“Dan apabila aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku” (As Syu’araa: 80)
Rasulullah ﷺ
“Setiap penyakit ada obatnya, dan bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu penyakit, niscaya akan sembuh dengan izin Allah”

Ada Kandungan Racun dalam ARV


Kepada Ibu dan Bapak dokter serta paramedis yang baik;
Kita baru saja memperingati Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN) 2012. Ini adalah sebuah malam dimana kita mengenang adik, kakak, pasangan, anak, orangtua, saudara, rekan, kerabat bahkan orang yang tidak kita kenal yang telah mendahului kita. Kalah dalam pertarungannya melawan infeksi HIV di dalam tubuhnya.
Obat dan Racun

Kami tidak ingin banyak berbicara angka kali ini, sebab angka-angka yang selama ini kerap di tampilkan sebenarnya adalah sebuah fenomena berwajah yang memperlihatkan betapa persoalan HIV dan AIDS telah membelit bangsa Indonesia.

Kami berterima kasih sekali kepada Bapak dan Ibu Dokter yang selama ini telah melayani kami dengan memberikan informasi, perawatan dan pengobatan bagi kami di dalam upaya kami mengendalikan HIV yang berada dalam tubuh kami. Kami sangat mengapresiasi ini.

Ijinkan kami bercerita sedikit. Sudah lebih dari 30 tahun HIV dikenal oleh peradaban manusia sebagai sebuah virus yang mematikan. Yang lebih miris lagi dan kami rasakan, beban kami seolah tidak cukup dengan harus berdamai bersama virus dalam tubuh yang mengintai setiap saat tubuh kami dalam kondisi lemah untuk kemudian mengijinkan penyakit lain masuk ke dalam tubuh kamu namun kami juga harus menghadapi penghakiman dari masyarakat luas bahwa kami ini yang terinfeksi HIV adalah golongan orang-orang yang tidak bermoral, melawan takdir, sampah masyarakat dan berjuta sebutan stigmatif lainnya seolah kami ini bukan manusia tanpa mau melihat bahwa diantara kami ada bayi tidak berdosa, anak bahkan Ibu rumah tangga yang tidak pernah membayangkan mereka akan mendapatkan takdir untuk hidup bersama HIV. Sebutan stigmatif itulah yang kemudian membuat kami merasakan diskriminasi yang sangat hebat di dalam setiap aspek kehidupan kami.

Ibu dan Bapak Dokter serta paramedis yang baik

Bapak dan Ibu dokter tentunya sudah mengetahui bahkan di layanan kesehatan saja, kami masih mengalami diskriminasi. Mulai dari gunjingan petugas layanan kesehatan ketika memberikan layanan kepada kami, berlebihannya perlakuan petugas seolah kami ini membawa virus yang menyebar melalui tatapan mata sampai dengan ditolaknya kami mendapatkan kamar untuk perawatan kami dan ironisnya selalu dibungkus dengan perkataan bahwa kami harus ditempatkan dalam kamar isolasi demi kebaikan kami sendiri agar terhindar dari infeksi penyakit yang berasal dari pasien lain.

Kami mungkin sakit, namun kami juga bukan orang bodoh. Kami tahu bahwa sudah menjadi hak setiap pasien untuk terhindar dari infeksi Nosokomial yang selama ini selalu dijadikan alasan petugas layanan kesehatan mengisolasi kami dan atau menolak kami ketika kamar isolasi yang jumlahnya tidak seberapa itu digunakan oleh pasien ODHA yang lain.

Kami masih bisa menerima jika stigma dan diskriminasi ini kami dapatkan dari masyarakat umum karena kami tahu bahwa mereka pun masih belum tertapapar informasi terkait  HIV dan AIDS. Kami sadar bahwa bagi pemerintah kita, urusan HIV dan AIDS ini tidak terlalu seksi untuk dibicarakan dibanding dengan isu pemilihan kepala daerah, kekerasan, kriminal bahkan sampai dengan Lady Gaga. Kami sadar bahwa pemerintah kita telah gagal memberikan edukasi kepada msayarakat terkait HIV dan AIDS sehingga kemudian karena ketidak tahuan mereka, perlakuan diskriminatif sering kami terima.

Ibu dan Bapak Dokter serta paramedis yang baik

Kami berterima kasih karena dengan pemberian ARV secara gratis selama ini telah membuat angka kematian pasangan, teman dan saudara kami yang terinfeksi HIV semakin menurun. ARV telah menjadi teman setia kami dalam membuat perdaimaian dengan HIV yang ada dalam tubuh kami. ARV telah membuat hidup kami yang selama ini suram menjadi punyai seberkas sinar pengharapan. Pengharapan untuk tetap hidup di dunia yang diciptakan Tuhan untuk semua ciptaannya, baik ODHA maupun bukan.

Tahukah Ibu dan bapak, bahwa dalam upaya kami berdamai ditemani oleh ARV tersayang ini kami sering mendapatkan efek tidak menyenangkan akibat dari zat-zat kimia yang terkandung dalam ARV dan harus kami telan setiap harinya sepanjang hidup kami? Ya betul, kami mendapatkan efek samping yang tidak kalah berbahayanya dengan infeksi HIV di dalam tubuh kami. Bagi kami yang perempuan, efek samping ini semakin tidak tertahankan karena kami sadar bahwa penelitian dalam membuat obat ARV ini belum memperhatikan kerentanan biologis dari kami yang perempuan.

Hampir setiap malam kami mengalami kesemutan bahkan hingga kelumpuhan sesaat, anemia berat kadang membuat kami kehilangan kesadaran, lemak otot kami menyusut sehingga pipi dan beberapa bagian tubuh kami menjadi kempot sehingga membuat kami tidak nyaman dalam berinteraksi sebagaimana manusia lainnya karena semakin melekatkan stempel di dahi kami jika kami adalah orang yang hidup dengan HIV.

Semua itu akibat efek samping dari ARV yang selama ini telah kami anggap sebagai teman sehidup semati. Tidak, kami tidak akan protes dan berhenti dengan teman kami itu sebab kami menyadari bahwa hanya merekalah sampai saat ini yang menjadi teman setia dalam mengendalikan teman kami yang nakal bernama HIV di dalam tubuh.

Ibu dan Bapak dokter serta paramedis yang baik

Kami ingin mengajukan permohonan kepada ibu dan bapak semua di dalam peringatan Malam Renungan AIDS Nusantara 2012 ini. Permohonan agar jangan sampai ada diantara kami yang kemudian menyerah dan berpulang kepada Sang Pencipta bukan karena infeksi HIV dalam tubuh namun karena tubuh kami tidak kuat menerima efek samping yang disebabkan ARV yang kami konsumsi. Kami harap ibu dan bapak mau mengabulkan permohonan kami ini.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui panduannya untuk penggunaan ARV 2010 yang kemudian diadopsi oleh Kementrian Kesehatan dalam Panduan ARV yang dikeluarkan pada tahun 2011 telah menyebutkan dengan jelas bahwa ada jenis ARV yaitu jenis d4t atau biasa dikenal dengan nama dagang Stavudine mempunyai kandungan racun yang berbahaya bagi ODHA yang mengkonsumsinya bahkan hingga menyebabkan kematian kami.

Kami menyesalkan karena obat yang lebih banyak bahaya dibanding manfaat bagi kami ini masih terus didistribusikan. Kami menderita karena obat ini. Bahkan kami tidak tahu apakah lebih menderita berdamai dengan HIV dalam tubuh ataukah harus menahankan efek samping dari ARV yang baru saja kami ketahui seharusnya sudah tidak didistribusikan karena mempunyai racun yang membahayakan nyawa kami.
Kami ingin meminta kepada Ibu dan Bapak untuk berhenti memberikan resep obat d4t ini kepada kami. Bantu kami dalam memilih obat yang tepat dan sedikit mengandung racun yang berbahaya bagi tubuh kami. Bantu kami dalam mendorong Kementrian Kesehatan bisa menyediakan obat yang lebih aman untuk menjadi teman seumur hidup kami.

Kami masih ingin hidup. Kami masih ingin mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bukan hanya bagi kami namun juga bagi masyarakat, nusa dan bangsa.
Berikanlah hadiah kepada kami di MRAN 2012 ini dengan Berhenti meresepkan ARV jenis d4t (Stavudine) kepada ODHA.
Selamatkanlah ODHA!

 Salam sayang,
ODHA di Indonesia

Disclaimer :

Untuk Hasil Sembuh Fungsional Permanen Umumnya di butuhkan pengobatan selama 3-6 bulan pengobatan. Faktor kondisi tubuh seseorang dan suport keluarga sangat berpengaruh terhadap reaksi kesembuhan. Simpanlah alamat & nomor HP kami 082332222009