“Dan apabila aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku” (As Syu’araa: 80)
Slide 1 Code Start -->

ODHA dengan Infeksi Oportunis : Dermatitis Kronis dan SGB

Perbaikan yang begitu cepat hanya dalam waktu 1 bulan pengobatan. Alhamdulllah

Control Keberadaan Virus HIV

Sangat penting di lakukan Kontrol VL selama Pengobatan Kami

Rasulullah ï·º
“Setiap penyakit ada obatnya, dan bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu penyakit, niscaya akan sembuh dengan izin Allah”
Tampilkan postingan dengan label testimoni. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label testimoni. Tampilkan semua postingan

Tentang Antibodi HIV / Infeksi HIV Primer

Waktu TERBENTUKnya Antibodi HIV

Dari mulai terinfeksi HIV sampai terbentuknya antibodi HIV.
Grafik berikut menunjukkan kelanjutan infeksi pada beberapa bulan pertama (masa infeksi akut). Segera setelah virus masuk ke aliran darah kita, HIV mulai replikasi secara cepat, dan viral load meloncat tajam (garis merah). Oleh karena itu, banyak sel CD4 dihancurkan, dan jumlah sel CD4 turun drastis (garis biru). 

Setelah beberapa minggu, sistem kekebalan mulai membentuk antibodi terhadap HIV (garis hijau), dan antibodi ini mulai melawan dengan virus, sehingga viral load mulai menurun dan jumlah CD4 meningkat kembali. Antibodi baru dapat terdeteksi oleh tes HIV setelah beberapa minggu (masa jendela). Pada masa ini, viral load dan daya menular paling tinggi.

Kadang kala infeksi akut, yang terjadi 2-3 minggu setelah kita terinfeksi HIV, dapat menimbulkan penyakit primer atau akut. Penyakit ini dapat ditandai oleh demam, rasa letih, sakit pada otot dan sendi, sakit menelan, dan pembesaran kelenjar getah bening. Jadi gejalanya mirip gejala flu, dan jarang diketahui atau didiagnosis sebagai awal infeksi HIV. Di negara maju, diperkirakan 30-60% orang mengalami penyakit akut setelah terinfeksi HIV; di Indonesia, gambarnya belum jelas. Untuk informasi lebih lanjut, lihat Lembaran Informasi 103 Infeksi HIV Primer.

Kelanjutan infeksi

Grafik berikut menunjukkan kelanjutan infeksi setelah infeksi akut. Tahap ini biasanya mulai dengan masa tanpa gejala, yang bertahan rata-rata 7-10 tahun dan dapat jauh lebih lama, atau pun lebih pendek juga. 

Selama masa ini viral load meningkat pelan-pelan, sementara jumlah CD4 terus-menerus merosot. HIV replikasi terus dengan puluhan miliar virus dibuat dan dihancurkan setiap hari. Kemudian viral load mulai meningkat tajam, sementara jumlah CD4 menurun di bawah 200, yang mendefinisikan AIDS. Karena sistem kekebalan tubuh semakin rusak (ditandai oleh CD4 yang semakin rendah), infeksi oportunistik (IO) mulai muncul. Dan semakin rendah CD4, IO akan menjadi semakin berat dan semakin sulit diobati. Akhirnya, viral load menjadi sangat tinggi dan jumlah CD4 dapat menjelang nol.
Grafik: lanjutan penyakit
Yang menarik juga, pada tahap penyakit lanjutan, jumlah antibodi mulai menurun, seperti dilihat pada garis hijau. Hal ini terjadi karena antibodi dibuat oleh sistem kekebalan, dan bila sudah rusak, sistem tersebut tidak mampu membuat antibodi lagi. Walaupun jarang, pada masa ini, tes HIV dapat menunjukkan hasil non-reaktif (negatif), karena tinggal terlalu sedikit antibodi untuk menunjukkan hasil positif. Hal ini disebut sebagai sero-reversi, tetapi tidak berarti kita sembuh; justru sangat jelas pada saat itu, kita sangat sakit!

Namun, karena umumnya gejala penyakit yang kita alami tidak langsung disebabkan oleh infeksi, melainkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi, dengan sistem kekebalan tubuh begitu rusak, sering kali gejala penyakit mulai hilang sebagaimana jumlah CD4 menjelang nol. Hal ini bukan berarti kita tidak sakit; hanya kita tidak mengalami gejalanya. Dan akhirnya penyakit tersebut mengakibatkan kematian kita.

sumber : spiritia

Testimoni-Sxxxxx Diare Lemas BB Turun

Testimoni ini benar adanya.

Nama    :  Tn. xxxxxx 
Umur     : 34 tahun
Alamat  :  Banyumas 

Beliau sudah lebih dari 5 tahun di diagnose HIV POSITIF dan kini sudah dalam tahap HIV AIDS.

Sudah berobat kemana dan menghabiskan biaya berjuta juta tetapi belum ada perubahan yang berarti.
kondiri masih batuk batuk, badan lemas, sering diare,demam, badan tambah kurus, apalagi pada saat terapi ARV kondisi tambah drop dan sering diare. 
Ada benjolan di leher, ketiak selangkangan tambah banyak, bahkan kena jengger ayam.
Akhirnya beliau dapat informasi dari temannya untuk berobat ke tempat saya.
Beliau mencobanya Alhamdulilah di bulan pertama TERJADI PERBAIKAN yang yang di harapkan. batuk batuknya sembuh, badan tambah FIT nda gampang ngedrope, diare sudah tidak lagi. dan alhamdulillah JENGGER AYAM nya juga menghilang. serta BB bertambah gemuk.

Dan sampai saat ini pengobatan berjalan 6 bulan dan  alhaamdulillah benjolan benjolan di leher dan semua tempat menghilang hanya satu dua yg masih teraba mengecil jika di raba.

Beliau sangat optimis akan kesembuhannya dan kami sebagai pengobat, melihat perubahan yang luar biasa semoga nantinya bisa sembuh tuntas. Viraload bisa negatif dan anti hiv nya bisa non reaktif.
Mohon doanya. 


Disclaimers : Hasil yang di dapatkan masing-masing orang dan waktu yang di butuhkan setiap orang berbeda-beda

Obat pencegahan HIV AIDS

Tanya :

Mencegah HIV AIDS
Nama saya xxxxxxxxx, dari sumatra, 1 bulan yang lalu saya melakukan hubungan yang sangat beRESIKO , karena ketahuan pasangan saya ternyata positif HIV. akhir akhir ini saya jadi sering demam, batuk batuk dan cepat lelah. Kami telah cek Antibodi HIV dan hasilnya " non reaktif ", kami di suruh cek ulang 3 bulan lagi 

Kami sangat gelisah..    Apakah obat ramuan pak tabib bisa mencegah HIV ? 


Jawab :
MENCEGAH LEBIH BAIK DARI PADA MENGOBATI
 JANGAN MENUNGGU HASIL LAB ANTIHIV " REAKTIF " BARU BEROBAT

Ramuan kami bisa untuk pencegahan penyakit HIV.. 
Ada 2 kemungkinan setelah saudara merasa melakukan hubungan BERESIKO meskipun hasil cek lab di nyatakan antihiv " non reaktif "
  1. Virus HIV memang tidak ada dalam tubuh.
  2. Virus HIV sudah ada tetapi TUBUH belum membentuk antibodi HIV sehingga hasil laboratorium  darah di nyatakan antihiv " non reaktif "  dan ini yang akan terjadi klik disini
UPAYA PENCEGAHAN dan Lama Pencegahanya.
  1. Jika kondisi pasien bagus FIT tidak di sertai keluhan Insya Allah PENCEGAHAN cukup 1 bulan.
  2. Jika di sertai keluhan lemas dan lain lain sebaiknya PENCEGAHAN selama 3 bulan setelah itu Cek antihiv ulang. 
Semoga bermanfaat.

TESTIMONI : Bocah Penderita HIV yang Dikucilkan hingga Akhirnya Meninggal


BANYUWANGI  kompas.com JK (12) dengan bahasa isyarat menanyakan kepada VC (24), kakak kandungnya, tentang makam yang mereka kunjungi pada Jumat (26/6/2015) pekan lalu.

Kemudian, VC yang sehari-hari bekerja sebagai pengamen itu menjawab, makam yang dipenuhi taburan bunga tersebut adalah makam adik bungsu mereka, LJ (7), yang meninggal karena infeksi HIV pada Kamis (25/6/2015).

Keharuan langsung menyelimuti tempat pemakaman umum yang berada di wilayah Banyuwangi Barat tersebut. JK yang menderita gangguan pendengaran tersebut menangis sambil memeluk nisan adik kandungnya yang dimakamkan tepat di sebelah makam ibu dan ayah mereka.

Selama setahun terakhir, JK tinggal bersama dengan kakak tertuanya di Bali untuk melanjutkan sekolah di sebuah yayasan. "Sejak ibu dan bapak meninggal pada tahun 2012, saya mengasuh keempat adik kandung saya seorang diri," kata VC kepada Kompas.com.

Keempat adiknya adalah JK (12), Y, TY (10), dan LJ (7). Penderitaan VC semakin bertambah ketika adik bungsunya divonis mengidap virus HIV karena tertular dari ayah dan ibunya yang meninggal terlebih dahulu karena penyakit yang sama.

Dia juga beberapa kali diusir dari lingkungan tempat tinggalnya ketika warga mengetahui adik bungsunya terkena HIV.

Lelaki yang berperawakan kecil tersebut bercerita, pada Februari 2012, ayah dan ibunya jatuh sakit secara bersamaan. Mereka lalu dibawa ke rumah sakit daerah di wilayah Banyuwangi Selatan.

Setelah menjalani pemeriksaan di klinik VCT (voluntary counseling test), bapak dan ibu itu dinyatakan positif mengidap HIV/AIDS. Setelah dirawat selama tiga hari di RS, akhirnya keduanya meninggal dunia pada hari yang sama, dan hanya berselang sekitar satu jam.

"Saat masuk, ibu sudah tidak sadarkan diri. Setelah dicek, ibu dan bapak ternyata positif. Ibu meninggal lebih dahulu, setelah satu jam, bapak kemudian menyusul meninggal dunia," tutur VC.

Akhirnya, pihak RS pun meminta agar dia beserta adik-adiknya untuk melakukan test VCT demi mengetahui kondisi kesehatannya. "Saya shock sekali saat mengetahui jika LJ yang positif. Saat itu, dia baru berumur empat tahun. Akhirnya, saya berjanji bagaimana caranya adik saya bisa sembuh. Apa pun akan saya lakukan," kata VC.

Karena tidak mampu mengasuh keempat adiknya dari hasil mengamen, dia pun rela melepaskan JK ikut kakak tertuanya di Bali, sementara Y diasuh oleh kerabatnya. "Ty dan LJ ikut saya ke mana saja. Biasanya, LJ saya gendong dipunggung dan Ty saya tuntun. Kami berpindah-pindah dari satu kos ke kosan yang lain. Kami benar-benar dikucilkan bukan hanya masyarakat, bahkan oleh keluarga terdekat kami, apalagi setelah tahu ibu dan ayah kami meninggal karena HIV, ditambah lagi adik saya juga menderita penyakit yang sama," kata dia dengan suara parau.

VC mengaku sempat menumpang di rumah temannya di wilayah Banyuwangi Barat. Namun, tak lama di sana, dia disuruh pergi oleh masyarakat sekitar karena takut tertular. Kejadian yang sama juga ia alami saat dia pindah ke rumah temannya di wilayah Jember.

"Sehari-hari saya mengamen untuk bisa makan. Kalau tidak memungkinkan, biasanya saya meninggalkan Ty dan LJ di terminal. Setelah dapat uang, saya kembali ke mereka. Saya tidak tega meninggalkan mereka lama. Walaupun banyak yang bilang saya bajingan, saya masih punya hati karena yang saya lakukan untuk mereka," ungkap VC.

Sementara itu, untuk perawatan LJ, VC mengaku selalu membawa adik bungsu yang lahir pada 1 Agustus 1998 tersebut ke rumah sakit secara rutin. Beberapa kali dia juga meninggalkan LJ untuk dirawat di ruangan anak jika kondisi LJ drop. Sementara itu, VC kembali ke jalanan untuk mengamen dan mengumpulkan uang.

"Kalau LJ dirawat, TY juga ikut menginap di sana. Kalau ada uang, saya pasti menyambangi mereka. ARV untuk adik saya juga rutin diurusi oleh pihak rumah sakit. Dia keluar masuk ruang perawatan anak sejak tahun 2012. Saya bingung. Saudara sama sekali tidak peduli," kata dia.

Dirawat sebulan dan minta pulang
Sebelum meninggal, LJ sempat dirawat selama 28 hari di bangsal perawatan anak. Ty juga ikut menginap di rumah sakit daerah tersebut. "LJ dan kakaknya sudah menjadi bagian dari kami. Selama 28 hari dia dirawat di sini. Tapi, Selasa sore ia dibawa kakaknya pulang," kata Agus Estu, Kepala Ruang Perawatan Anak, saat ditemui Kompas.com, satu hari sebelum LJ meninggal.

Saat itu, Kompas.com berusaha melacak keberadaan LJ dan beberapa kali mendatangi kos mereka. Namun, mereka telah berpindah-pindah bererapa kali.

Menurut Agus Estu, sejak LJ di nyatakan positif, pihak rumah sakit membantu sepenuhnya pengobatan dengan menggunakan dana BPJS Kesehatan. Sementara itu, biaya lain-lainnya merupakan hasil patungan para petugas di rumah sakit. "Untuk makannya, biasanya ditanggung sama bagian gizi. Bukan hanya untuk LJ, tapi juga kakaknya yang ikut tinggal di sini," kata Agus.

Saat dirawat terakhir kali, beberapa kali LJ meminta untuk pulang. Pihak rumah sakit akhirnya menghubungi VC. "Setelah tanda tangan, akhirnya kami mengizinkan VC membawa LJ dan Ty untuk pulang. Saya tahu kalau mereka tidak punya rumah, tetapi mungkin mereka ingin bersama karena VC sempat cerita dapat tumpangan tempat tinggal temannya," tutur Agus lagi.

Namun, sebelum dibawa pulang, pihak rumah sakit berpesan kepada VC untuk segera kembali membawa adiknya jika kondisinya drop. Saat dibawa pulang, berat badan LJ hanya 13,5 kilogram dari berat normal anak seusianya 24 kilogram.

"LJ merupakan anak yang ceria. Dia tidak pernah mengeluh, jarang menangis. Hanya saja, dia sering meminta disuapin saat makan oleh perawat. Saya melihat mereka kurang kasih sayang. Kami merawat dia sejak 2012, saat ayah dan ibunya meninggal karena HIV/AIDS. Mereka tidak ada yang merawat dan memperhatikan. Kakaknya VC itulah yang banting tulang untuk adik-adiknya. Bahkan, kami sering patungan untuk mengganti biaya VC membawa adiknya ke sini karena tinggal jauh dari rumah sakit," ungkap Agus lagi.

Hal senada diungkapkan Hafiful Malik, petugas VCT rumah sakit tersebut. Lelaki yang akrab dipanggil Ipung tersebut mengaku, setelah mengetahui jika ayah dan ibu LJ positif HIV, dia meminta agar semua anak-anak mereka menjalani tes VCT.

"Kami tes mulai anak yang paling kecil dan ternyata hanya LJ yang dinyatakan positif dan kemungkinan besar tertular saat dia dilahirkan dari ibu yang postif HIV/AIDS," kata Hafiful.

Sementara itu, setelah dibawa pulang pada Selasa (23/6/2015), VC kembali melarikan LJ ke rumah sakit pada Rabu (24/6/2015). Setelah dirawat selama semalam, LJ mengembuskan napas terakhirnya pada Kamis (26/6/2015).

"Saat pulang, adik saya minta dibawa ke Jember dan saya menurutinya. Di sana hanya beberapa jam, lalu langsung kembali ke rumah sakit karena kondisinya drop. Kamis pagi dia sempat meminta berkali-kali saya duduk di sampingnya lalu disuruh pergi. Suruh duduk, suruh pergi lagi. Kemudian, saya cium keningnya dan bilang, 'Kalau mau pergi, Mas ikhlas. Ternyata dia pergi ketika saya sedang tidur," kata VC dengan tatapan kosong.

VC mengaku tidak ingin ada anak-anak lain yang mendapat perlakuan seperti adiknya yang dikucilkan. "Saat adik saya masih hidup, semua menjauhi kami. Sekarang, saat dia sudah meninggal, semua mendekat dan mengaku peduli. Selama ini, adik saya diperlakukan tidak adil oleh orang-orang di sekitar kami," kata dia.

Pasca-meninggalnya LJ, VC mengaku akan mencari pekerjaan tetap untuk membiayai adik-adiknya yang lain. "Saya akan meninggalkan dunia jalanan untuk mencari pekerjaan tetap. Selama ini, saya ngamen agar bisa bawa adik saya kerja dan tidak ada pilihan lain," kata dia.

Saat ini, VC tinggal di sebuah puskesmas karena menemani Ty yang sakit dan harus dirawat inap. "Ty mungkin kelelahan karena selama ini tinggal di rumah sakit menemani LJ. Dia juga sedih dan shock karena adiknya meninggal. Sekarang Ty diinfus. Semoga dia cepat sembuh dan segera keluar dari puskesmas biar saya bisa menata hidup lagi. JK juga nginap di sini (puskesmas) sampai Ty keluar," kata dia.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, hingga Januari 2015, terdapat 69 anak positif HIV yang tinggal di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Sebagian besar dari mereka berstatus yatim atau yatim piatu dari orangtua yang juga meninggal karena HIV/AIDS.

"Usia penderita rata-rata berusia 2-10 tahun dan yang paling tua berusia 11 tahun. Salah satunya adalah LJ. Kami sempat menggalang dana untuk dia," kata Tunggul Harwanto, Program Manager Kelompok Kerja Bina Sehat, yang selama ini menaruh perhatian kepada penanganan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Banyuwangi.

Menurut dia, dengan adanya kasus LJ, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi perlu membuat rumah singgah untuk anak penderita HIV ataupun penderita HIV/AIDS serta keluarganya. Sebab, stigma masyarakat dan diskriminasi yang menganggap bahwa HIV/AIDS adalah penyakit kutukan membuat penderita dan keluarga dikucilkan. Hal itu bisa memperparah keadaan pasien.

Selain itu, sosialisasi tentang pemahaman tentang penularan HIV/AIDS juga harus ditingkatkan, khususnya untuk kalangan ibu rumah tangga. "Saat ini, ibu rumah tangga salah satu kelompok masyarakat yang rentan tertular HIV/AIDS. Seharusnya ibu hamil juga mendapatkan pelayanan tes VCT untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Jika positif HIV, maka bisa dicegah agar tidak menular pada anak yang dilahirkan. Jadi, walaupun ibunya positif, masih bisa melahirkan anak yang sehat, tentu dengan pengawasan dari dokter serta penanganan khusus saat melahirkan bayi," ungkap Tunggul.

Tunggul juga menegaskan, program penanggulangan HIV/AIDS bukan hanya tugas Kementerian Kesehatan, melainkan juga seluruh komponen pemerintahan dan masyarakat. "Jika LJ tinggal di rumah singgah dan mendapat pemantauan kesehatan secara maksimal, perawatan yang memadai, dan didukung oleh keluarga dan masyarakat, mungkin dia masih bisa bertahan. Kita tahulah bagaimana kehidupan di jalan, apalagi ikut bersama kakaknya mengamen. Di sini seharusnya pemerintah bertanggung jawab, termasuk juga kepada ODHA (orang dengan HIV/AIDS) anak seperti LJ," ujarnya.


Penulis: Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati
Editor : Glori K. Wadrianto

Pengobatan HIV AIDS di Bandung Jakarta Bali Semarang Surabaya Solo

Di Bandung Jakarta Bali Semarang Surabaya Solo dan kota kota besar di indonesia lainnya telah menjamur balai pengobatan alternatif untuk penyakit HIV AIDS dengan berbagai metode pengobatan.

Ini mungkin membuat ODHA binggung kemana harus berobat sedangkan ARV sudah tidak memungkinkan karena efek samping ARV.

APA YANG SEBAIKNYA DI LAKUKAN ODHA sebelum berobat.
  1. Sholat Istiharoh mintalah petunjuk ALLAH Swt.  
  2. Cek and Ricek metode pengobatannya. apakah metode nya masuk akal dan ada bukti testimoni nya. hati hati dengan IKLAN yang berlebihan semuanya harus realistis / ilmiah.
  3. Jika metodenya HANYA meningkatkan daya tahan tubuh sebaiknya lupakan saja. sebagian pasien kami pun kecewa berobat di tempat lain hanya sebatas meningkatkan daya tahan tubuh. Jika ingin meningkatkan daya tahan tabuh bisa gunakan meniran / sambiloto / temu lawak pun bisa dan sangat murah.
  4. Ukur kemampuan finansial anda karena biaya pengobatan HIV umumnya mahal. dan pengobatannya rata rata membutuhkan waktu yang tidak dapat di tentukan, tidak cukup satu dua bulan sembuh. tidak mungkin menghilangkan virus milyaran hanya dalam 1 bulan.
  5. Mintalah pertimbangan orang yang di anggap mengerti / pengalaman ( ada sebagian PASIEN KAMI minta pertimbangan sama Paranormal / kyai / kesepuhan / orang Pintar ) hehehe ono ono wae.
Semoga bermanfaat. 

Testimoni Pasien HIV AIDS

Pertama tama kami mengucapkan syukur kepada Allah Swt karena Alhamdulillah salah satu pasien kami ODHA sudah 1 bulan lebih berbaring tidak berdaya padahal selama ini dalam pengobatan ARV di RS Magelang selama kurang lebih 1 tahun.

Sebelum kami obati kondisi ODHA sangat memprihatinkan. beliau tidak bisa jalan, kulit mengelupas, sangat lemas dll.  Beliau sudah stadium AIDS dengan IO :

1. Sindroma Guillain-Barre (SGB
2. Dermatitis Cronis

Kemudian kami obati melalui metode kami beberapa obat ramuaan kami  dan dengan memohon PERTOLONGAN ALLAH ( pasien selalu berdoa sesuai amalan dari kami ) alhamdulillah dalam waktu 1 (SATU ) bulan pasien sudah sangat banyak kemajuan sembuh dari IO. 

ini gambarnya :



Kondisi tangan dan kaki ODHA SEBELUM kami obati 




 Kondisi ODHA SESUDAH 1 Bulan kami Obati. 




Untuk hasil pengobatan sampai kondisi ini PUN dalam satu bulan  tidk lah mudah, perlu pengalaman. BUKTI nya hampir satu tahun beliau ODHA di rawat di RS belum ada perubahan bahkan bertambah parah. ini semata mata atas ijin Allah.


Kini Beliau sudah PULIH, bisa berjalan dan bisa mengendarai , kini masih dalam pengobatan untuk Virus HIV nya ... semoga beliau atas IJIN ALLAH sembuh tuntas. Amiin


Disclaimers : Hasil yang di dapatkan masing-masing orang dan waktu yang di butuhkan setiap orang berbeda-beda

Ada Kandungan Racun dalam ARV


Kepada Ibu dan Bapak dokter serta paramedis yang baik;
Kita baru saja memperingati Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN) 2012. Ini adalah sebuah malam dimana kita mengenang adik, kakak, pasangan, anak, orangtua, saudara, rekan, kerabat bahkan orang yang tidak kita kenal yang telah mendahului kita. Kalah dalam pertarungannya melawan infeksi HIV di dalam tubuhnya.
Obat dan Racun

Kami tidak ingin banyak berbicara angka kali ini, sebab angka-angka yang selama ini kerap di tampilkan sebenarnya adalah sebuah fenomena berwajah yang memperlihatkan betapa persoalan HIV dan AIDS telah membelit bangsa Indonesia.

Kami berterima kasih sekali kepada Bapak dan Ibu Dokter yang selama ini telah melayani kami dengan memberikan informasi, perawatan dan pengobatan bagi kami di dalam upaya kami mengendalikan HIV yang berada dalam tubuh kami. Kami sangat mengapresiasi ini.

Ijinkan kami bercerita sedikit. Sudah lebih dari 30 tahun HIV dikenal oleh peradaban manusia sebagai sebuah virus yang mematikan. Yang lebih miris lagi dan kami rasakan, beban kami seolah tidak cukup dengan harus berdamai bersama virus dalam tubuh yang mengintai setiap saat tubuh kami dalam kondisi lemah untuk kemudian mengijinkan penyakit lain masuk ke dalam tubuh kamu namun kami juga harus menghadapi penghakiman dari masyarakat luas bahwa kami ini yang terinfeksi HIV adalah golongan orang-orang yang tidak bermoral, melawan takdir, sampah masyarakat dan berjuta sebutan stigmatif lainnya seolah kami ini bukan manusia tanpa mau melihat bahwa diantara kami ada bayi tidak berdosa, anak bahkan Ibu rumah tangga yang tidak pernah membayangkan mereka akan mendapatkan takdir untuk hidup bersama HIV. Sebutan stigmatif itulah yang kemudian membuat kami merasakan diskriminasi yang sangat hebat di dalam setiap aspek kehidupan kami.

Ibu dan Bapak Dokter serta paramedis yang baik

Bapak dan Ibu dokter tentunya sudah mengetahui bahkan di layanan kesehatan saja, kami masih mengalami diskriminasi. Mulai dari gunjingan petugas layanan kesehatan ketika memberikan layanan kepada kami, berlebihannya perlakuan petugas seolah kami ini membawa virus yang menyebar melalui tatapan mata sampai dengan ditolaknya kami mendapatkan kamar untuk perawatan kami dan ironisnya selalu dibungkus dengan perkataan bahwa kami harus ditempatkan dalam kamar isolasi demi kebaikan kami sendiri agar terhindar dari infeksi penyakit yang berasal dari pasien lain.

Kami mungkin sakit, namun kami juga bukan orang bodoh. Kami tahu bahwa sudah menjadi hak setiap pasien untuk terhindar dari infeksi Nosokomial yang selama ini selalu dijadikan alasan petugas layanan kesehatan mengisolasi kami dan atau menolak kami ketika kamar isolasi yang jumlahnya tidak seberapa itu digunakan oleh pasien ODHA yang lain.

Kami masih bisa menerima jika stigma dan diskriminasi ini kami dapatkan dari masyarakat umum karena kami tahu bahwa mereka pun masih belum tertapapar informasi terkait  HIV dan AIDS. Kami sadar bahwa bagi pemerintah kita, urusan HIV dan AIDS ini tidak terlalu seksi untuk dibicarakan dibanding dengan isu pemilihan kepala daerah, kekerasan, kriminal bahkan sampai dengan Lady Gaga. Kami sadar bahwa pemerintah kita telah gagal memberikan edukasi kepada msayarakat terkait HIV dan AIDS sehingga kemudian karena ketidak tahuan mereka, perlakuan diskriminatif sering kami terima.

Ibu dan Bapak Dokter serta paramedis yang baik

Kami berterima kasih karena dengan pemberian ARV secara gratis selama ini telah membuat angka kematian pasangan, teman dan saudara kami yang terinfeksi HIV semakin menurun. ARV telah menjadi teman setia kami dalam membuat perdaimaian dengan HIV yang ada dalam tubuh kami. ARV telah membuat hidup kami yang selama ini suram menjadi punyai seberkas sinar pengharapan. Pengharapan untuk tetap hidup di dunia yang diciptakan Tuhan untuk semua ciptaannya, baik ODHA maupun bukan.

Tahukah Ibu dan bapak, bahwa dalam upaya kami berdamai ditemani oleh ARV tersayang ini kami sering mendapatkan efek tidak menyenangkan akibat dari zat-zat kimia yang terkandung dalam ARV dan harus kami telan setiap harinya sepanjang hidup kami? Ya betul, kami mendapatkan efek samping yang tidak kalah berbahayanya dengan infeksi HIV di dalam tubuh kami. Bagi kami yang perempuan, efek samping ini semakin tidak tertahankan karena kami sadar bahwa penelitian dalam membuat obat ARV ini belum memperhatikan kerentanan biologis dari kami yang perempuan.

Hampir setiap malam kami mengalami kesemutan bahkan hingga kelumpuhan sesaat, anemia berat kadang membuat kami kehilangan kesadaran, lemak otot kami menyusut sehingga pipi dan beberapa bagian tubuh kami menjadi kempot sehingga membuat kami tidak nyaman dalam berinteraksi sebagaimana manusia lainnya karena semakin melekatkan stempel di dahi kami jika kami adalah orang yang hidup dengan HIV.

Semua itu akibat efek samping dari ARV yang selama ini telah kami anggap sebagai teman sehidup semati. Tidak, kami tidak akan protes dan berhenti dengan teman kami itu sebab kami menyadari bahwa hanya merekalah sampai saat ini yang menjadi teman setia dalam mengendalikan teman kami yang nakal bernama HIV di dalam tubuh.

Ibu dan Bapak dokter serta paramedis yang baik

Kami ingin mengajukan permohonan kepada ibu dan bapak semua di dalam peringatan Malam Renungan AIDS Nusantara 2012 ini. Permohonan agar jangan sampai ada diantara kami yang kemudian menyerah dan berpulang kepada Sang Pencipta bukan karena infeksi HIV dalam tubuh namun karena tubuh kami tidak kuat menerima efek samping yang disebabkan ARV yang kami konsumsi. Kami harap ibu dan bapak mau mengabulkan permohonan kami ini.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui panduannya untuk penggunaan ARV 2010 yang kemudian diadopsi oleh Kementrian Kesehatan dalam Panduan ARV yang dikeluarkan pada tahun 2011 telah menyebutkan dengan jelas bahwa ada jenis ARV yaitu jenis d4t atau biasa dikenal dengan nama dagang Stavudine mempunyai kandungan racun yang berbahaya bagi ODHA yang mengkonsumsinya bahkan hingga menyebabkan kematian kami.

Kami menyesalkan karena obat yang lebih banyak bahaya dibanding manfaat bagi kami ini masih terus didistribusikan. Kami menderita karena obat ini. Bahkan kami tidak tahu apakah lebih menderita berdamai dengan HIV dalam tubuh ataukah harus menahankan efek samping dari ARV yang baru saja kami ketahui seharusnya sudah tidak didistribusikan karena mempunyai racun yang membahayakan nyawa kami.
Kami ingin meminta kepada Ibu dan Bapak untuk berhenti memberikan resep obat d4t ini kepada kami. Bantu kami dalam memilih obat yang tepat dan sedikit mengandung racun yang berbahaya bagi tubuh kami. Bantu kami dalam mendorong Kementrian Kesehatan bisa menyediakan obat yang lebih aman untuk menjadi teman seumur hidup kami.

Kami masih ingin hidup. Kami masih ingin mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bukan hanya bagi kami namun juga bagi masyarakat, nusa dan bangsa.
Berikanlah hadiah kepada kami di MRAN 2012 ini dengan Berhenti meresepkan ARV jenis d4t (Stavudine) kepada ODHA.
Selamatkanlah ODHA!

 Salam sayang,
ODHA di Indonesia

Bagaimana menafsirkan hasil tes viral load

Tes VIRAL LOAD ( VL) dilakukan pada seseorang yang telah tes anti HIV POSITIF , hasilnya menunjukkan berapa banyak virus hadir dalam aliran darah seseorang. hasil pemantauan viral load test memungkinkan dokter untuk mengetahui apakah pengobatan yang mereka gunakan untuk mencegah virus berkembang biak efektif .
instruksi
  1. Mendidik diri sendiri tentang hasil tes viral load dan apa yang mereka maksud . tempat yang bagus untuk memulai adalah artikel " viral load HIV , " diposting di tes laboratorium online. lihat bagian sumber daya di bawah untuk link .
  2. Ingat ketika Anda menafsirkan tes viral load , Anda ingin melihat persis kebalikan dari apa yang Anda ingin melihat pada tes sel - t . Anda ingin viral load turun . ini menunjukkan bahwa virus ini tidak mereplikasi dirinya sendiri dengan cepat. Anda ingin nomor Anda - sel t , yang merupakan sel-sel tempur dalam sistem kekebalan tubuh , untuk naik .
  3. Mengharapkan dokter Anda untuk menguji viral load Anda segera setelah diagnosis , dalam waktu delapan minggu memulai pengobatan , dan setiap tiga sampai enam bulan setelah itu . ini memungkinkan mereka untuk tetap menutup mata pada apakah virus ini terus membuat salinan dari dirinya sendiri dan menyebar , atau apakah virus telah berhenti mereplikasi dirinya sendiri dan tidak aktif .
  4. Menyadari bahwa memiliki " tidak terdeteksi " viral load tidak berarti bahwa Anda telah sembuh . itu hanya berarti bahwa tingkat virus dalam darah sangat rendah sehingga tes tidak cukup sensitif untuk menemukannya . memiliki " tidak terdeteksi " viral load adalah berita yang sangat baik , tetapi penting untuk diingat untuk terus mengikuti diresepkan rejimen obat Anda .
  5. Meminta kantor dokter Anda untuk salinan hasil tes viral load yang telah diambil . ini akan memungkinkan Anda untuk memonitor dan menafsirkan proses penyakit Anda .
  6. Bersikap tegas ketika meminta dokter Anda untuk menafsirkan hasil tes yang Anda tidak mengerti  karena dokter cenderung untuk meletakkan segala sesuatu dalam istilah medis , Anda mungkin perlu mengajukan banyak pertanyaan sampai Anda yakin Anda memahami apa yang dokter Anda memberitahu Anda . jika dokter Anda bertindak terburu-buru , terburu-buru , atau jengkel dengan pertanyaan Anda , atau jika ia tidak dapat menjelaskan hasil tes memadai , mungkin sudah saatnya untuk mencari dokter baru .


TIPS dan PERINGATAN
Hasil tes viral load biasanya sangat tinggi ketika Anda pertama kali terinfeksi . sebagai sistem kekebalan tubuh Anda mencoba untuk melawan virus, viral load perlahan-lahan turun , kemudian mulai naik lagi karena perlahan-lahan merusak sistem kekebalan tubuh .

kebanyakan obat HIV saat ini diarahkan untuk mengganggu kemampuan virus untuk bereproduksi , sehingga viral load anda seharusnya turun setelah Anda mulai menerima pengobatan .

bahkan jika Anda viral load adalah " tidak terdeteksi , " Anda masih bisa menularkan HIV kepada pasangan seksual selama hubungan seks tanpa kondom dan kepada siapa pun dengan siapa Anda berbagi jarum suntik saat menggunakan narkoba . jika Anda seorang ibu , Anda juga bisa tetap memberikan bayi Anda virus melalui plasenta , selama kelahiran , dan sementara menyusui . akhirnya , meskipun petugas kesehatan harus mengambil tindakan pencegahan universal, itu adalah ide yang baik untuk menyebutkan status positif HIV Anda kepada siapa pun yang datang ke dalam kontak dengan cairan tubuh Anda . 
sumber : http://dokterlim.blogspot.com/2014/04/bagaimana-menafsirkan-hasil-tes-viral.html

Testimoni HIV AIDS 1

Ibu Ana ( bukan Nama sebenarnya ) penderita HIV positif, beliau tidak menyangka menderita HIV setelah suami meninggal karena HIV AIDS. Beliau berusaha berobat Alternatif karena beliau mengetahui bahwa ARV tidak menyembuhkan HIV melainkan hanya mengendalikan HIV. Beliau tidak ingin bernasib seperti suami MENINGGAL DUNIA, entah akibat Hepatitis atau komplikasi karena efek samping pengobatan AVR. 
Banyak pilihan pengobatan alternatif yang beliau yakini. dan tidak ingin mendatangi tempat pengobatan alternatif yang pernah di datangi suami dulu berobat. karena metode pengobatannya hanya sebatas meningkatkan daya tahan tubuh, multi vitamin dan meneral.

Beliau mengetahui melaui internet bahwa efek samping pengobatan ARV seumur hidup dalam jangka panjang lebih berbahaya dari pada HIV.
Usahanya untuk sembuh begitu kuat, sekian lama berdoa dan berusaha, beliau brosing internet.

Alhadulillah setelah beliau ( bu Ana ) mengetahui tempat pengobatan alternatif HIV, tidak bisa di bayangkan pertama berobatat alternatif terjadi perubahan luar biasa. kini beliau sehat seperti semula bekerja sebagai mana mestinya.

Semoga Allah menyembuhkan untuk selamanya.

Obat HIV Sudah Di Temukan Oleh Ulama Saintis Pendukung Usamah bin Laden ?

Sheikh Abdul Majid Al-Zindani



HIV-AIDS, sebuah penyakit modern yang konon sering disebut sebagai penyakit yang belum ditemukan obatnya. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusi akibat infeksi virus HIV atau infeksi lain yang mirip. Sedangkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang memperlemah kekebalan tubuh manusia.

Orang-orang yang terjangkit virus tersebut akan menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan tumor. Meskipun berbagai penelitian dan penanganan yang telah ada dapat memperlambat perkembangan virus, namun sampai saat ini masih diklaim belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan total.

AIDS diperkirakan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. UNAIDS telah memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang semenjak tahun 1981 sampai 2006. Kini AIDS merupakan pandemi yang menakutkan di seluruh dunia.

Obat HIV
Kisaran tahun 2008, seorang ulama sekaligus ahli farmasi dari Yaman bernama Abdul Majid Al-Zindani menyampaikan pengumuman perihal keberhasilan penelitiannya dalam hal pengobatan terhadap penderita HIV-AIDS.

Berbicara di sela-sela Konferensi Kedokteran Pertama dan Pameran Medis yang ke-6, Rektor Universitas Al-Iman, Sheikh Abdul Majid Al-Zindani mengungkapkan, bahwa ia bersama rekan-rekan timnya, berhasil menemukan obat untuk mengobati AIDS.

Al-Zindani mengatakan bahwa dia dan tim penelitinya membutuhkan waktu lebih dari 20 tahun untuk menemukan obat tersebut. Ia menambahkan, efektivitas obat tersebut juga telah diuji oleh tim medis khusus di Universitas King Abdul Aziz, Arab Saudi dan di laboratorium Marinir AS. Demikian laporan Yemen Post medio 2008.

Al-Zindani menyatakan juga, obat temuannya itu juga telah diujicobakan pada binatang oleh Universitas Sains dan Teknologi dan telah terbukti efektif menyembuhkan binatang percobaan tersebut. Dari 25 kasus, 13 di antara yang diujinya benar-benar dinyatakan sembuh.

Dalam sebuah laporan lain, dinyatakan bahwa menurut Al-Zindani, sebagaimana dipublikasikan stasiun tv satelit Al-Jazeera, medio 2007, ia telah melakukan uji coba terhadap 15 orang yang positif terkena virus HIV selama antara satu sampai tiga tahun, dan kini seluruhnya sembuh dari virus penyakit yang menghilangkan kekebalan tubuh itu.

Dalam sebuah wawancaranya dengan Al-Jazeera, Al-Zindani mengundang semua institusi obat dan kesehatan serta organisasi kesehatan PBB WHO untuk berkunjung ke Yaman dan menyaksikan langsung praktek pengobatan yang ia lakukan di sana. Ia juga mempersilahkan para pakar untuk menguji coba hasil penemuan ilmiahnya. Meski tak mau membeberkan komponen obat alami itu secara detail, terkait nama tumbuhan dan lokasinya, tapi Al-Zindani mengatakan apa yang dilakukannya bukan karena alasan ekonomis. (Lihat: Video Wawancara Al Jazeera dengan Abdul Majid Al-Zindani)

Ia hanya menyebutkan bahwa penelitiannya dilakukan dengan mengembangkan konsep pengobatan ala Rasulullah SAW (Tibbun Nabawi) dan kemukjizatan pengobatan tersebut.

Saat ini, obat hasil temuannya sudah didaftarkan Hak Patennya di World Intellectual Property Organization (WIPO) dengan nama THE USE OF A HERBAL COMPOSITION FOR THE TREATMENT OF A PERSON INFECTED WITH HIV (Cek di sini).

Selain itu, Al-Zindani juga menyebutkan bahwa ia dan timnya sedang melakukan penelitian lain di Pusat Kedokteran Nabi Universitas Al-Iman untuk menemukan obat penyakit yang belum tersembuhkan lainnya. Sejauh ini, mereka juga mendalami penelitian obat Hepatitis B dan C.

Siapa Al-Zindani?
Syaikh Abdul Madjid Az Zindani adalah seorang ulama yang kharismatik. Beliau menulis sejumlah buku diantara yang terkenal adalah kitab Al Iman. Beliau memiliki sebuah Universitas bernama Universitas Al Iman yang cukup megah yang dibiayai sendiri dan mampu memberikan bea siswa kepada para santrinya.

Terlahir di kota Bad’an dalam wilayah Ibb, Republik Yaman pada tahun 1942, Al-Zindani memiliki nama lengkap Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Hamud Al-Zindani. Ia dilahirkan pada tahun 1942.
Pendidikan awalnya berada di bawah asuhan ayahandanya Syeikh Abdul Aziz bin Hamud al-Zindani. Pendidikan dasarnya dimulai dari Al Kuttab, kemudian beralih ke Aden dan melanjutkan studi secara pondok di situ. Beliau melanjutkan pendidikan tingkat perguruan tinggi di Fakultas Farmasi di Universitas ‘Ain Syams Mesir selama dua tahun sebelum kemudian pindah kuliah Syariah di Universitas al-Azhar.

Pada tahun 1962, beliau sempat ditahan oleh pemerintah Mesir sehingga mengharuskannya untuk dikembalikan ke Yaman. Di Yaman, ia menekuni kembali ilmu-ilmu Islam di bawah asuhan para ulama Yaman sebelum kemudian berangkat ke Arab Saudi. Di Yaman, ia sempat ditunjuk sebagai seorang pendidik di Kementerian Pendidikan. bahkan hasil buku tulisannya yang membahas tentang Akidah berbasis ilmiah menjadi buku pegangan di sekolah dasar dan menengah di seluruh Yaman.
Di Arab Saudi, dia belajar ilmu agama di bawah ajaran mufti Saudi Syaikh Abdul Aziz Bin Baz dan Syaikh Utsaimin serta ulama Saudi lainnya. Pada saat itulah kemudian ia mengembangkan ilmu ‘Ijaz Ilmu dalam lembaga bernama Pusat Kajian Ilmu Sains al-Quran dan Sunnah (1986/1406) di Mekah. Atas hasil penelitian yang dilakukan terutama dalam bidang sains, Al-Zindani mendapat perhatian dan dianugerahi gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Oum Darman, Sudan.
Al-Zindani bukan tipe ulama yang hanya pandai berceramah saja tanpa beramal. Ia tercatat juga pernah turun berjihad di Afghanistan sebagai realisasi atas ucapan-ucapannya yang ia ajarkan di majlis-majlis. Konon, di sinilah ia bertemu dengan Usamah bin Laden dan beberapa tokoh mujahid yang kemudian dikenal sebagai tokoh Al Qaidah. Tokoh Al Qaidah, Syaikh Anwar Awlaki merupakan salah seorang kawannya yang pernah mengajar di Universitas Al Iman. Mujahid asal Amerika Serikat John Walker Lindh juga merupakan muridnya yang belajar di Univeristas Al Iman, Yaman.

Di Yaman, ia juga mendirikan sebuah organisasi kelaskaran mirip Front Pembela Islam (FPI) di Indonesia bernama Front Amar Ma’ruf Nahi Mungkar di Shan’aa`, Yaman. Berada di bawah pimpinan Al-Zindani, Front Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Yaman sering melakukan konvoi untuk merazia tempat-tempat pelacuran dan mencegah bertambahnya kegiatan pemurtadan.

Ormas itu juga eksis dan mampu memberikan perubahan-perubahan yang cukup baik terhadap pemberantasan kemaksiatan di Yaman.
“Tujuan razia tersebut adalah untuk membendung bertambahnya kegiatan kristenisasi di Yaman dan menyebarnya tempat-tempat pelacuran. Padahal, sejumlah para peneliti telah mengingatkan akan bahayanya pelacuran.”

Menurut Al-Zindani, mencegah pelacuran dan maksiat merupakan tuntutan syar’i untuk menegakkan hukuman bagi para pelakunya. Terlebih, setelah berkembangnya isu penculikan para gadis dan dibawa ke tempat-tempat pelacuran.

Aksi yang dilakukan oleh Front Amar Ma’ruf Nahi Mungkar telah menuai hasil. Setelah adanya aksi tersebut, ada beberapa hotel yang tidak menerima pelanggan wanita tanpa mahram. Selain itu, ada beberapa perusahan swasta di bidang transportasi mengkhususkan kendaraan bagi wanita.

Selain dikenal sebagai ulama pendiri Universitas Al Iman Yaman dan seorang akademisi dan peneliti, Al-Zindani juga merupakan Presiden Majelis Syuro Partai Islah Yaman dan salah seorang pendiri Ikhwanul Muslimin Yaman. Ia juga pernah menduduki pengurus Rabithah Alam Islami sebagai Wakil. Dan terakhir, namanya juga masuk dalam daftar teroris versi AS. [mzf/bbs]
*Keterangan gambar:
#1  Ilustrasi
#2  Syaikh Abdul Majid Al-Zindani
#3  Print-Screen Pendaftaran Hak Paten Obat HIV di WIPO

sumber : http://www.muslimdaily.net/berita/internasional/ulama-penemu-obat-virus-hiv-pimpin-front-pembela-islam-ala-yaman-berantas-kemaksiatan.html

ODHA (Tidak) Punya Hak Atas Kesehatannya

"Lu dah lihat sendirikan bro, berapa banyak yang lepas ARV itu MATI, gw ga habis pikir sama lu, lu kok jadi Hopelles gini sech?".....Ya ungkapan kekawatiran terlontar dari mulut salah seorang sahabat ketika ia tahu saya memutuskan berhenti mengkonsumsi obat yang selama kurun waktu 6 tahun menemani saya.
Jangan Sembarangan Minum Obat

Selama kurun waktu tersebut, hidup saya seolah menjadi seperti robot, dikendalikan oleh obat, dulu saya pun akan berkata seperti itu ketika saya mengetahui ada teman yang putus obat, saya selalu takut apabila ada teman yang memutuskan berhenti minum obat.

Awal Pemikiran Stop ARV

Awal tahun 2007 ketika saya lagi asik nonton TV, saya masih ingat pada saat itu hari Sabtu sekitar jam 10.00 WIB, tiba-tiba terlintas di benak saya "selama ini ada banyak penyakit, tapi kenapa seperti tidak ada obatnya,contoh penyakit Flu, ketika terserang Flu, kita minum obat beberapa hari kemudian flunya sembuh, tapi suatu waktu flu itu akan kembali menyerang karena virusnya tidak mati".

Lalu saya berfikir, saya adalah orang yang terlalu yakin dengan agama saya dan terlalu yakin bahwa Tuhan saya tidak akan pernah berbohong, saya sering mendengar banyak masyarakat yang selalu mengutip katanya dari Kitab suci agama saya "Tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya". Begitu kurang lebih kutipan yang saya sering dengar.

Tapi kenapa selama ini begitu banyak penyakit, tapi seperti tidak ada obatnya?
Apakah Tuhan berbohong atau memang kita yang tidak bisa membaca yang telah tersirat dalam kitab suci yang kita sudah sepakat bahwa kitab suci tersebut adalah Firman Tuhan atau Ucapan Tuhan yang di wahyukan kepada Nabi-nya, Orang yang terpilih secara langsung sebagai wakilnya di muka bumi ini.

Hari terus berlalu,Bulan pun terus berganti dan tahun pun seakan berlari begitu cepat, tapi dengan bergantinya hari, berlalunya bulan dan datangnya tahun yang baru, pertanyaan-pertanyaan itu tetap berkecamuk di otak saya.

Dan tiba pada suatu saat di tahun 2011 tepatnya di akhir bulan Maret, saya harus kembali masuk Rumah Sakit dengan kondisi yang sangat mengkawatirkan selama kurang lebih 2 minggu, saking mengkawatirkannya kondisi saya pada saat itu, sampai ibu saya tercinta sudah menyiapkan kain untuk penutup mayat saya, hampir semua yang datang sudah sangat yakin kalau pun hidup, itu semata-mata hanya karena belas kasihan Tuhan kepada saya.

Yah...saya kembali masuk rumah sakit karena obat yang selama ini saya minum telah resisten terhadap virus yang saya miliki, obat yang sudah saya dan mungkin sebagian teman-teman ODHA anggap sebagai nyawa cadangan saya telah berubah fungsi menjadi racun dalam tubuh saya.

Sakit kali ini memang begitu terasa berat buat saya, untuk membuat saya sadar, dokter yang menangani saya sampai harus melakukan cuci darah, karena saya tidak sadar disebabkan kadar Ureum dalam darah saya sangat tinggi untuk ukuran manusia pada umumnya

Setelah dua minggu saya menginap di "Hotel" yang tidak nyaman karena begitu banyak selang yang menempel di tubuh saya, dengan memaksa, saya meminta pulang kerumah. walau dengan sangat terpaksa dan istri saya harus menandatangani surat yang intinya pihak Rumah sakit tidak dapat di salahkan jika terjadi sesuatu terhadap saya selepas saya keluar dari rumah sakit.

Saya Seperti Di Tampar Tuhan

Beberapa hari setelah kembali kerumah, tanpa saya duga, seorang sahabat  dari SMA datang  menjenguk saya dirumah, sahabat saya jelas sekali terlihat kaget melihat kondisi saya yang mungkin tidak pernah dia bayangkan ketika keluar rumahnya menuju kerumah saya.

Wajar jika memang sahabat saya tersebut kaget, karena kondisi saya pada saat itu jauh berbeda ketika terakhir kali ia main kerumah saya di bulan puasa tahun 2010 terlebih ketika saya masih sama-sama satu SMA dengan ia , saat itu berat badan saya hanya 60kg. berat badan saya ketika SMA dulu pernah mencapai 90kg.

Tanpa saya duga, ia menyuruh saya minum produk herbal yang sepertinya sengaja ia bawa untuk saya, sebuah produk dari alam yang sebelumnya sangat saya benci karena menurut saya tidak sesuai dengan pengobatan modern saat ini (memakai produk herbal adalah kuno bagi saya), memang sedikit ada pemaksaan disana waktu itu, karena ia tau kalau saya sangat tidak suka dan tidak percaya dengan yang namanya herbal dan saya selalu skeptis dengan orang-orang yang menjual produk Herbal adalah para PEMBOHONG.

Pada Akhirnya dengan sangat terpaksa saya terus minum "hadiah"yang di berikan oleh sahabat saya tersebut.

Dua minggu setelah keluar rumah sakit, kembali saya harus ke rumah sakit untuk check-up kesehatan saya, Disinilah yang membuat saya terkejut, dokter yang menangani saya selama saya sakit mengatakan bahwa saya tidak perlu melanjutkan cuci darah, karena secara signifikan perkembangan Ureum saya turun di luar dari yang di perkirakan dokter.

mendengar dokter berkata seperti itu, saya sampai menitiskan air mata terharu, karena selama ini saya sudah pasrah kalau hidup saya seolah seperti mayat hidup yang seminggu dua kali harus cuci darah.

Sampai dirumah saya bersorak girang ketika menceritakan kondisi saya tersebut, ibu saya pun sampai  menitiskan air mata terharu dan langsung sujud syukur saking kegirangan

Selang beberapa waktu keluar rumah sakit, kondisi saya jauh lebih baik, bahkan lebih baik ketimbang sebelum saya sakit yang terakhir beberapa waktu lalu, hanya dalam selang waktu satu setengah bulan berat badan saya naik hingga mencapai 18 kg , sebuah berat yang selama ini sangat sulit untuk bisa saya capai dan ketika saya sedang duduk termenung, saya jadi teringat dengan sahabat saya, tersebut ia seolah datang sebagai sosok tangan Tuhan yang sedang menggampar saya waktu itu atas jawaban dari kelancangan saya mempertanyakan kebenaran Firmannya terkait obat, selama ini, obat yang saya anggap kuno karena tidak sesuai dengan perkembangan jaman, ternyata telah berhasil menyembuhkan ginjal saya yang menurut dokter hanya bekerja 10% dari manusia pada umumnya dan agar saya tetap sehat, saya harus cuci darah rutin seminggu dua kali. Bagi saya ini seperti sebuah jawaban langsung dari Tuhan dan sekaligus tamparan nyata buat saya.

Beberapa bulan setelah itu, saya kembali memutuskan untuk tidak lagi mengkonsumsi obat yang telah menjadi racun untuk tubuh saya dan hampir-hampir merenggut nyawa saya dari dalam jasadnya.

Tapi apa yang terjadi setelah beberapa bulan saya berhenti mengkonsumsi ARV, walau mereka secara jelas melihat perkembangan fisik saya yang jauh lebih baik dari pada saat mengkonsumsi ARV, namun banyak nada sinis yang datang kepada saya yang tidak dapat saya hindari baik dari teman - teman yang selama ini pernah jalan beriringan dalam program HIV dan AIDS maupun dari para dokter baik yang menangani saya maupun yang kenal kepada saya. Seolah-olah keputusan saya berhenti mengkonsumsi ARV adalah  sebuah tindakan saya paling bodoh yang pernah saya buat dan seolah-olah seperti bentuk keputusasaan saya terhadap kondisi saya.

Putus ARV sama dengan mati, seperti sebuah harga mati yang tidak bisa di tawar-tawar lagi, doktrinan ini terlanjur melekat kepada ODHA, menurut saya Doktrinan ini sangat berbahaya, dapat melunturkan nilai-nilai ketakwaan kita terhadap Tuhan dan juga seakan-akan ODHA tidak punya hak untuk membuat pilihan bagi kesehatannya, Menentang ARV adalah maut ganjarannya, jadi seolah-olah nyawa kita hanya tergantung dari ARV, produk buatan manusia, seakan tidak ada pilihan obat lain selain ARV serta yang pastinya Seakan-akan kita melupakan yang sangat berkuasa atas diri kita, atas nyawa kita yaitu diri kita sendiri dan TUHAN

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al- Baqarah: 168).

sumber

Disclaimer :

Untuk Hasil Sembuh Fungsional Permanen Umumnya di butuhkan pengobatan selama 3-6 bulan pengobatan. Faktor kondisi tubuh seseorang dan suport keluarga sangat berpengaruh terhadap reaksi kesembuhan. Simpanlah alamat & nomor HP kami 082332222009