIV AIDS.    Berbagai langkah dan strategi –pada berbagai level- sudah dilakukan untuk mengendalikan dan menghilangkan epidemi HIV/AIDS di dunia. Namun ternyata hingga kini ’perang melawan HIV/AIDS’ ini tidak juga berhasil. Alih-alih berkurang atau minimal stagnant hingga akhirnya rudimenter (menghilang), ternyata jumlah penderita HIV/AIDS ini justru bertambah dari tahun ke tahun. Saat ini dunia telah terjangkit HIV/AIDS dengan angka yang memiriskan hati. HIV/AIDS di dunia sebanyak 25 juta dan saat ini di dunia 33 juta orang yang masih hidup bersama HIV/AIDS “Kasus HIV/AIDS di Indonesia bagaikan gunung es. Yang terlihat hanya 10 persen dari jumlah kasus yang sebenarnya,” kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Nafsiah Mboi. KPAN memprediksi jumlah kasus HIV/AIDS sebenarnya  mencapai 298.000 kasus. Padahal jumlah yang dilaporkan, untuk penderita AIDS hanya 18.442 dan kasus HIV berjumlah 28.260 kasus. Sehingga total penderita HIV/AIDS hanya mencapai 46.702 kasus.

Data  KPA N menunjukkan, tahun 1987 jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia masih 5 kasus. Dan hanya dalam tempo 10 tahun, bertambah menjadi 44 kasus. Tetapi sejak 2007, kasus AIDS tiba-tiba melonjak menjadi 2.947 dan periode Juni 2009, meningkat  hingga delapan kali lipat menjadi 17.699 kasus.(www.bkkbn.or.id/18/11/09)
Dengan dalih untuk mengatasi laju pertambahan HIV AIDS yang telah mengancam nyawa manusia, UNAIDS menyeru Negara- Negara anggota untuk melaksanakan program penanggulangan HIV AIDS melalui program-program :  kondomisasi, substitusi metadon, pembagian jarum suntik steril dan hidup sehat dengan ODHA.  Namun, sampai saat ini tidak ada satu negarapun yang mampu memberi jaminan bahwa berhasil menghilangkan  penyebaran HIV AIDS. Hal ini disebabkan karena factor penularannya tidak secara serius di hilangkan, sehingga wajar HIV/AIDS tidak akan pernah bisa hilang di dunia ini.  Disinyalir, mayoritas penularan melalui heteroseksual (48.8%; Heteroseksual bukan hanya karena suami-istri semata, tetapi karena sering berganti-ganti pasangan (pergaulan bebas/perselingkuhan),pengguna narkoba (41.5%) dan homoseksual(3.3%). Apa yang salah dari kebijakan penanganan epidemi HIV/AIDS selama ini? 


Kesalahan Kebijakan Penanggulangan HIV-AIDS di Dunia dan Indonesia
Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia secara umum mengadopsi strategi yang digunakan oleh UNAIDS dan WHO. Kedua lembaga internasional ini menetapkan beberapa langkah penanggulangan HIV/AIDS di dunia dengan beberapa area prioritas.. Upaya penanggulangan HIV/AIDS versi UNAIDS ini telah menjadi kebijakan nasional yang berada di bawah koordinasi KPAN (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional).
Diantara program-program yang masuk dalam area pencegahan pada Strategi Nasional Penanggulangan HIV-AIDS adalah: kondomisasi, Subsitusi Metadon, Pembagian Jarum Suntik Steril dan Hidup sehat bersama ODHA.  Program-program secara hakiki ternyata tidaklah mampu menghilangkan penyebaran HIV/AIDS, bahkan berpotensi untuk mempertahankan keberadaan penyebaran virus ini tetap ada di sekeliling kita.  Hal ini di jelaskan dalam pemaparan di bawah ini

  1. 1.      Kondomisasi (Obral Kondom = leluasa berzina/alat penyebar HIV AIDS)
Kondomisasi (100% kondom) sebagai salah satu butir dari strategi nasional tersebut telah ditetapkan sejak tahun 1994 hingga sekarang. Kampanye pengunaan kondom awalnya dipopulerkan melalui kampanye ABCD. ABCD, yaitu A: abstinentia; B: be faithful; C: use Condom dan D: no Drug.
Saat ini kampanye penggunaan kondom semakin gencar dilakukan melalui berbagai media, seperti buklet-buklet, melalui stasiun TV nasional, seminar-seminar, penyebaran pamflet-pamflet dan stiker dengan berbagai macam slogan yang mendorong penggunaan kondom untuk ‘safe sex’ dengan ‘dual protection’ (melindungi dari kehamilan tak diinginkan sekaligus melindungi dari infeksi menular seksual). Kampanye kondom tak jarang dilakukan dengan membagi-bagikan kondom secara gratis di tengah-tengah masyarakat seperti mal-mal dan supermarket. Bahkan ada pula disertai dengan peragaan penggunaan kondom pada alat kelamin.  Ke sekolah-sekolah, remaja, dan perguruan tinggi, kampanye kondom kian mengarus melalui program kependudukan yang dinamakan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja).
Bahkan, meskipun mengundang banyak penolakan, kini telah diluncurkan program ATM kondom. Hingga akhir Desember 2005 telah ada 6 lokasi ATM kondom di Jakarta yaitu di BKKBN pusat, RSPAD Gatot Subroto, Mabes TNI AD, poliklinik Mabes Polri, Dipdokkes polda Metro Jaya, dan klinik Pasar Baru.1
Kampanye kondom tak jarang dilakukan dengan membagi-bagikan kondom secara gratis di tengah-tengah masyarakat seperti mall-mall dan supermarket. Kampanye tentang kondom pun telah masuk ke perguruan tinggi dan sekolah-sekolah. Terakhir, demi memperluas cakupan sasaran penggunaan kondom (utamanya para ABG/remaja yang masih segan kalau harus membeli di apotik), kini telah diluncurkan program ATM (Anjungan Tunai Mandiri) kondom. Cukup dengan memasukkan 3 koin lima ratus perak, maka akan keluar 3 boks kondom dengan 3 rasa.
Banyak pihak yang meragukan dan menyatakan ketidaksetujuan terhadap upaya penyebaran kondom (kondomisasi) sebagai jalan untuk mencegah penularan HIV AIDS.  Paus  Benedict XVI dalam lawatannya ke Afrika pada tanggal 17 maret 2009, mengatakan:“Kamu tidak bisa menanggulanginya(HIV/AIDS) dengan membagi-bagikan kondom,” kata Paus kepada, Malahan, itu akan menambah masalah.”(www.acehkita.com/19/03/09). Organisasi medis nirlaba, MER-C, bahkan secara tegas menolak kampanye penggunaan kondom sebagai tindakan pencegahan penyebaran HIV/AIDS. Sebagaimana dinyatakan USCDC (United State Center of Diseases Control), bahwa  program kondomisasi telah gagal dalam mengatasi bahaya HIV/AIDS di AS.
Kondomisasi tidak berhasil memutus mata rantai penularan HIV-AIDS. Promosi kemampuan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS ternyata mengandung kebohongan dan bahaya besar, hal ini dapat dilihat dari beberapa hal:
  1.         i.     Secara factual, kondom terbukti tidak mampu mencegah penularan HIV.  
         Hal ini karena kondom terbuat dari bahan dasar latex (karet), yakni senyawa hidrokarbon dengan polimerisasi yang berarti mempunyai serat dan berpori-pori. Dengan menggunakan mikroskop elektron, terlihat tiap pori berukuran 70 mikron,10 yaitu 700 kali lebih besar dari ukuran HIV-1, yang hanya berdiameter 0,1 mikron.11 Selain itu para pemakai kondom semakin mudah terinfeksi atau menularkan karena selama proses pembuatan kondom terbentuk lubang-lubang. Terlebih lagi kondom sensitif terhadap suhu panas dan dingin,12 sehingga 36-38% sebenarnya tidak dapat digunakan.13 Dengan demikian, alih-alih sebagai penyelamat generasi dari bahaya HIV, kondomisasi justru mendorong masyarakat berseks bebas dan mempercepat penyebaran HIV/AIDS. Ini terbukti adanya  peningkatan laju infeksi sehubungan dengan kampanye  kondom 13-27% lebih.2

  1.       ii.     Kondomisasi pintu masuk liberalisasi seks. 
         Kampanye ABCD ini tidak menyebutkan dengan tegas bahwa hubungan seks mutlak dilakukan dalam ikatan pernikahan. Tetapi yang menonjol adalah anjuran pemakaian kondom untuk seks yang aman.  Kampanye itu dilakukan baik melalui media cetak maupun elektronik.  Yaitu berupa buklet,15,16 leaflet, stiker, melalui station TV nasional, seminar-seminar,  yang mendorong masyarakat untuk berseks bebas dengan kondom, dengan jargon ‘safe sex use condom’.
            Kampanye kondomisasi semakin gencar dilakukan, untuk membentuk mindset(persepsi)  dan merubah perasaan masyarakat menjadi permissive dan toleran terhadap perbuatan maksiat.  Di saat budaya kebebasan seks tumbuh subur, ketaqwaan kian menipis, kultur yang kian individualistis, kontrol masyarakat semakin lemah, kemiskinan yang kian menghimpit masyarakat dan maraknya industri prostitusi, kampanye kondomisasi jelas akan membuat masyarakat semakin berani melakukan perzinahan apalagi dengan adanya rasa aman semu yang ditanamkan dengan menggunakan kondom.
   Mengapa bersifat semu? Karena seks bebas akan tetap dimurkai Allah SWT meskipun menggunakan kondom.  Jangankan melakukan, mendekati perzinahan saja tidak boleh.  Dan program kondomisasi jelas-jelas bertujuan untuk  menfasilitasi berbagai kemaksiatan, termasuk perzinahan, homo.   
             Bila dicermati secara seksama, muatan liberalisasi seks yang kental dalam kampanye kondom memang tidak dapat dilepaskan dari pemikiran yang mendasari gagasan kampanye kondom itu sendiri.  Yaitu gagasan pemenuhan hak-hak reproduksi yang tidak harus dalam bingkai pernikahan.  Pandangan ini disampaikan pada Konfrensi Wanita di Bejing, tahun 1975 dan dikuatkan pada Konfrensi Kependudukan Dunia Tahun 1994 di Kairo (ICPD, 1994).  
Dengan demikian, kondomisasi tidak terbukti mampu mencegah penyebaran HIV/AIDS. Di saat budaya kebebasan seks tumbuh subur, ketaqwaan yang kian tipis (bahkan mungkin tidak ada), kultur yang kian individualistis, kontrol masyarakat semakin lemah, kemiskinan yang kian menghimpit masyarakat, maraknya industri prostitusi, dan ketika seseorang tidak lagi takut dengan ancaman ’azab’ Tuhan, melainkan lebih takut kepada ancaman penyakit mematikan ataupun rasa malu karena hamil di luar nikah, maka kondomisasi dengan propaganda dual proteksinya jelas akan membuat masyarakat semakin berani, ’nyaman dan aman’  melakukan perzinahan. Sekalipun sebenarnya kondisi ’nyaman dan aman’ tersebut adalah semu.
Mencermati uraian di atas, jelaslah bahwa kondomisasi, apapun alasannya, sama saja dengan menfasilitasi seks bebas, yang dimurkai Allah swt.  Dari segi kesehatan, seks bebas jelas merupakan sarana penularan HIV/AIDS.  Seks bebas akan mengakibatkan berjangkitnya berbagai penyakit menular seksual seperti sifilis, gonore.  Hal ini akan meningkatkan resiko penularan HIV 100 kali, karena peradangan dan nyeri memudahkan pemindahan HIV menembus barier mukosa.3

  1. 2.      Subsitusi Metadon dan Pembagian Jarum Suntik Steril = Menambah Korban
Penyebaran HIV/AIDS karena penggunaan jarum suntik secara bergantian dikalangan IDU yang sangat cepat akhir-akhir ini, dijadikan sebagai alasan untuk men-sahkan tindakan memberikan jarum suntik steril dan subsitusi metadon bagi penyalahguna NARKOBA suntik. 
Saat ini, strategi subsitusi metadon dalam bentuk Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) dan pembagian jarum suntik steril telah menjadi salah satu layanan di rumah-rumah sakit, puskesmas-puskemas dan di klinik-klinik VCT (voluntary Counseling and Testing). DepKes menyediakan 75 rumah sakit untuk layanan CST (Care Support and Treatmen), tercatat 18 Puskesmas percontohan, 260 unit layanan VCT yang tersebar di seluruh Indonesia.
Melalui layanan ini, para penasun (pengguna NARKOBA suntik) dapat dengan mudah memperoleh jarum suntik dan metadon dengan harga cukup murah, yaitu sekitar Rp7500/butir. Kehidupan para penasun yang lebih teratur, tidak melakukan tindak kriminal selalu diopinikan untuk membenarkan upaya ini. Namun benarkah upaya ini akan mengurangi risiko penularan HIV/AIDS? Jawabannya jelas tidak. Mengapa?
Subsitusi adalah mengganti opiat (heroin) dengan zat yang masih merupakan sintesis dan turunan opiat itu sendiri, misalnya metadon, buphrenorphine HCL, tramadol, codein dan zat lain sejenis.  Subsitusi pada hakekatnya tetap membahayakan, karena semua subsitusi tersebut tetap akan menimbulkan gangguan mental, termasuk metadon. (Hawari, D. , 2004) Selain itu metadon tetap memiliki efek adiktif. (Bagian Farmakologi. FK. UI. Jakarta.2003) Sementara itu mereka yang terjerumus pada penyalahgunaan NARKOBA termasuk para IDU pada hakikatnya sedang mengalami gangguan mental organik dan perilaku, dimana terjadi kehilangan kontrol diri yang berikutnya menjerumuskan para pengguna NARKOBA dan turunannya tersebut pada perilaku seks bebas.
Adapun pemberian jarum suntik steril kepada penasun agar terhindar dari penularan HIV/AIDS, jelas merupakan strategi yang sangat absurd. Ketika seorang pemakai sedang ’on’ atau ’fly’ karena efek narkoba suntik tersebut, mungkinkah masih memiliki kesadaran untuk tidak mau berbagi jarum dengan teman ’senasib sepenanggungannya’?!

Di saat seperti itu, masihkah mereka memiliki kesadaran yang bagus tentang bahaya berbagi jarum suntik bersama, padahal pada saat yang sama mereka sudah lupa (baca: tidak sadar lagi) bahwa memakai narkoba suntik sebagaimana yang mereka lakukan sekarang -dengan atau tanpa berbagi jarum suntik- adalah hal yang membahayakan kesehatannya?! Lagi pula, sudah menjadi hal yang dipahami bahwa mereka-mereka yang sudah terlanjur ’terperangkap’ dalam jerat gaya hidup yang rusak ini biasanya memiliki rasa kebersamaan dan solidaritas yang sangat tinggi dengan teman-temannya sesama pemakai. Dari temanlah mereka pertama kali mengenal narkoba, dan bersama teman jugalah mereka kemudian bersama-sama berpesta narkoba. Hal ini dibuktikan oleh tingginya angka kekambuhan akibat bujukan teman-teman. Dan biasanya setiap pemakai memiliki peer group dengan anggota 9-10 orang.

Fakta menunjukkan bahwa peredaran narkoba di masyarakat berlangsung melalui jaringan mafia yang tertutup, rapi dan sulit disentuh hukum.  Jaringan tersebut bersifat internasional, terorganisir rapi dan bergerak dengan cepat.33 Selain itu, sekali masuk perangkap mafia narkoba sulit untuk melepaskan diri. Dalam kondisi lemahnya ketaqwaan, himpitan ekonomi yang semakin berat, siapa yang bisa menjamin bahwa para pelayan penasun tidak akan “bermain mata” dengan para mafia narkoba? Bukankah bisnis haram ini menjanjikan untung yang menggiurkan? Dan bukankah ini justru membiarkan penasun sebagai penyalah guna narkoba? Siapakah yang bisa melakukan pengawasan 24 jam terhadap penasun, sehingga penasun dapat dipastikan akan menggunkan jarum sendiri?
Perilaku seks bebas pada pasien yang mendapat terapi subsitusi metadon juga diakui oleh dokter yang berkerja pada salah satu program terapi rumatan metadon di Bandung.32 Dan yang penting lagi adalah para pengguna narkoba meskipun  menggunakan jarum suntik steril tetap berisiko terjerumus pada perilaku seks bebas akibat kehilangan kontrol. Sementara itu seks bebas merupakan media penularan terpenting HIV/AIDS.
            Dr. James Blogg, dari AUSAIDS, pada Simposium Nas, 30Nov-1 Des, mengatakan  AS masih menolak program kondomisasi & subsitusi metadon untuk mengatasi epidemi HIV/AIDS. 
Dengan demikian, memberikan jarum suntik meskipun steril, di tengah-tengah jeratan mafia NARKOBA sama saja menjerumuskan anggota masyarakat kepada penyalahgunaan NARKOBA. 

  1. 3.      Kepedulian Terhadap “ODHA” Penuh Kejanggalan
             “ODHA” yang dimaksud adalah Orang dengan HIV/AIDS dari kalangan pezina, pelacur, homo dan lesbi, penasun.  Dan termasuk juga orang-orang yang beresiko terinfeksi  HIV  karena termasuk komunitas pelaku maksiat ini.
          Pada International Congress on AIDS in Asia and the Pacific (ICAAP), yaitu Kongres Internasional AIDS se Asia Pacific ke 9, 9-13 Agustus 2009 lalu, semakin jelas adanya perhatian khusus kepada komunitas “ODHA”.  Yaitu adanya undangan untuk perwakilan-perwakilan organisasi-organisasi pelaku seks bebas ini, sebagaimana ada undangan untuk tokoh-tokoh masyarakat, ilmuwan, para peneliti yang berhubungan dengan HIV/AIDS.  Mereka difasilitasi memperluas dan memperkuat jaringan, dengan dalih pemberdayaan.
            Selain itu, pasca perhelatan akbar se Asia-Pacifik yang menghabiskan dana milyaran rupiah ini sebuah station TV swasta yang berpengaruh melakukan wawancara khusus dengan seorang Gay yang memiliki reputasi Nasional.  Acara itu nampaknya untuk mengokohkan persepsi masyarakat bahwa Gay, lesbi, pelacur, pezina adalah orang-orang “baik” (bukan pelaku maksiat,) yang pantas diberi ruang kehidupan yang sama dengan orang-orang baik.
             Dan yang cukup mengejutkan adalah, adanya kongres PSK (baca:pelacur) se-Karawang.  Dan berbagai pertemuan-pertemuan yang memberikan “ruang” yang sama dengan orang-orang “baik”.
            Kepedulian Dunia terhadap “ODHA” memang “istimewa”.  Bagaimana tidak,  perbuatan mereka yang jelas-jelas dibenci Allah swt, dan bertentang dengan fitrah manusia harus dilihat sebagai perbuatan “baik” dan wajar.  Masyarakat didorong menerima pelaku maksiat ini dengan dalih HAM (Hak Asasi Manusia); dan pemerintah harus menfasilitasi aktivitas yang mereka lakukan.  Meskipun untuk semua itu harus mengorbankan orang-orang yang baik dan sehat.
Misalnya saja, hingga saat ini tidak bisa dilakukan skrining masal.  Padahal skrining masal sangat penting sebagai salah satu langkah preventif penanggulangan HIV/AIDS, demikian dinyatakan Prof. Dr. dr. Zubairi Djoerban, SpPD-KHOM (Republika, Ahad 27 Mei 2007). Hal ini karena penderita HIV/AIDS pada  stadium asimtomatik terlihat sehat-sehat saja, namun darah serta cairan tubuh penderita berpotensi menularkan HIV dan fase ini berlangsung sangat lama, yaitu 3 hingga 10 tahun.3
Demikian pula petugas VCT, tidak bisa melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang diduga dan bresiko terinfeksi HIV, kecuali atas izin dan kerelaan yang bersangkutan.  Dan hasil pemeriksaan harus dirahasiakan, meskipun terbukti positif mengidap HIV.  Pada hal pengidap HIV berpotensi menularkan HIV meskipun terlihat sehat-sehat saja (belum sampai pada fase AIDS).  Sementara itu kampanye “Hidup Sehat Bersama ODHA”, semakin menghilangkan sikap kehati-hatian berbagai pihak terhadap penyakit yang membahayakan ini.
Akibatnya, HIV semakin mudah membunuh.  Apa lagi adanya resiko koinfeksi TB (Tuberkulosis), HIV dan malaria.  Penderita HIV beresiko lebih tinggi terinfeksi TB dan sebaliknya. Sementara itu, terdapat 9,2 juta penderita TBC di Indonesia (WHO, 2008). 
Jika dicermati perjalanan penyakit HIV /AIDS yang menghabiskan waktu satu dekade (Gambar 1),4 terlihatlah adanya fase-fase kritis penularan tersebut. Selama fase-fase kritis, ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) berada dalam kondisi yang memungkinkan penularan melalui darah dan atau cairan tubuhnya. Terlebih lagi karena ODHA sendiri maupun orang-orang disekitarnya  tidak menyadari potensi tersebut, baik karena tidak terlihat gejala adanya infeksi HIV/AIDS pada penderita maupun karena hasil uji lab yang negatif.

Perjalanan penyakit HIV/AIDS diawali dengan adanya infeksi primer, yaitu bila sejumlah HIV dengan derajat virulensi tertentu masuk dalam sistem peredaran darah, seperti melalui mukosa atau luka (meskipun sangat kecil), sementara itu sistem imun tidak mampu mencegah interaksi HIV dengan sel-sel imun (CD4) sebagai sel target.3,4,5 Fase ini tidak menunjukkan gejala yang khas, sehingga pengobatan dan antisipasi kemungkinan penularan melalui darah dan cairn tubuh ODHA tidak bisa dilakukan segera. Biasanya penderita merasa lelah, terlihat adanya ruam kulit dan ulkus di mulut serta genital.9 Gejala tidak khas ini muncul setelah 2-3 minggu terinfeksi dan akan hilang 2-3 minggu kemudian.6
Dalam waktu 24-48 jam setelah terjadi infeksi primer, sel dendritik yang terinfeksi bermigrasi ke kelenjar limfe regional. Replikasi di sel limfosit berlangsung dengan cepat, setiap sel limfosit dapat mengeluarkan 5000 partikel virus, jumlah partikel HIV meningkat eksponensial secara terus menerus.3,17,18
Respon imun terlihat baik diawal infeksi, tetapi tidak mampu mengatasi infeksi dan menurun sejak bulan pertama hingga 3 bulan kemudian.  Akibatnya, uji serologi tidak mampu mendeteksi adanya infeksi, kondisi ini dikenal dengan sebutan window periode.  Ini adalah fase kritis berikutnya, karena tidak terlihat gejala dan uji serologi juga negatif. Sementara itu, HIV terus bereplikasi, darah dan cairan tubuh penderita berpotensi menularkan HIV.3,17,18 Pada fase inilah umumnya terjadi infeksi HIV melalui transfusi darah.
Adapun stadium asimtomatik, penderita terlihat sehat-sehat saja, sehingga  ODHA bisa hilang kehati-hatian dan kewaspadaan untuk tidak menularkan dan demikian juga orang-orang disekitarnya. Sementara itu HIV bereplikasi secara aktif di jaringan limfoid, dan darah serta cairan tubuh penderita berpotensi menularkan HIV. Fase ini berlangsung sangat lama, yaitu 3 hingga 10 tahun.3,17,18  Inilah yang menjadi alasan mengapa fase ini dianggap kritis.
Setelah melampai masa tanpa gejala, penyakit memasuki stadium AIDS, ditandai dengan penurunan kerja sistem imun yang signifikan, perkembangan neoplasma yang tidak lazim, serta berbagai infeksi opurtunistik. Pada keadaan AIDS lanjut terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh yang tajam, sehingga tubuh tak mampu membuat antibodi dan pemeriksaan serologi negatif. Sementara itu derajat virulensi HIV terus meningkat seiring dengan peningkatan stadium, ini berarti pada fase AIDS, risiko terinfeksi akibat terpapar darah dan cairan tubuh ODHA semakin tinggi.3,17,18
Darah dan cairan tubuh ODHA berisiko menularkan HIV karena mengandung virus yang  dapat bertahan hidup tujuh hari pada suhu kamar.7  Kadarnya adalah: 18.000 partikel/mL darah; 11.000 partikel/mL semen; 7.000/mL cairan vagina; 4.000 partikel/mL cairan amnion; dan 1 partikel/mL saliva.8 Tingkat risiko penularan tinggi adalah darah, serum, semen, sputum dan sekresi vagina. Cairan amnion, cairan serebrospinal, cairan pleura, cairan peritoneal, cairan perikardial, cairan sinovial tergolong masih sulit ditentukan risikonya. Mukosa seviks, muntah feses, saliva, keringat, air mata dan urin tergolong risiko rendah selama tidak terkontaminasi darah. Penelitian pada binatang menunjukkan peningkatan risiko jika paparan terjadi dengan darah yang volumenya banyak dan luka yang dalam. Risiko juga meningkat jika orang yang menjadi sumber penularan dalam keadaan AIDS lanjut, atau viral load tinggi.9
Oleh karena itu, sebaiknya dihindari untuk bersalaman, berciuman, penggunaan bersama alat makan, toilet,sikat gigi, alat pencukur, dan alat-alat lain yang dapat terkontaminasi darah (termasuk darah haid). Orang yang terinfeksi agar tidak mendonorkan darah, plasma, jaringan tubuh atau sperma. Wanita seropositif atau wanita dengan pasangan seksual seropositif , jika hamil bayi berisiko tinggi terinfeksi HIV. Setelah kecelakaan yang menimbulkan perdarahan, permukaan yang terkontaminasi harus dibersihkan pencuci rumah tangga yang diencerkan 1:10 dalam air. Alat yang menusuk kulit, misal jarum hipodemik, atau jarum akupuntur harus disterilisasi uap.  Alat kedokteran gigi harus disterilisasi panas sebelum penggunaan ulang.3
Adanya fase-fase kritis penularan, sementara itu darah serta semua cairan tubuh ODHA berpotensi menularkan HIV/AIDS, tetapi karena alasan HAM telah mengabaikan aspek kewaspadaan dan kehati-hatian. Jelas hal ini sama saja menfasilitasi penularan HIV/AIDS pada orang yang sehat. Upaya media massa menutup-nutupi informasi sebenarnya seputar AIDS, bahkan mengangkat isu yang keliru, sebenarnya justru menutup jalan penyelesaian yang tepat terhadap penanggulangan HIV/AIDS.
Dengan demikian, perlakukan yang istimewa terhadap “ODHA” tidak saja menenggelamkan masyarakat dalam perbuatan maksiat (seks bebas), namun juga   melapang HIV membantai jutaan bahkan ratusan juta orang-orang yang sehat.
            Lebih jauh lagi, uraian di atas membuktikan sesungguhnya kepedulian Dunia (AS dan sekutunya)  terhadap HIV/AIDS hanyalah tipu daya belaka. Tipu daya untuk mengokohkan keberadaan ideologi Kapitalis dan menghalangi kebangkitan Ideologi Islam.
Allah swt telah mengingatkan QS 2:120, yang artinya ”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". Dan QS 8:30, yang artinya “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. Peringatan-peringatan Allah SWT tersebut tentu saja sangat pantas bahkan wajib kita yakini, bahwa musuh-musuh Allah SWT tidak akan henti-hentinya melakukan kejahatan, konspirasi, sehingga kita mengikuti jalan hidup mereka, mejauhkan kita dari kehidupan Islam dan perjuangan untuk itu.

Paradigma Sekuler-Liberal dalam  Penanggulangan HIV/AIDS
Telah jelas bahwa penanggulangan HIV/AIDS melalui kondomisasi, subsitusi metadon, pembagian jarum suntik steril dan pemberian hak hidup atas nama ”Kedulian” terhadap ODHA, sebenarnya tidak realistis dan tidak rasional. Kedua perilaku  (free sex dan penyalagunaan NAPZA) yang kita semua sudah sepakat menyebutnya sebagai ’penyimpangan perilaku’ sebenarnya menunjukkan kesepakatan yang seharusnya kita ambil bahwa sebuah penyimpangan adalah kesalahan. Sebuah penyimpangan atau kesalahan adalah sesuatu yang harus kita luruskan dan kembalikan kepada jalan yang benar. Pembenaran terhadap sebuah penyimpangan perilaku/kesalahan meniscayakan munculnya kerusakan. Sehingga upaya yang kita lakukan seharusnya all out dalam mengupayakan pelurusan terhadap penyimpangan yang terjadi, sembari menutup celah ’muncul dan terpeliharanya’ penyimpangan perilaku tadi di tengah-tengah masyarakat.
Ketidaktegasan kebijakan ini untuk menjadikan perilaku seks bebas dan penyalahgunaan narkoba sebagai suatu tindakan menyimpang, salah dan harus diluruskan, menunjukkan dengan sangat jelas bahwa paradigma yang melandasi strategi ini adalah paradigma sekuler dan liberal. Dikatakan sekuler karena paradigma ini berupaya menjauhkan pengaturan kehidupan dunia dari agama atau sebaliknya. Sehingga standard untuk menilai apapun (termasuk perbuatan manusia) bukanlah halal-haram, baik-buruk ataupun terpuji-tercela sebagaimana yang diajarkan oleh agama, melainkan ’kemanfaatan (yang lebih bersifat fisik/materi)’ yang dijadikan ukuran sebuah perbuatan itu baik atau buruk, dilakukan atau ditinggalkan, dibolehkan atau dilarang. Dikatakan liberal karena paradigma ini menjadikan kebebasan individu (termasuk didalamnya kebebasan seksual) sebagai hal yang diagung-agungkan, dan harus dijamin oleh negara secara mutlak atas nama hak asasi manusia. Tidak ada yang membatasi kebebasan individu ini kecuali kebebasan individu yang lain. Dan tugas negara adalah menjadi penjamin atas terpenuhinya semua kebebasan individu tadi.
Inilah yang meniscayakan negara pengusung liberalisme senantiasa mengambil kebijakan yang bersifat ”permissive/serba boleh” atas nama HAM . Dalam paradigma sekuler-liberal, kita tidak boleh melarang seseorang untuk tidak bergonta-ganti pasangan atau membatasi orientasi seksualnya agar tidak kepada sesama jenis dengan alasan hal itu adalah perbuatan menyimpang (melanggar HAM) dan akan menyebabkan dia beresiko terkena infeksi menular seksual. Karena sekali lagi, kebebasan seksual ini adalah bagian dari kebebasan individu yang harus dijamin. Gampangnya, seseorang mau jadi sakit atau tidak, baik atau menyimpang, adalah hak asasi dia (kebebasan dia untuk memilih) yang harus kita hargai dan hormati, dengan tidak memaksakan pilihan kita kepada dia. Akan tetapi kita boleh keberatan dengan perilaku seks bebas seseorang tersebut, kalau kita merasa terganggu. Misalnya, kita merasa risih melihat aktivitas seks bebas tersebut di lakukan di tempat umum atau di tengah keramaian yang membuat kita terganggu melakukan aktivitas kita. Maka dalam keadaan dua hak kebebasan ini meminta jaminan pemenuhan, sementara kalau dibiarkan meniscayakan adanya benturan, maka negara akan turun tangan dengan kebijakan ’jalan tengah’nya. Dalam hal ini, kebijakan yang mungkin diambil adalah menetapkan dimana area seseorang boleh melakukan free sex secara legal (lokalisasi prostitusi) dan dimana area yang terlarang, tanpa harus mengatakan bahwa free sex adalah perbuatan yang salah, dan seks dalam bingkai pernikahan adalah yang benar. Karena karakter kebijakan ’permissive’ pada sistem berbasis paradigma sekuler-liberal ini adalah tidak menghukumi mana yang benar sehingga harus dibela, dan mana yang salah sehingga harus dilarang. Akan tetapi dia harus mengakomodasi dua kutub tersebut tanpa harus ada kejelasan sikap tentang benar atau salah.
Sebaliknya, ketika suatu saat terjadi perilaku -yang umumnya dipandang- menyimpang dan merugikan akan tetapi tidak ada pihak lain yang merasa terampas hak/kebebasannya, maka negara dalam kondisi ini tidak bisa turun tangan untuk melarang perilaku tersebut. Misalnya fenomena ’swinger sex’ atau saling bertukar pasangan suami/istri dengan orang lain atas dasar suka sama suka (baca: sepakat dan saling menyetujui untuk berselingkuh dengan bertukar pasangan dengan orang lain) adalah sesuatu yang dipandang ’baik-baik’ saja oleh sistem ini karena kebebasan individu adalah sesuatu yang harus dijamin, sementara tidak ada yang merasa terampas hak/kebebasannya dengan perilaku ini.

Khilfah Penjamin Penyelamat Generasi=Bebas Seks Bebas &HIV AIDS
          Berbeda dengan sistem kehidupan sekuler, sistem kehidupan Islam adalah sistem kehidupan yang membebaskan manusia dari segala rasa takut, demikian pula rasa takut akibat ancaman senjata bilogi AS, sebagaimana firman Allah swt dalam QS QS 24:55, yang artinya, Allah swt berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka; dan akan menukar (keadaan mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa.  Mereka tetap menyembah-Ku tampa mempersekutukan sesuatu apapun denganAku.  Siapa saja yang tetap kafir sesudah janji itu maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.
            Hal yang semakna juga diungkapkan Rasulullah saw, beliau mengibaratkan sistem kehidupan Islam (Khalifah) sebagai pelindung. Yaitu pelindung dari segala yang akan membahayakan kehormatan, jiwa dan harta kaum muslimin, termasuk pelindung masyarakat dari ancaman kuman rekayasa AS, dan seks bebas, hadist itu berbunyi, yang artinya”Sesungguhnya iman (khalifah) itu laksana perisai, tempat orang-orang berperang dibelakngnya dan berlindung kepadanya”.(HR Muslim).   
            Kemampuan Islam membebaskan generasi dari ancaman bahaya HIV dan seks bebas adalah pasti, yaitu karena sifatnya sebagai sistem kehidupan yang berasal dari Allah swt Pencipta manusia, memiliki visi dan misi yang mendunia, yaitu rahmat bagi seluruh alam, penyelamat kehidupan, kehormatan, dan aqidah.   umat. Allah swt  berfirman dalam QS 21:107, yang artinya “Dan tidaklah   Kami mengutusmu (Muhammad ) kecuali sebagai rahmat bagi sekalian alam.”  Rahmat yaitu yang mensejahterakan, termasuk di dalamnya menyehatkan. 
Hal ini memastikan sistem kehidupan Islam (Khilafah Islam) akan menjadi sebuah kekuatan politik yang akan mengalahkan kekuatan politik AS. 
          Sesungguhnya, Allah swt telah mengharamkan segala sesuatu yang membahayakan.  Karena Rasulullah saw, bersabda, yang artinya “Tidak boleh membahayakan (diri sendiri) dan membahayakan orang lain dalam Islam”.(HR Ibnu Majah). Hadis ini soheh.  

Upaya  Khilafah Menghilangkan HIV/AIDS
Ada dua program yang dapat dilakukan untuk menuntaskan penularan HIV/AIDS dalam bingkai khilafah Islamiyah, yaitu upaya preventif untuk memutuskan rantai penularan agar kuman tersebut tidak menyebar pada orang-orang yang sehat. Dan kedua, upaya kuratif, yaitu mengobati masyarakat yang  terinfeksi HIV.
  a.     Upaya Preventif
 Upaya preventif yang dimaksud dalam hal ini adalah perubahan perilaku yang liberal menjadi perilaku yang sesuai dengan syariat Islam. Upaya ini penting karena transmisi (media penularan yang utama)  penyakit HIV/AIDS berkaitan erat dengan perilaku seks bebas dan penyalahgunaan narkoba.  Oleh karena itu pencegahannya harus  dengan menghilangkan segala bentuk praktek seks bebas dan segala hal yang menfasilitasinya , yang meliputi media-media yang merangsang (pornografi-pornoaksi), tempat-tempat prostitusi, club-club malam, tempat maksiat  dan pelaku maksiat.
         Untuk itu, Departemen Luar Negeri Khilafah wajib membatalkan segala konvensi internasional yang membentuk mindset permissive di tengah masyarakat, dan menfasilitasi perilaku seks bebas dan penyalahgunaan narkotika.  Negara juga harus melepaskan diri dari kebijakan-kebijakan lembaga-lembaga internasional dalam hal ini WHO, UINAIDS, NODOC, karena terbukti semakin menguatkan ancaman bahaya HIV dan seks bebas.   
         Sementara itu dalam Negeri, Khalifah menerapkan Islam secara kaafah, yaitu sistem pendidikan Islam yang akan membentuk individu yang berkepribadian islam; sistem ekonomi Islam yang mensejahterakan semua orang serta menjauhkan dari segala perbuatan maksiat termasuk bisnis/mafia prostitusi dan narkoba; menerap sistem pergaulan Islam yang membersihkan masyarakat dari perilaku seks bebas dan akhlak yang rendah; menerapkan sistem sangsi yang sesuai syariat yang membuat masyarakat takut dan berhati-hati melanggar aturan Allah swt.
         Karena itu Khalifah melarang perzinahan termasuk berduaan  tanpa ada kepentingan yang dibolehkan syara’ dan dijatuhkan sangsi bagi pelanggarnya.  Yang demikian karena Islam mengharamkan perbuatan ini, sebagaimana hadist Rasulullah saw yang artinya “Jangan sekali-kali seorang lelaki dengan perempuan menyepi (bukan muhrim) karena sesungguhnya syaithan ada sebagai pihak ketiga”. (HR Baihaqi).  Adapun larangan perbuatan zina, Allah SWT sampaikan pada QS 17:32, yang artinya “Janganlah kalian mendekati zina karena sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan seburuk-buruknya jalan”.
Segala cela bagi hadirnya perilaku homoseks  (laki-laki dengan laki-laki) dan lesbian  (perempuan dengan perempuan) wajib ditutup. Karena Allah swt mengutuk kedua perbuatan ini, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS 7:80-81, yang artinya “Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: Mengapa kamu mengerjakan perbuatan kotor itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun manusia (di dunia ini) sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka ), bukan kepada wanita. Bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas”.
Khilafah akan melarang pria-wanita melakukan perbuatan-perbuatan  yang membahayakan akhlak dan merusak masyarakat, termasuk pornografi dan pornoaksi. Karena Islam melarang seorang pria dan wanita  melakukan kegiatan  dan pekerjaan yang menonjolkan sensualitasnya. Rafi’ ibnu Rifa’a pernah bertutur demikian, yang artinya “Nabi Saw telah melarang kami dari pekerjaan seorang pelayan  wanita kecuali yang dikerjakan oleh kedua tangannya. Beliau bersabda “Seperti inilah jari-jemarinya yang kasar sebagaimana halnya tukang roti, pemintal, atau pengukir.
Penyalahgunaan Narkoba termasuk sesuatu yang dapat menghilangkan akal dan menjadi pintu gerbang dari segala kemaksiatan termasuk seks bebas. Sementara seks bebas inilah  media penting penyebaran virus HIV/AIDS. Selain itu, penyalahgunaan narkoba itu sendiri juga menjadi media penting penularan HIV/AIDS.  Oleh karena itu, segala hal yang dapat menjerumuskan setiap orang pada penyalahgunaan narkoba tidak dibolehkan.
Dan Islam mengharamkan khamr dan seluruh benda yang memabukkan serta mengharamkan narkoba. Sabda Rasulullah Saw , yang artinya “Setiap yang menghilangkan akal itu adalah haram”(HR. Bukhori Muslim).
Karena aktivitas seks bebas, dan segala yang menfasilitasinya, penyalahgunaan narkoba dan segala yang menfasilitasinya adalah haram (aktivitas kriminal/kejahatan).  Maka Islam telah menentukan sangsi bagi pelakunya.  Yaitu berupa hukuman rajam bagi pezina muhshan (sudah menikah), dan hukum bunuh bagi pelaku homoseksual.  Hal ini dengan sendirinya akan memutuskan rantai penularan  dari pengidap HIV pelaku maksiat ini.
Adapun pezina ghoiru muhshan dicambuk 100 kali, dan penyalahgunaan narkoba juga dihukum cambuk. Para pengedar dan pabrik narkoba diberi sangsi tegas sampai dengan mati. Semua fasilitator seks bebas  yaitu pemilik media porno, pelaku porno, distributor, pemilik tempat-tempat maksiat, germo, mucikari, backing baik oknum aparat atau bukan, semuanya diberi sangsi yang tegas dan dibubarkan.
Pencegahan penyebaran kuman infeksi menular seksual seperti HIV/AIDS, adalah dengan melaksanakan hukum rajam bagi pezina muhson oleh Departemen Peradilan.
            Khalifah juga mendorong dan menfasilitasi masyarakat untuk hidup bersih.  Membentuk mindset pentingnya kebersihan untuk menghindari penularan HIV melalui program di berbagai media masa.  Secara praktis upaya promosi kesehatan ini dapat dilakukan oleh Departemen penerangan Khilafah.
            Khalifah (yang secara praktis dilakukan Departemen terkait) menjamin  penyediaan fasilitas umum yang sesuai syariat, sehat dan bersih.  Rasulullah saw bersabda, yang artinya:”Sesungguhnya Allah Mahaindah dan mencintai keindahan, Mahabersih dan mencintai kebersihan, Mahamulia dan mencintai kemuliaan.  Karena itu, bersihkanlah rumah dan halaman kalian, dan janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi” (HR At-Tirmidzi dan Abu Ya'la).
Demikianlah cara Khilafah melakukan upaya preventif.

 b.  Upaya Kuratif
         Upaya pengobatan yang dilakukan haruslah mengikuti prinsip-prinsip pengobatan yang sesuai dengan syariat Islam.  Yaitu antara lain tidak membahayakan, tidak menggunakan bahan-bahan yang diharamkan, mendorong dan menfasilitasi penderita untuk semakin taqwa kepada Allah swt.
         Khalifah wajib memberikan pengobatan gratis bagi para penderita HIV yang memiliki hak hidup.  Selain gratis, juga mudah dijangkau semua kalangandan  dalam jumlah memadai.  Karena kesehatan termasuk kebutuhan pokok publik yang wajib dijamin pemenuhannya oleh Negara.  Hal ini sebagaimana sabda Nabi saw yang artinya, “Imam (Khalifah) laksana penggembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR Al-Bukhari).
         Hanya saja haruslah dilakukan screening masal terlebih dahulu untuk mengetahui pengidap yang tidak terlihat sebagai pengidap HIV, sementara itu ia bisa menularkan kuman HIV dan kuman HIV sudah “tersebar” di tengah masyarakat. 
         Upaya kuratif ini dilakukan oleh Departemen Kemaslahatan Umat, Bidang kesehatan.  Dalam hal ini dibutuhkan tenaga medis yang profesional dibidangnya, seperti dokter, perawat, laboran, apoteker.
         Departemen industri bidang farmasi dan peralatan medis harus difasilitasi untuk memproduksi peralatan medis, obat-obatan yang dibuthkan untuk pengobatan HIV.  Industri farmasi juga harus didorong untuk memproduksi sarana dan prasaran yang dibutuhkan untuk rapid test (pemeriksaan cepat).
            Khalifah juga wajib memotivasi danmenfasilitasi para ahli di bidang biomedik, para dokter, ahli farmasi untuk menemukan obat HIV yang hingga saat ini belum ditemukan obatnya.  Karena sesungguhnya setiap penyakit pasti ada obatnya.  Rasulullah saw bersabda, yang artinya “Setiap penyakit ada obatnya.  Jika obat yang tepat diberikan, dengan izin Allah, penyakit itu akan sembuh.”(HR Ahmad dan Hakim).
           Selain itu, Khaligah juga harus memutuskan dan mencabut segala perjanjian yang bersifat mengebiri dan menjajah Indonesia di bidang industri farmasi dan kesehatan
         Dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit pada orang yang sehat, Khalifah wajib menyediakan rumah sakit atau tempat perawatan khusus bagi pasien penderita HIV yang memiliki hak hidup. Seperti penderita HIV akibat efek spiral (anak yang HIV karena orang tuanya pengidap HIV).  Dan selama masa perawatan pengidap penyakit diisolasi dari orang yang sehat, sedemikian rupa sehingga penularan dapat dicegah. Hal ini karena Rasulullah saw bersabda, yang artinya: “Sekali-kali janganlah orang yang berpenyakit menularkan kepada yang sehat” (HR Bukhari). Demikian pula sabda beliau, yang artinya “Apabila kamu mendengar ada wabah di suatu negeri, maka janganlah kamu memasukinya dan apabila wabah itu berjangkit sedangkan kamu berada dalam negeri itu , janganlah kamu keluar melarikan diri” (HR. Ahmad, Bukhori, Muslim dan Nasa’i dari Abdurrahman bin ‘Auf).
         Hanya saja selama diisolasi (dikarantina), haruslah dipenuhi segala kebutuhan pengidap HIV .  Dapat berinteraksi dengan orang-orang tertentu di bawah  pengawasan  dan  jauh dari media serta aktivitas yang mampu menularkan.  Juga harus diupayakan rehabilitasi  mental (keyakinan, ketawakalan, kesabaran) sehingga mempercepat kesembuhan dan memperkuat  ketaqwaan. Telah diakui bahwa kesehatan mental mengantarkan pada 50% kesembuhan.25
        Adapun untuk melakukan semua itu saat ini sangatlah mungkin.  Karena  sesungguhnya Indonesia memiliki SDM yang unggul, misal ahli biomedik, biologi molekuler, tekhnik kimia, kefarmasian yang berpotensi menjadi pakar masa depan dalam pembangunan senjata biologi Daulah.  Pelaksanaan sistem pendidikan berdasarkan aqidah Islam akan mempercepat proses penyediaan SDM yang dibutuhkan.
            Jelas untuk melakukan dua agenda di atas dibutuhkan anggaran yang besar.  Pengelolaan baitul maal yang efektif  yang ditopang dengan berjalannya sistem perekonomian yang sesuai syaraiat Islam,  memungkinkan Negara mampu membiayai berbagai kebutuhan yang diperlukan. Apa lagi Indonesia memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, yang merupakan salah satu pos pemasukan keuangan Negara yang sangat penting dan strategis.
            Anggaran untuk pos jihad dapat diambil dari sumber pemasukan baitul maal mana saja, yang meliputi Fa-i dan kharaj; harta milik umum; dan zakat.  Bahkan ketika kas baitul maal kosong,  sementara agenda ke dua tidak bisa ditunda, maka Khalifah bisa mengambil tabaru'at dari kaum muslimin.  Dan jika tidak mencukupi, Daulah dibolehkan menetapkan kewajiban pajak dalam rangka memenuhi anggaran yang dibutuhkan.       Sedang anggaran untuk melakukan upaya preventif dan kuratif salah satunya bisa diambil dari pos pemasukan pemilikan umum.
            Hanya saja kepentingan Indonesia hidup dalam sistem kehidupan Islam bukanlah semata-mata karena dorongan menyelamatkan generasi dari ancaman HIV, serangan senjata biologi AS dan agar terbebas dari seks bebas.  Akan tetapi ini adalah kewajiban yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, karena sesungguhnya kaum muslimin hanya boleh hidup tampa khilafah paling lama tiga hari saja.  Dan sekarang sudah 85 tahun sang perisai tidak ada di tengah-tengah kita.  Sungguh kita merindukannya.   Semoga melalui upaya ini Allah swt mendekatkan pertolongan-Nya, memenuhi janjinya, kembalinya Khilafah Rasyidah ke dua dalam waktu dekat.  Amien ya Allah. 
Allahua'lam.


    Daftar Pustaka
  1. Hawari, D.  2006.  Global Effect, HIV/AIDS, Dimensi Psikoreligi.  Balai Pustaka-FKUI.  Jakarta.
  2. Weller S, Davis K. Condom effectiveness in reducing heterosexual HIV transmission (Cochrane Review). In: The Cochrane Library, Issue 2,. Chichester, John Wiley & Sons. UK, 2004
  3. Brooks, GF et al. Medical Microbiology.Ed.20th. Terjemahan.EGC:Jakarta, 1995.
  4. Murray, P.R.,   Rosenthal,  K.S., Pfaller,M. A.  Medical Microbiology, fifth edition.  Elsevier Mosby.  2005.
  5.  Holmes KK et al.Sexual Transmitted Diseases.Ed 3th. New York:McGraw-Hill, 1999.
  6. Direktorat Jenderal.  P2MPL-DepKes.  Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagai ODHA.  DepKes   RI.  Jakarta, 2003.
  7. Tjokronegoro A, Djoerban Z dan Matondang C.  S.  Seluk Beluk AIDS  yang Perlu Anda Ketahui. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 1992. 
  8. Aditiawati, P.  HIV/AIDS. Diskusi HIV/AIDS.  ITB.  Bandung, 2006.   (handout).
  9. Djauzi,S dan Djoerban, Z. Penatalaksanaan Infeksi HIV di Pelayanan Kesehatan Dasar.Balai Penerbit FKUI. Jakarta,2002
  10. Anomalous Fatigue Behavior in Polysoprene," Rubber Chemistry and Technology, Vol. 62, No:4, Sep.-Okt. 1989.
  11.  Lytle, C. D., et al., "Filtration Sizes of Human Immunodeficiency Virus Type 1 and Surrogate Viruses Used to Test Barrier Materials," Applied and Environmental Microbiology, Vol. 58, No: 2, Feb. 1992.
  12. Vesey, W.B., HLI Reports, Vol. 9, pp. 1-4, 1991.
  13. Collart, David G., M.D., op. cit.
  14. CDC.  Global Summary of  The AIDS Epdemic December 2006.
  15. Anonim.  Apa sih HIV/AIDS itu? (booklet edukasi HIV/AIDS). The Global Fund.     Jakarta, 2005
  16. Anonim.   IMS itu epong sih ne? The Global Fund.  Jakarta, 2005
  17. Priohutomo S.  Kebijakan Pengendalian HIV/AIDS.  Dirjen P2PL-Depkes RI.  Seminar TB-HIV Sahid Jaya Hall. 11-12 Desember 2006.(hand out).
  18. AIDS Setelah Dua Dekade.  Ledakan HIV/AIDS sudah terjadi di Indonesia.Republika.  27 Mei 2007.
  19.  Hawari, D.  2006.  Global Effect, HIV/AIDS, Dimensi Psikoreligi.  Balai Pustaka-FKUI.  Jakarta.
  20. Bkkbn-online.” KASUS HIV/AIDS DI INDONESIA MENINGKAT TAJAM”(www.bkkbn.or.id/18/11/09)
  21. Kondom Bukan Solusi Melawan HIV: Paus”(www.acehkita.com/19/03/09).
  22. (Republika, Ahad 27 Mei 2007).
  23. An-Nabhani.  An Nidzomul Ijtima’i (terjemahan:Sistem Pergaulan Dalam Islam),  2001. 
  24. Al-Maliki A.    Sistem Sangsi Dalam Islam.  PTI.  Bogor, 2002.
  25. .Struktur Negara Khilafah.HTI.2007 
sumber : http://lailagizi-fkm.web.unair.ac.id

Disclaimer :

Untuk Hasil Sembuh Fungsional Permanen Umumnya di butuhkan pengobatan selama 3-6 bulan pengobatan. Faktor kondisi tubuh seseorang dan suport keluarga sangat berpengaruh terhadap reaksi kesembuhan. Simpanlah alamat & nomor HP kami 082332222009