“Dan apabila aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku” (As Syu’araa: 80)
Slide 1 Code Start -->

ODHA dengan Infeksi Oportunis : Dermatitis Kronis dan SGB

Perbaikan yang begitu cepat hanya dalam waktu 1 bulan pengobatan. Alhamdulllah

Control Keberadaan Virus HIV

Sangat penting di lakukan Kontrol VL selama Pengobatan Kami

Rasulullah ﷺ
“Setiap penyakit ada obatnya, dan bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu penyakit, niscaya akan sembuh dengan izin Allah”
Tampilkan postingan dengan label ims. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ims. Tampilkan semua postingan

9 Jenis VIRUS HERPES



Sembilan Jenis Virus Herpes Ditemukan pada Manusia
Virus herpes siapapun bisa tertular, terutama penderita HIV.
Beberapa virus herpes dikategorikan sebagai penyakit menular seksual dan penyebarannya pun melalui hubungan seksual.

Dari sekian banyak virus herpes, ada sekitar sembilan jenis virus yang ditemukan berada dalam tubuh manusia, jenis virus herpes tersebut diantaranya adalah:

1.Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1)
Gambar Sembilan Jenis Virus Herpes Ditemukan pada ManusiaDemam, benjolan berisi cairan yang kemudian melepuh yang sering terdapat di wajah, mulut dan bibir merupakan gejala yang paling umum dari penyakit sering terjadi pada pria homoseksual dan para penderita AIDS
Dari sekian banyak virus herpes, ada sekitar sembilan jenis virus yang ditemukan berada dalam tubuh manusia, jenis virus herpes tersebut diantaranya adalah:
HSV-1. Penyakit ini juga dikenal sebagai Human Herpes Virus-1 (HHV-1).
Sebagian besar infeksi yang diakibatkan virus ini terjadi selama dua tahun yang awalnya virus setelah masuk ke dalam tubuh, kemudian menetap/bersembunyi di penghalang kulit yang ada di sekitar mulut atau di organ tubuh lainnya.
Bagi sebagian orang HSV-1 sering dianggap sebagai virus penyebab sakit panas dingin (demam) dan HSV-2 yang sering dianggap sebagai virus penyebab herpes genital. Karena hal itu, seringkali orang salah membedakan kedua virus tersebut. Para peneliti mendokumentasikan dalam literatur medis, meskipun belum dipublikasikan secara luas, bahwa HSV-1 setelah masuk ke dalam tubuh menyebabkan sakit panas dingin. Setelah panas dingin hilang, virus dengan mudah berpindah melalui kontak fisik barik oral maupun genital, yang kemudian menginfeksi herpes genital pada orang lain.

Selain menyebabkan luka yang terasa dingin dan mungkin bisa juga menyebar ke daerah genital, HSV-1 juga bisa menjadi penyebab penyakit saraf yang serius seperti penyakit Alzheimer, kelainan saraf wajah dan kelainan saraf. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa co-infeksi oleh HSV-1 dan HIV (human immunodeficiency virus) dapat meningkatkan aktivitas dari kedua virus pada pasien yang memiliki AIDS. Saat ini HSV-1 telah menginfeksi setidaknya 50% dari seluruh penduduk dunia.

2. Virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2)
Herpes simplex virus atau disebut juga dengan Human Herpes Virus-2 (HHV-2). HSV-2 ini adalah penyebab penyakit herpes genital, yang diklasifikasikan sebagai penyakit menular seksual. HSV-2 menjadi sebuah epidemi pada tahun 1980-an dan 1990-an, sebagian besar karena peningkatan seks yang tidak aman diantara para remaja. Menurut klasifikasinya  HSV-2 dan HSV-1 seringkali tidak bisa dibedakan kecuali dari gejala klinisnya yang berbeda. Namun, perbedaan ini sering tidak konsisten, karena kedua jenis virus herpes simpleks ini dapat menyebabkan lesi di mulut dan alat kelamin.
3. Herpes zoster virus (HZV)
Herpes zoster virus atau disebut juga dengan Varicella zoster virus (VZV) dan Human Herpes Virus-3 (HHV-3) adalah penyakit cacar air yang disebabkan oleh infeksi pada pertama kali dari HZV. Ketika virus ini masuk kembali kepada tubuh yang pernah terkena virus HZV, maka hal itu menyebabkan penyakit herpes zoster. Karena semakin penduduk dunia semain meningkat, semakin banyak juga orang yang menderita serangan herpetik neuralgia (nyeri saraf) sebagai akibat dari penyakit herpes zoster. Virus herpes jenis ini merupakan virus yang paling menular dibanding dengan jenis virus herpes lainnya. Populasi yang terinfeksi virus ini lebih besar sekitar 90% dibanding jenis virus herpes yang lain. HZV juga menjadi penyebab penyakit autoimun yang disebut lupus. Selain itu, saat ini wabah HZV menjadi indikator awal bahwa seseorang terinfeksi HIV.
4. Epstein-Barr virus (EBV)
Epstein-Barr virus atau disebut juga dengan Human Herpes Virus-4 (HHV-4) adalah penyebab utama dari infeksi mononukleosis. EBV juga bisa menjadi penyebab utama dalam penyakit sindrom kelelahan kronis dan gangguan lain dari sistem kekebalan tubuh. Selain itu, EBV juga telah dikaitkan dengan penyakit lupus, limfoma, kanker dan lain sebagainya. Saat ini EBV dianggap cukup merusak dan dapat menyebabkan mutasi genetik dalam tubuh.
5. Cytomegalovirus (CMV)
Cytomegalovirus  atau disebut juga  dengan Human Herpes Virus-5 (HHV-5) adalah virus yang dapat menyebabkan mononucleosis dan hepatitis serta masuk dalam kategori penyakit menular seksual. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa CMV memiliki peran dalam hubungannya dengan jenis virus lain dan menyebabkan timbulnya gen kanker.
Selain kelima jenis HHV diatas, ada juga jenis lainnya seperti dibawah ini:
6. Human Herpes Virus-6

7. Human Herpes Virus-7

8. Human Herpes Virus-8

9. Human Herpes Virus-9

Semua HHVs di atas berhubungan dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, terutama penyakit AIDS. HHV-8 yang disebut dengan sarkoma kaposi terkait virus herpes manusia (KSHV), yang menyebabkan penyakit kanker kulit dan paling sering terjadi pada penderita AIDS.

Penemuan terbaru menunjukkan bahwa ada lebih banyak lagi virus herpes yang akan ditemukan terutama pada penderita AIDS. Virus herpes ini kemungkian besar akan berkembang setiap tahunnya. HHV-6 dan HHV-7 ditemukan pada sekitar 90% dari populasi dunia, pada kedua virus tersebut termasuk baru ditemukan, namun sudah menyebar pada populasi dunia.

IMS

Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit menular seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya sexually transmitted disease (STD), sexually transmitted infection (STI) or venereal disease (VD). Infeksi (lebih tepatnya infeksi-infeksi) yang digolongkan dalam IMS/PMS salah satu cara penularannya melalui hubungan seksual (vaginal, oral, anal) dengan pasangan yang sudah tertular. 

Jenisnya sangat banyak, semakin sering kita berganti-ganti pasangan seks semakin besar kemungkinan tertular (bisa saja tertular berbagai macam virus, bakteri, jamur, dan protozoa dalam tubuh kita). 

Ada jenis yang efeknya terasa dalam 3 hari sesudah terpajan (terkena), ada pula yang membutuhkan waktu lama. 

Sebaiknya IMS cepat diobati karena menjadi pintu gerbang masuknya HIV ke dalam tubuh kita.

Penularan IMS
Penularan IMS juga dapat terjadi dengan cara lain, yaitu :
Melalui darah :
  • transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV,
  • saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba,
  • tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/tidak sengaja,
  • menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril,
  • penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika terluka dan menyisakan darah pada alat).
Dari ibu hamil kepada bayi :
  • saat hamil,
  • saat melahirkan,
  • saat menyusui.
Jenis-jenis IMS
Ada banyak jenis-jenis IMS dan berikut jenis-jenis IMS (penulis akan menambah daftar penyakit IMS satu persatu karena jumlahnya banyak), klik pada nama penyakitnya maka akan menuju halaman baru yang merunut pada penjelasan tentang penyakit tersebut.
Penyebab Bakteri
Penyebab Fungi/jamur
Penyebab Virus
Penyebab Parasit
Penyebab Protozoa
Infeksi-infeksi perut yang ditularkan melalui jalur seksual (anal-oral contamination / fecal-oral)
Infeksi-infeksi mulut yang (kemungkinan) bisa ditularkan melalui jalur seksual
Gejala – gejala IMS
IMS seringkali tidak menampakkan gejala, terutama pada wanita. Namun ada pula IMS yang menunjukkan gejala-gejala umum sebagai berikut :
  • Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda dari biasanya,
  • Rasa perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau menjadi sering kencing,
  • Adanya luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut (nyeri ataupun tidak),
  • Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil di sekitar alat kelamin,
  • Gatal-gatal di sekitar alat kelamin,
  • Terjadi pembengkakan kelenjar limfa yang terdapat pada lipatan paha,
  • Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri,
  • Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan (tetapi tidak ada hubungannya dengan haid),
  • Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks, dan
  • Secara umum merasa tidak enak badan atau demam.
IMS tidak dapat dicegah dengan :
  • Meminum minuman beralkohol seperti bir dan lain-lain.
  • Meminum antibiotik seperti supertetra, penisilin dan lain-lain, sebelum atau sesudah berhubungan seks, tidak ada satu obat pun yang ampuh untuk membunuh semua jenis kuman IMS secara bersamaan (kita tidak tahu jenis IMS mana yang masuk ke tubuh kita). Semakin sering meminum obat-obatan secara sembarangan malah akan semakin menyulitkan penyembuhan IMS karena kumannya menjadi kebal terhadap obat.
  • Mendapatkan suntikan antibiotik secara teratur, pencegahan penyakit hanya dapat dilakukan oleh antibodi di dalam tubuh kita.
  • Memilih pasangan seks berdasarkan penampilan luar (misalnya, yang berkulit putih bersih) atau berdasarkan usia (misalnya, yang masih muda), anak kecil pun dapat terkena dan mengidap bibit IMS, karena penyakit tidak membeda-bedakan usia dan tidak pandang bulu.
  • Membersihkan/mencuci alat kelamin bagian luar (dengan cuka, air soda, alkohol, air jahe, dll) dan bagian dalam (dengan odol, betadine atau jamu) segera setelah berhubungan seks.
Penanganan IMS yang Benar
1. Segera pergi ke dokter untuk diobati
  • Jangan mengobati IMS sendiri tanpa mengetahui penyakit apa yang menyerang kita (jenis IMS sangat banyak dan ada kemungkinan terjadi komplikasi), dibutuhkan tes untuk memastikan IMS yang diderita.
  • Jangan minum obat sembarangan. Obat IMS berbeda-beda, tergantung jenis IMS yang diderita
  • Jangan pergi berobat ke dukun atau tukang obat. Hanya dokter yang tahu persis kebutuhan obat untuk IMS yang diderita. Penggunaan herbal bisa dilakukan (sebaiknya) jika ada yang mengawasi/penanggungjawab.
2. Ikuti saran dokter
Jangan menghentikan minum obat yang diberikan dokter meskipun sakit dan gejalanya sudah hilang. Jika tidak diobati dengan tuntas (obat dikonsumsi sampai habis sesuai anjuran dokter) ,  maka kuman penyebab IMS akan kebal terhadap obat-obatan.
3. Jangan berhubungan seks selama dalam pengobatan IMS
Hal ini berisiko menularkan IMS yang diderita kepada pasangan seks Anda.
4. Jangan hanya berobat sendiri saja tanpa melibatkan pasangan seks (khususnya pasangan sah)
Pasangan seksual Anda juga harus diperiksa dan berobat ke dokter. Jika tidak, IMS yang diderita akan ulang-alik dari kita ke pasangan kita, kemudian dari pasangan kita ke kita dan seterusnya. Kedua belah pihak harus disembuhkan agar tidak saling menulari kembali.
Pencegahan IMS
Pencegahan penyebarluasan IMS hanya dapat dilakukan dengan cara :
  1. Anda jauhi seks,  tidak melakukan hubungan seks (abstinensi), atau
  2. Bersikap saling setia, tidak berganti-ganti pasangan seks (monogami) dan saling setia, atau
  3. Cegah dengan memakai kondom, tidak melakukan hubungan seks berisiko (harus selalu menggunakan kondom).
  4. Tidak saling meminjamkan pisau cukur dan gunting kuku.
  5. Edukasi,  embuskan informasi mengenai HIV/AIDS dan IMS kepada kawan-kawan Anda.
Pengobatan dan pemberantasan penyakit menular dari Ditjen PP&PL Depkes RI dapat anda lihat di sini: http://www.pppl.depkes.go.id/catalogcdc/kamus.asp.htm atau coba masuk ke http://www.penyakitmenular.info/search_info.asp.  Namun, jika informasinya masih saja kurang, konsultasi ke dokter atau instansi terkait mungkin lebih membantu.
Sumber: arsip materi penyuluhan pribadi, Wikipedia.org, dan Grup Diskusi: AIDS Indonesia – Friendster.com.
Catatan: Silakan mengunduh/mengcopy ulang untuk dijadikan materi penyuluhan (tentunya dengan menyebutkan sumbernya ya).
di ambil dari : pisangkipas.wordpress.com

Apa LIMFADENOPATI ITU ? Mengapa Virus HIV sulit sembuh ?

Limfadenopati berarti penyakit pada kelenjar atau aliran getah bening (sistem limfatik). Biasanya, penyakit tersebut terlihat sebagai kelenjar getah bening menjadi bengkak, sering tanpa rasa sakit. Pembengkakan kelenjar itu disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap berbagai infeksi, termasuk HIV dan TB.

Ada ratusan kelenjar getah bening di tubuh kita, dengan ukuran antara sebesar kepala peniti hingga biji kacang. Organ ini sangat penting untuk fungsi sistem kekebalan tubuh, dengan tugas menyerang infeksi dan menyaring cairan getah bening. Sebagian besar kelenjar getah bening ada di daerah tertentu, misalnya mulut, leher, lengan bawah, ketiak, dan kunci paha.

Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari darah. Sebagian melarikan diri ke sistem limfatik (getah bening) untuk menyembunyikan diri dalam sel di kelenjar getah bening. Beberapa ilmuwan menganggap bahwa hanya 2% HIV ada dalam darah. Sisanya ada di sistem limfatik, termasuk limpa, di lapisan usus dan di otak.

Infeksi HIV sendiri dapat menyebabkan limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening. Limfadenopati adalah salah satu gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau akut adalah penyakit yang dialami oleh sebagian orang beberapa minggu setelah tertular HIV – lihatLembaran Informasi (LI) 103. Gejala lain termasuk demam dan sakit kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap flu.

Walaupun limfadenopati sering disebabkan HIV sendiri, penyakit ini dapat gejala infeksi lain, termasuk TB di luar paru, sifilis, histoplasmosis, virus sitomegalia, sarkoma Kaposi, limfomadan kelainan kulit.
Apa Limfadenopati Generalisata yang Persisten Itu?

Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada beberapa kelenjar getah bening yang bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul pada lebih dari 50% Odha dan sering disebabkan oleh infeksi HIV sendiri. Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sbb.:
Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening;
Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1cm dalam setiap kelompok;
Berlangsung lebih dari satu bulan; dan
Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya.
Pembengkakan kelenjar getah bening ini bersifat tidak sakit, simetris (kiri-kanan sama), dan kebanyakan terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk kunci paha. Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV tidak berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit dilihat, dan lebih mudah ditemukan melalui menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini berukuran serupa kacang polong sampai buah anggur, dan bila diraba, merasa seperti buah anggur.
PGL berkembang secara pelan dan mungkin dapat menghilang pada saat jumlah CD4 menurun menjelang 200.
Kurang lebih 30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali (pembesaran limpa).
Bagaimana Limfadenopati Diobati?

Asal jumlah, tempat dan ukuran kelenjar yang bengkak tidak berubah, orang dengan PGL tidak membutuhkan pengobatan lebih lanjut, selain pemantauan setiap periksa ke dokter. Perubahan pada ciri kelenjar harus secepatnya dilaporkan ke dokter.
Bila kelenjar menjadi semakin besar, berwarna merah, sakit atau tampaknya berisi cairan bila diraba, dan dokter mencurigai ada infeksi bakteri, dokter mungkin akan memberi obat antibiotik. Kalau tidak ada perubahan, dokter mungkin akan melakukan aspirasi (mengambil contoh kecil dari kelenjar dengan jarum tipis, untuk diperiksa dengan mikroskop). Aspirasi ini berguna untuk menyingkirkan diagnosis limfoma, limfadenopati karena sarkoma Kaposi, penyakit jamur, TB atau penyebab yang lain. Bila kelenjar terus membesar, mungkin dokter akan menyedot cairan isinya dengan jarum kecil (aspirasi) agar tidak meledak.
Apakah Limfadenopati Tanda AIDS?

Limfadenopati dapat terjadi dari awal infeksi HIV, dan PGL biasanya dialami waktu belum ada gejala lain, sering pada waktu jumlah CD4 di atas 500. Sebaliknya, hilangnya PGL dapat menunjukkan kita tidak lama lagi akan masuk tahap AIDS, berarti sebaiknya kita mempertimbangkan mulai terapi antiretroviral (ART).
Garis Dasar

Limfadenopati sering di antara gejala pertama infeksi HIV, yang dialami waktu infeksi primer atau akut, beberapa minggu setelah terinfeksi. Penyakit ini ditandai pembengkakan pada satu atau lebih kelenjar getah bening, biasanya di leher dan ketiak, tetapi kadang kala di tempat lain. Gejala ini biasanya cepat hilang tanpa diobati. Namun gejala ini dapat bertahan terus, menjadi PGL.

Limfadenopati generalisata yang persisten (PGL) adalah kelenjar yang bengkak di sedikitnya dua tempat secara simetris. PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah CD4 di atas 500, dan sering hilang sebagaimana jumlah CD4 menurun menjelang 200.

Selain infeksi HIV sendiri, limfadenopati dapat disebabkan oleh infeksi lain, termasuk TB di luar paru dan sifilis. Jika ada gejala lain, sebaiknya ada pemeriksaan secara teliti untuk menyingkirkan alasan lain. Bila tidak ada alasan lain, limfadenopati tidak perlu diobati.

Limfadenopati tidak berkembang menjadi limfoma (kanker pada sistem limfatik – lihat LI 509), dan tidak menunjukkan peningkatan dalam kemungkinan limfoma akan terjadi.

sumber : http://spiritia.or.id/

Ditinjau 1 Juni 2014 berdasarkan HRSA Guide for HIV/AIDS Clinical Care 30 April 2014 hlm. 313 dan berbagai sumber lain


Beberapa ilmuwan menganggap bahwa hanya 2% HIV ada dalam darah. Sisanya ada di sistem limfatik, termasuk limpa, di lapisan usus dan di otak.

Disclaimer :

Untuk Hasil Sembuh Fungsional Permanen Umumnya di butuhkan pengobatan selama 3-6 bulan pengobatan. Faktor kondisi tubuh seseorang dan suport keluarga sangat berpengaruh terhadap reaksi kesembuhan. Simpanlah alamat & nomor HP kami 082332222009